Akhirnya hari ini tiba.
Ya, inilah hari dimana semuanya menjadi jelas. Kini dirinya benar-benar tidak bisa bersama dengan Reysa.
Di ballroom hotel berbintang ini, Gibran dan Tara melangsungkan resepsi super mewah setelah paginya mereka menyebutkan janji sehidup-semati di depan penghulu.
Tiga hari setelah Reyhan mendapatkan gelar juara yang mampu membuat semangat juga senyumnya mengembang, kini hal itu harus Reyhan paksa tahan agar tetap berada di atas karena mau tidak mau dirinya tetap merasa dirugikan.
Reyhan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang penuh dengan manusia manusia yang mengenakan pakaian super elegant.
Dirinya sendiri terpaksa harus mengenakan tuxedo karena Tara memaksanya. Mengingat Tara, Reyhan menerawang menatap wanita itu terlihat sedang tersenyum menatap Gibran yang juga menatap Tara dengan tatapan yang menurut Reyhan sangat lembut.
Reyhan bersyukur Gibran bisa menerima kakaknya untuk sekarang. Dia harap Tara akan bahagia, karena kebahagiaan Tara sudah mengambil kebahagiaannya. Reysa.
"Bro, jangan ngelamun mulu. " ucap Afdal yang sudah berada di sampingnya bersama Anggun. Reyhan hanya tersenyum kecil mendengarnya. Memang benar, sedari tadi Reyhan hanya diam seakan-akan tidak menikmati pesta pernikahan kakaknya ini.
Anggun menggelengkan kepalanya aneh setelah memperhatikan Reyhan dari atas ke bawah.
Seharusnya Reyhan menata rambutnya, tapi cowok itu membiarkannya berantakan hingga terlihat seperti orang yang frustasi. Maklum saat akad nikah tadi, Reysa bersikeras menolak untuk hadir karena alasan sepele yakni 'sakit perut karena datang bulan'.
Namun Reyhan tahu alasan yang sebenarnya. Gadis itu tidak mau bertindak yang tak bagus di acara sakral itu. Sehingga memutuskan untuk tidak hadir walau dengan bayaran kesedihan dari Gibran.
"Rey, lo rapihin rambut lo, gih. Liatnya kaya lo lagi depresi." Ucap Anggun.
Reyhan hanya tersenyum "Biar." Ucapnya singkat.
Anggun hanya bisa menghela nafas dan menatap Afdal yang diam sambil menatap sahabatnya iba.
"Reysa dateng?" Tanya Afdal akhirnya.
Reyhan menatap Afdal sebentar lalu mengangguk pelan.
Anggun langsung menggenggam erat tangan Afdal seakan dia senang akan kabar itu. Afdal mengangguk.
"Kapan dia dateng? Dari tadi gue gak liat"
"Tadi ngabarin lagi otewe."
Afdal dan Anggun mengangguk bersamaan. Dengan kedatangan Reysa, artinya semua sudah membaik. Reysa dapat menerima pernikahan kakaknya dan juga dapat menerima Reyhan sebagai saudaranya.
Reysa memang tidak berubah namun gadis itu lebih banyak diam. Reyhan senang akan kenyataan bahwa gadis itu menepati janjinya untuk tidak pergi lagi namun setelah hari pertandingan besar mereka itu, Reysa jadi sulit untuk diajak bertemu.
Tiba-tiba Reyhan tersentak saat merasakan ponsel di saku celananya bergetar. Dirinya dengan cepat langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih itu.
Afdal dan Anggun bisa melihat senyum tercetak di bibir Reyhan sebelum cowok itu menempelkan ponselnya di telinga. Hanya melihat itu saja mereka sudah tau kalau si penelfon adalah Reysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.