[BAB 7] Curhat

82.7K 5.6K 129
                                    

Reysa menatap wajah Reyhan yang terlihat damai. Dia masih tak percaya kalau semalaman dia berada di atas tempat tidur yang sama dengan lelaki yang tadi pagi ingin dia penggal kepalanya.

"Gue lanjutin gak ya curhatnya?"

Sedari tadi dia sedang bicara kepada Reyhan yang tidur. Curhat satu arah. Tak apa, yang penting hatinya lega karena semua sudah dia keluarkan.

Reysa mencolek lagi pipi Reyhan. Tidak ada respon sama sekali.
"Lanjutin deh." Putusnya saat dirinya mengecek kesadaran Reyhan. Bisa gawat kalau cowo itu ternyata tidak tidur kan?

"Jadi.. Gue punya pacar. Cowok goblok kemarin itu cowok​ gue,"

Reysa menghela nafasnya. "Mungkin bukan lagi. Sebenarnya gue udah putusin dia kemarin sebelum kejadian itu. Tapi.."

Reysa menidurkan kembali kepalanya di lengan Reyhan. "Dia gak terima ama keputusan sepihak gue. Jadi gitu.." Ucap Reysa lalu memejamkan mata.

"Kenapa lo minta putus?"

Reysa langsung tersentak dan menjauhkan badannya dari Reyhan.

Sial.

Jadi Reyhan gak tidur.

Benar saja, Reyhan membuka kedua matanya dan menatap Reysa dengan alis terangkat.
"Kenapa lo?"

Reysa hanya diam dengan wajah cengo serta malu karena dirinya sudah membongkar rahasianya.

"Heh?"

Reysa langsung berteriak saat mendapati wajah Reyhan hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.

"Lo apa-apaan?!"

Reyhan hanya mengangkat alisnya "Apa-apaan apaan?"

Reysa langsung bangun dari tidurnya "Ih tau ah." Ucapnya salah tingkah lalu saat dia hendak bangkit, Reyhan menahan tangan Reysa. "Lo kudu jelasin semuanya. Curhat gak boleh setengah-setengah, ntar lo punya suami yang otaknya setengah, mau?"

Reysa menatap Reyhan gemas, " Lo mah apa-apa bercanda mulu. pantes jomblo!" Reyhan tergelak "Anjir lah ni cewek bawa-bawa status mulu,"

Reyhan menatap Reysa menantang "Mentang-mentang udah punya cowok. Eh, baru putus kemarin kan? lupa gue."

Reysa hanya bisa diam sambil menatap lelaki dihadapannya itu datar. Reyhan terkekeh melihat Reysa yang dalam mode diam nya itu. "Udah, cerita. Kali aja abang bisa bantu."

Reysa mendelik "Abang-abang. Abang tukang baso. Males gue, lo mah bercanda mulu."

Reyhan mengacak rambut Reysa gemas lalu dirinya kembali berbaring dengan sanggahan bantal yang agak tinggi agar lebih nyaman mendengar cerita Reysa "Gue diem.serus. janji." Reysa menatap mata Reyhan untuk menyari kata'serius' tadi.

Setelah di telaah dan sepertinya memang benar, Reysa mulai bercerita.

"Gue minta putus karena gue udah gak sayang lagi sama dia."

mendengar penjelasan Reysa itu, Reyhan membulatkan matanya, saat hendak protes dan memberikan kritik serta argumen. Reysa membekap mulut Reyhan. "Lo janji bakalan diem. Gue belum selesai ngomong, monyet."

Reyhan memutar matanya lalu mengangguk, Reysa tersenyum menang lalu melepaskan bekapan mulutnya.

"Bukan artinya gue bosen atau apa tapi gue rasa hubungan gue ama dia udah gak sehat, lo tau? Kalau misal gue pergok sekali sih gak apa-apa, gue bmasih bisa mikir bahwa cewek itu temennya. Tapi gak cuman sekali, berkali kali,"

Reyhan menatap Reysa dengan serius. Yah, dia bisa melihat wajah playboy di wajah pria brengsek kemarin malam. Tidak aneh jika hal itu terjadi pada hubungan Reysa.

"Mana lagi kemarin gue balik sekolah, si tai itu lagi pegangan tangan sama cewek yang entah lah siapa di Mall. Kalo gue bodo mungkin udah gue labrak. tapi karena Reysa yang cantik ini pinter,"

"Gak usah sambil muji diri sendiri, Lampir." sela Reyhan saat merasa geli dengan kepercayaan diri Reysa yang dianggap terlalu tinggi.

Reysa menatap Reyhan kesal " Lo mah protes aja! Diem!"

Reyhan pun memberi hormat sambil mengangguk acuh. Reysa melanjutkan ceritanya "Nah, karena gue pinter, gue ikutin tuh si tai sama ceweknya. Ternyata dia masuk ke Fossil dan.. dia beliin tuh cewek dompet super mahal!!!!"

"Terus kenapa kalo gitu?"

"Gue aja gak pernah tuh di beli-beliin begituan!! "

"Dih matre lu."

"Bukannya gitu! Tapi gue jadi aneh aja kenapa dia berani kasih cewek itu dompet mahal padahal waktu di New York dia numpang di rumah gue!"

"Oh..."

"REYHAN IH!"

Reyhan yang tak kuasa mendengar teriakan Reysa memutuskan untik menutup telinganya. "Gue kesel. Gue kemarin malem tuh minta putus. Eh tuh orang marah-marah. Gue mintanya baik-baik loh lewat telfon, terus dia dateng dengan bau alkohol. Dasar emang brengsek."

Reyhan mengangguk sambil menatap mata Reysa yang mulai berkaca-kaca "Gak usah cengeng. Gue gak suka cewek cengeng." ucap Reyhan sambil mencubit pipi Reysa

"Udah beres curhatnya?" Tanya Reyhan, Reysa mengangguk sebagai jawabannya. "Mau dengerin saran gue?" Reysa mengangguk lagi.

Reyhan pun menarik tubuh Reysa untuk bersandar di kepala kasur, sedangkan dirinya duduk menyila menghadap Reysa.

"Menurut gue, itu cowok emang gak pantes dipacarin. Gue sebagai temen lo cuman bisa bilang kalau keputusan lo itu udah bener banget, soal masalah tadi malem pun gue harap lo bisa ambil hikmahnya. Cowok emang brengsek kok, gue akui itu."

"Lo juga brengsek dong?" cela Reysa, Reyhan mengangkat bahunya " Tergantung situasi kondisi, kalo emang menurut gue ceweknya butuh dikasih pelajaran, ya gue bisa jadi brengsek. tapi kalo brengsek yang tipenya kaya mantan lo itu, gue mah gak banget."

Reysa terkekeh mendengar ucapan Reyhan itu "Iya sih, lo mah kagak cocok jadi cowok begitu."

"Cocoknya jadi cowo cool dan most wanted di sekolah kan?" Tanya Reyhan dengan PD nya.

Reysa menggeleng sambil memejamkan mata.

"Jadi abang tukang bakso di kantin sekolah." Ucap gadis itu. Reyhan menatap Reysa jengah lalu mencubit hidung mancung Reysa tanpa ampun.

"Lo yah udah gue baikin masih aja jahat sama gue." Desis Reyhan sambil terus menarik hidung Reysa "Anjir monyet sakit!!! Baper banget sih lo!!" Rancu Reysa sambil menggeplak tangan Reyhan yang mencubitnya.

Reyhan yang sudah puas pun melepas cubitannya dan membaringkan tubuh kembali "Kalo lo ada masalah, lo bisa curhat sama gue." Ucap Reyhan sambil memejamkan matanya.

Reysa yang sedang mengusap hidungnya yang memerah hanya bisa mendengus "Yang ada gue di jadiin bahan bullyan ama elo."

"Gue gak sejahat itu Sa."

Mendengar itu, Reysa tersenyum, entahlah, cara Reyhan memperlakukannya pagi ini cukup membuat hatinya menghangat.

"Sa." Panggil Reyhan.

Reysa bergumam untuk menjawab panggilan Reyhan yang sedang menutup matanya itu.

"Gue laper."

Reysa mencebik "Masak sendiri sono, gue mager." Ucap Reysa, dan saat dirinya hendak berbaring, gerakannya terhenti saat Reyhan berkata,

"Gue pengen kentut."

Reysa langsung bangkit dan berjalan kearah dapur dengan cepat "Lo mau makan apa?!" Teriak Reysa dari dapur.

Reyhan terkekeh. Reysa memang unik. Reyhan membuka matanya lalu menatap kearah dapur dimana gadis itu berada "Apapun tanpa racun!" Jawab Reyhan.

"Gue gak janji!!"

Reyhan tertawa. Yang bisa dia lakukan sekarang hanya mengambil remote tv dan menonton kartun pagi sambil berdoa semoga Reysa tak menambahkan racun kedalam makanannya.

To be continued

2 REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang