Reysa memejamkan matanya sambil terus mengatur nafasnya. Dirinya terlalu banyak mendapat kejutan hari ini.
Reysa terus menggenggam erat pagar pembatas atap gedung sekolah. Dia tak peduli dengan tatapan siswa siswi yang ada di lapangan yang bisa dengan jelas melihat bahwa dirinya sedang bersama dengan Reyhan.
Walau sekarang dia ada di lantai 4.
Sedangkan Reyhan dia hanya berdiri di belakang Reysa sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodie nya. Dia terus menatap punggung Reysa yang naik turun karena kegiatan gadis itu.
"Jangan coba coba loncat, gue gak mau jadi saksi atas kematian lo."
Suara Reyhan memecah keheningan yang sedari tadi mereka berdua buat. Reysa yang merasa terganggu langsung membuka mata dan mendengus, dirinya berbalik dan langsung memberikan pelototan super tajam kepada Reyhan yang sedang menyengir kuda.
"Gak usah melotot gitu dong cantik. Nanti matanya copot gue gak naksir lagi."
Reysa menggeram lalu menabok lengan atas Reyhan sangat keras hingga lelaki itu berteriak cukup kencang menyebabkan orang-orang di lapangan langsung menatap mereka berdua.
Reyhan mengusap lengannya sambil terus mengaduh. Dirinya menatap kearah lapangan lalu melambai lambaikan tangannya so terkenal.
"Gue gak apa-apa! Ini mah gak sakit." Teriaknya kepada sekumpulan gadis yang Reysa tau kalau mereka adalah anggota fansclub si Reyhan astral di hadapannya itu.
Suara teriakan melengking langsung terdengar di telinga Reysa. Dia pun mendelik.
"Gue benci sama lo, dasar penderita star sindrom." Gumam Reysa namun terdengar jelas di telinga Reyhan.
" I love you too, Sa." Ucap Reyhan ditambah dengan kekehan, Reyhan mendudukkan diri dan menyandar di pagar pembatas. Dirinya menatap Reysa yang juga sedari tadi menatapnya.
"Sini, waktunya cerita sama gue." Ucap Reyhan sambil mengusap usap lantai di sampingnya seakan membersihkan debu yang ada disana.
Reysa dengan patuh duduk selonjoran lalu mengeluarkan ponselnya dan mengotak atiknya sebentar, setelah selesai dia memberikan benda itu kepada Reyhan sambil berkata "Dia anak baru yang ada di kelas gue."
Reyhan mengangkat alisnya lalu menerima ponsel Reysa, dia melihat ke layar ponsel tersebut. Matanya menyipit saat melihat gambar disana.
Foto Reysa sedang tersenyum tipis dan disebelahnya lelaki yang senyumannya terlampau lebar sedang merangkul Reysa.
"Mantan lo itu kan?"
Reysa mengangguk "Gue tau cowok brengsek itu udah rencanain ini dari jauh hari. Gue gak mau dia gangguin gue."
Reyhan mengembalikan ponselnya kepada Reysa. "Menurut gue, lo gak usah memperduliin dia deh. Biarin aja."
"Susah. Gue paling gak bisa kaya gitu."
Reyhan melirik Reysa yang mulai terlihat frustasi.
Dirinya menengadah kearah langit. Menatap awan-awan putih yang seperti kapas sedang melindungi mereka dari sorotan matahari yang cukup terik.
Tiba-tiba suatu ide gila terlintas di kepalanya.
Reyhan, masih dengan posisi kepala yang menengadah, melirik kearah Reysa yang sedang menghapus foto tadi dari galerinya.
"Lo mau dengerin ide gue?" Tanya Reyhan.
Reysa mengangkat wajahnya dan menatap Reyhan ingin tau. "Apaan?"
Reyhan memejamkan mata, "Jangan teriak, apalagi nyiksa gue. Dan jangan motong."
Reysa mengangguk pelan setelah agak berpikir "Okay."
Reyhan membuka matanya "Lo pacaran sama gue,"
Reysa langsung tersentak dan saat dirinya hendak protes, Reyhan memberikan lirikan peringatan. "Udah gue bilang jangan teriak, nyiksa, dan motong." Ucap Reyhan.
Reysa pun berusaha untuk meredakan rasa kagetnya dengan berdeham "Lanjut."
Reyhan mengangguk "Lo pacaran sama gue biar gak di gangguin ama dia, gue mikir gini sih karena jadinya kita tinggal lanjutin keisengan gue di ig tadi pagi. Bener gak?"
"Untung di gue karena bisa menjauh dari cewek-cewek alay di sekolah dan untung buat lo," Reyhan melirik Reysa yang sedang menunggu kelanjutan ucapannya.
"Pacaran sama cowo seganteng gue." Ucap Reyhan menyelesaikan kalimatnya yang sempat tergantung tadi.
Langsung saja satu pukulan melayang ke jidat Reyhan cukup keras.
Reyhan yang tak siap dengan pukulan itu langsung terjungkal kebelakang hingga kepalanya membentur pagar dan menyebabkan suara nyaring terdengar cukup keras.
Reysa membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang sudah dia lakukan.
Sedangkan Reyhan langsung menunduk sambil memeluk kepalanya dan mengusap bagian belakang kepalanya naik turun.
Terdengar ringisan Reyhan yang terlampau sakit.
Reysa jadi merasa bersalah sekarang.
"Han... maafin gue eh? Gak sengaja sumpah. Tadi gue refleks." Ucap Reysa pelan sambil ikut mengusap kepala Reyhan dengan lembut.
Reyhan mengangkat kepalanya sambil melirik Reysa tajam "Gue kasih solusi malah di tonjok. Emang bener lo bukan cewek." Ucap Reyhan sambil menjauhkan tangan Reysa yang masih mengusap kepalanya.
Reysa yang mendengar itu kembali tersulut emosinya. Namun sekarang yang bisa menolongnya hanya Reyhan. Jadi Reysa berusaha untuk mengubur emosinya itu dalam-dalam dan mengaitkan tangannya di lengan lelaki yang duduk di sampingnya itu.
"Han.."
Suara rajukan itu untuk pertama kalinya Reyhan dengar sepanjang sejarah pertemanan mereka.
Oh ya dia lupa, tak ada kamus 'teman' antara dirinya dan gadis di sampingnya ini.
"Mau apaan lo?" Sungut Reyhan sambil menatap Reysa curiga karena gadis itu menubruk-nubrukan kepalanya ke bahu Reyhan.
"Bantuin gue.."
Reyhan mendelik "Gue udah kasih satu satunya solusi aman. Lagian tuh cowok pasti tau gue, soalnya dia babak belur gara-gara Reyhan ganteng ini."
Mendengar ucapan Reyhan itu Reysa pun berhenti dan menyandarkan kepalanya di bahu Reyhan "Gue pusing. Gue ngikut aja, yang penting gue aman." Ucap Reysa pelan dengan sangat pasrah karena dia juga tak bisa memikirkan cara lain.
Reyhan terkekeh lalu menaik turunkan bahu yang di sandari Reysa "Kalo gitu mulai detik ini, lo jadi pacar gue." Ucap Reyhan final.
Reysa hanya bisa mengangguk sambil terus memejamkan mata berharap kalau dirinya memang mengambil jalan yang benar.
"Sekarang liat sini." Ucap Reyhan sambil mengacungkan ponsel di udara yang sudah membuka aplikasi kamera.
Saat Reysa hendak protes, Reyhan langsung menyela "Ikutin cara gue. Lo agak akan rugi." Ucapnya lalu menatap kearah kamera sambil tersenyum.
Reysa terdiam sesaat.
Jika di pikir-pikir, tak ada ruginya pacaran dengan Reyhan, lelaki tampan, dan populer. Kapten tim basket sekolah pula. Ya, Reysa ambil hikmahnya aja. Reysa yakin banyak yang ingin berada di posisinya sekarang. Hitung-hitung jagain Reyhan buat jodohnya nanti. Ya kan?
Dia pun menatap kearah kamera dan memberikan senyumnya.
To be continued
Vomment di tunggu;)
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.