[BAB 22] Kejutan Pagi Hari

58.3K 4K 49
                                    

Sebelum baca, as always. Aku mau promosi ceritaku yang lain.

Di baca ya!
Judulnya
FIRST LOVE
dan
THE SIEBEN

Jangan lupa kasih vomment biar aku makin semangat nulis ;)

Gak banyak bacot lagi, selamat baca!!

Fromzulfa with ❤

Reysa membuka matanya karena merasa terganggu dengan sinar matahari yang masuk lewat jendela apartment nya yang entah oleh siapa dibuka dengan sekaligus.

Dia mengerang kesal sambil mencari-cari selimutnya untuk menghalau sinar matahari itu.

Saat menemukan apa yang dia cari, benda itu langsung di tarik oleh seseorang sehingga mau tak mau Reysa langsung melotot kearah pria yang sedang menyengir di samping ranjang sambil memegang selimut yang tadi Reysa cari.

"Bang! Rey masih pengen tidur!!!" Rengek Reysa sambil berusaha menggapai selimut yang ada ditangan Gibran.

"Gak gak gak, lo harus bangun, gue pengen curhat." Ucap Gibran sambil duduk disamping Reysa. Gadis itu langsung menggeram dan membanting tubuhnya ke atas kasur. " Gak mau!!! Curhat sana sama tembok!!"

Gibran mendelik "Kalo bukan karena gue, lo gak bisa bolos. Reysa sayang."

Mendengar itu. Reysa hanya bisa menghela nafas. Dirinya memang tak mau sekolah, bukan hanya karena badannya yang terasa agak panas tapi juga dia malas bertemu dengan manusia-manusia laknat di sekolah.

"Apa perlu gue gusur elo ke kamar mandi dan mandiin lo? Terus makein lo seragam biar gue bisa ngirim lo ke sekolah sekarang juga?"

Ancaman Gibran itu sukses membuat Reysa bangun dan bersidekap dihadapan Gibran sambil menatap abangnya itu tajam.

"Yaudah buruan!!"

Gibran tersenyum puas. Lalu dia membenarkan posisinya.

"Gini.. "

Reysa yang masih mengantuk hanya bergumam.

"Ayah nyuruh abang berhenti ngeband."

Reysa mengangguk. "Oh.."

1

2

3

"WHAT?!?!?! SI GANTENG MIKIR APAAN SIH?!?!"

Gibran menghela nafas "Gue punya adik begonya gak ketulungan."

Reysa panik sendiri, dia menatap Gibran tak percaya "Sumpah bang? Si Ayah salah minum obat?! Demi apa ini gak bisa di biarin!!!"

Gibran terus terdiam sambil menatap kehebohan adiknya "Terus abang bilang apa?! Abang setuju?! Engga kan?! Itu cita-cita abang loh!! Jangan di buang-"

"Abang setuju."

Reysa langsung mematung. Dia menatap Gibran dengan kening penuh kerutan. Ini pasti mimpi.

"WHAAAAT?!?!?!"

Gibran dengan susah payah mencapai hingga tahap ini dan dirinya harus melepas ketenarannya begitu saja karena permintaan sang Ayah yang sama sekali tak Reysa tau? Bagus. Gibran memang gila.

"Apa motivasi abang buat setuju?"

Gibran mengangkat bahunya "Abang pikir emang udah saatnya abang serius ama hidup. Ayah udah tua, gue takut dia kecapean kalau ngurusin perusahaan disana sendiri. Lagipula, tawaran pria tua itu keren. Gue tertarik."

Reysa semakin mengerut "Tawaran?"

Gibran mengangguk "Abang ditawarin buat nikah sama salah satu rekan bisnis Ayah dari Indonesia. Umurnya 2 tahun di bawah abang. Tapi dia udah bisa pegang cabang di beberapa negara. Abang tertarik."

Reysa membulatkan matanya "Emangnya sekarang jaman apaan sih?! Pake tawar menawar nikah??!! Bilang aja abang di jodohin? Iya kan?!"

Gibran terkekeh menjawab pertanyaan adiknya itu "Adik abang pinter juga."

Reysa langsung menggelengkan kepalanya tak mengerti. "Sumpah, si Ayah kudu di rukiah."

Getokan cukup keras mendarat di jidat Reysa "Lo! Ama ayah sendiri juga! Durhaka emang!!"

Resya hanya bisa mengusap jidatnya sambil menggerutu "Pokoknya abang gak boleh ninggalin Rey."

Ucapan Reysa itu langsung menarik perhatian Gibran "Lah, kok lo ngomong gitu?"

" Ya soalnya kalo udah nikah nanti pasti sibuk ama istri, adik di lupain." Ucap Reysa sambil cemberut dan mencari-cari ponselnya.

Gibran mau tak mau tersenyum, dia langsung menarik Reysa ke pelukannya dan mengacak rambut adiknya itu cukup kencang "Masa iya abang lupa ama adik ajaib abang satu ini? Ya gak bakalan lah. Aneh emang."

Reysa yang mendengar itu langsung terkekeh lalu membalas pelukan Gibran. "Nanti Reysa ikut abang pokoknya."

"Iya cantikku, kamu tinggal ama abang."

Yah, sekarang Reysa semakin resah, setelah kejadian yang dia lalui belakangan ini dia semakin takut ditinggal sendiri. Apalagi mendengar berita kalau Gibran akan menikah semakin membuatnya akan menjadi lebih kesepian.

Tiba-tiba dia teringat Reyhan yang tadi pagi menjemputnya untuk pergi sekolah. Sayang, Reysa mengalami demam jadi tak bisa pergi sekolah.

Dia penasaran dengan apa yang terjadi di sekolahnya. Apa kejadian kemarin masih dibicarakan? Dan bagaimana keadaan Reyhan?

To be continued


2 REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang