Reysa terduduk kesal di depan meja rias yang entah sudah berapa lama dia tidak lihat. Keadaannya masih sama. Dia pikir semua sudah berdebu dan cerubah warna. Tapi sebaliknya, semua terlihat seperti baru.
"Kenapa gue juga harus ikut sih?" Gumamnya. Dia memoleskan sedikit lipstick ke bibirnya "Yang mau nikah siapa? Yang ribet siapa?" Gerutunya lagi sambil mengecek penampilannya.
Anti make-up tebal. Dia sampai menendang penata rias sewaan abangnya keluar kamar agar bisa berdandan se simple mungkin.
Lagi pula, ini hanya acara pertunangan yang menurut Reysa tak perlu karena 2 minggu lagi Gibran dan calonnya akan melaksanakan pernikahan super... mewah.
Reysa menengok kearah pintu saat mendengar pintu tersebut terbuka. Setelah melihat siapa orang dibalik pintu itu, Reysa kembali menatap kearah cermin. Enggan untuk bersitatap dengan Gibran.
Gibran, dirinya sudah lengkap dengan tuxedo abu yang melapisi kemeja hitamnya. Dia melirik kearah tempat tidur Reysa yang disana tergeletak gaun yang sengaja dia pilih untuk adiknya itu.
Lagi, dia menghela nafas. Dia tau kalau Reysa belum memaafkannya. Tapi sungguh dia menyesal, dia bodoh saat itu. Dia kalut.
Kekalutannya itu pun berimbas kepada otaknya yang sama sekali tak bisa berpikir jernih.
"Kenapa Mbak Luna disuruh pulang, Rey?"
Tak ada jawaban, yang ditanya hanya sibuk memainkan ponselnya dan terus memunggungi Gibran.
Dengan pelan, Gibran pun melangkah maju dan duduk disamping gaun yang berada di atas kasur Reysa "Gaunnya kenapa gak di pakai? Abang milih susah-susah loh, Rey."
Masih tak ada jawaban. Reysa masih terus melihat kearah ponselnya walau tak ada yang menarik.
Lagi-lagi, helaan nafas Gibran terdengar.
Dirinya bangkit dan berjalan kearah Reysa, dia berjongkok didepan adiknya itu dan menatap manik mata indah Reysa dengan sendu.
"Apa susah banget buat maafin abang?" Suara Gibran terdengar serak saat menanyakan hal itu.
Reysa hanya bisa memalingkan wajahnya, jujur saja dia semakin kesal kepada Gibran karena dirinya diseret kerumah mereka yang dulu dengan paksa.
Jadi, apa dia bisa memaafkan kakaknya itu?
"Bentar lagi abang bakalan pergi, Rey. Abang bakalan susah ketemu kamu. Abang bakalan kangen sama kamu. Setelah abang nikah, abang takut gak bisa jagain kamu lagi,"
Jangan nangis! Make-up mu bakalan luntur, Reysa!
"Abang minta maaf, abang salah. Semua salah abang. Tapi Rey. Abang lakuin semua hal bodoh itu buat kamu karena abang sayang sama kamu. Abang gak bisa liat kamu terpuruk terus. Abang-"
"Apa Abang gak pernah mikir bahwa hal itu bakalan buat Reysa pada akhirnya makin sakit?" Potong Reysa dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
"Apa abang gak tau apa yang udah Reysa laluin? Apa yang udah Lucas perbuat sama Reysa?! Abang kan paling tau!! Kenapa abang pura-pura gak tau?!"
Pecahlah tangis Reysa. Masa bodo dengan maskaranya, lagi pula itu waterproof jadi dia tak takut bakalan jadi valak setelah tangisan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.