Reysa berjalan di belakang Arya mengikuti pria itu untuk mencari tempat duduk yang kosong di tribun seberang bench pemain Jabar.
Kondisi Gor sudah penuh sesak dan hal itu membuat Reysa dan Arya sulit menemukan tempat duduk yang pas.
"Om Arya?" Sapaan itu membuat langkah Arya dan Reysa terhenti. Reysa yang berada di belakang Arya melongokkan kepala untuk melihat siapa yang menyapa Arya tadi.
Mata Reysa melebar saat menemukan Anggun, Afdal, Thoriq, juga Lucas dan Zee duduk berderet di barisan 2 terdepan.
Bukan hanya Reysa yang terkaget namun lima orang yang tadi sempat kaget karena kehadiran Arya, sekarang harus semakin kaget karena muncul Reysa dari punggung Arya.
"REY?!" teriak mereka serempak membuat hampir seluruh perhatian di sana tertuju kepada mereka.
Reysa tertawa sambil melambaikan tangannya. Sedangkan kelima sahabatnya itu masih melongo mendapati seorang Reysa berjalan bersama dengan Arya.
"Om! Sini ada tempat kosong!" Ucap Afdal mencairkan suasana. Sedangkan yang lain dengan canggung berdiri seakan-akan mereka bertemu dengan seorang yang punya jabatan tinggi. Mengingat Arya dulunya adalah ketua yayasan di SMA, mereka mewajarkan hal itu.
Reysa terkekeh melihat reaksi teman-temannya yang kelewat speechless. Reysa yakin sesudahnya Anggun dan Zee akan meneror dirinya dengan begitu banyak pertanyaan mengenai Arya.
Thoriq langsung mengambil alih. Mengajak Arya bicara mengenai hal-hal ringan yang di balas ringan oleh Arya. Sedangkan Afdal dan Lucas hanya bisa diam kaku di tempat duduk masing-masing.
"Kok bisa?" See? Belum apa-apa, Anggun sudah bertanya kepada Reysa. Yang ditanya hanya terkekeh "Gue ngerengek. Dia mau deh." Mendapat jawaban seperti itu membuat Anggun dan Zee menatap Reysa kagum. "Gila. Pak Arya loh ini." Gumam Zee sambil melihat ke arah Arya yang sedang berbincang dengan Afdal.
Reysa mengikuti arah pandang Zee lalu tersenyum "Setiap orang bisa berubah, kan?" Zee mengangguk pelan.
Apalagi ketika melihat Arya terkekeh atas apa yang Afdal lontarkan. Dan hal itu membuat para remaja menatap Arya kaget. Afdal yang duduk di sebelah Lucas berbisik "Seumur umur gue baru liat senyum Om Arya sekarang loh."
Lucas menatap Afdal tak percaya. Tatapan itu dijawab Afdal dengan anggukan.
Reysa merangkul tangan Arya dan mulai memfokuskan diri kearah lapangan yang mulai menggelap.
"Mau mulai tuh." Ucap Thoriq.
Semuanya pun terfokus ke samping lapangan dimana para pemain Jabar akan keluar dan berbaris di tengah lapang.
MC mulai bersorak dan disambut oleh ribuan penonton yang memenuhi Arena. Reysa merasa dirinya ditarik ke masa masanya SMP dulu di saat dirinya berhasil bertanding di Final suatu kompetisi bersama dengan timnya.
ini lebih dari ekspetasinya.
Saat tim dari Jawa Timur sudah berbaris. Kini giliran tuan rumah.
"DAN INI LAH JAWA BARAT!!!"
semuanya langsung bersorak termasuk Reysa yang ikut berdiri dengan penonton lainnya. Arya hanya terkekeh di samping Reysa namun tak ayal pria itu ikut berdiri agar pandangannya ke lapang tak terhalangi.
Satu persatu pemain di panggil memasuki lapangan. Reysa mengamati dengan seksama wajah wajah itu. mereka teman satu tim Reyhan. Dan tentu dirinya menantikan orang terakhir.
"NUMBER 88!! REYHAN FARIZ BAWAZIER!!!" lalu berlari lah pria dengan perawakan yang cukup tinggi dengan gagahnya kedalam lapang. Reysa suka. Reyhan sangat cocok mengenakan kaostim basketnya. Di punggung tegap itu tertuliskan 'BAWAZIER' dengan sangat keren.
"Perasaan gue apa Reyhan emang makin ganteng?" Tanya Anggun tepat di telinga Reysa. Reysa hanya terkekeh menanggapi itu. Ya, memang makin tampan.
Reyhan berlari menuju teman temannya yang sudah berbaris dan mengacungkan tangannya untuk bertos dengan Reyhan. Pria itu menyambunya dengan tos an ringan sambil memberikan senyum tipis.
"Gila! Reyhan ganteng banget!!" teriak seorang gadis dibelakang Reysa dengan hebohnya. Reysa terkekeh. Yah, pesona Reyhan memang tak bisa di tolak sama sekali.
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, Tim Jabar membuat lingkaran di tengah lapang dengan saling berangkulan. Terlihat sedang berdoa, namun beberapa saat setelahnya mereka saling berteriak mengikuti aba aba dari pria yang berdiri di tengah lingkaran itu.
Keren!
Sorak penonton pun terdengar.
"Yah, Reyhan keren ya?" tanya Reysa kepada Arya ketika Reyhan dengan santainya melakukan dunk saat sedang pemanasan.
Arya menatap Reysa dengan geli. Karena merasa diperhatikan, Reysa menatap Arya dengan kening berkerut "kenapa ayah liatin Rey kaya gitu?"
Arya pun terkekeh lalu kembali memusatkan perhatiannya kepada Reyhan yang sekarang tengah melakukan shoot. "Dahului saja." ucap Arya.
Reysa semakin berkerut "Apaan yang didahului?"
Arya mengangkat dagunya kearah lapangan, Reysa dengan otomatis melihat kearah lapangan dan langsung mengunci pandangan kepada Reyhan "Reyhan cuman gak tau harus memulai hubungan seperti apa denganmu. lebih baik kau dahului dia daripada kalian sama sama mengulur waktu tak penting dan membiarkan perasaan masing masing dilanda bingung." tutur Arya tiba tiba.
Reysa kembali menatap Arya tak percaya, "maksud ayah?"
Arya menatap Reysa "peluklah Reyhan lagi. dia membutuhkanmu. Percaya pada Ayah."
Setelah itu, Reysa terdiam seribu bahasa sambil berusaha konsentrasi kepada pertandingan yang akan dimulai dihadapannya.
Arya tak bercanda kan?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.