Reysa menatap pemandangan di depannya dengan tak bingung.
"Gue gak ngerti."
Ucap Reysa sambil menggelengkan kepalanya dan melihat kearah Reyhan yang ada di sampingnya. Reyhan memberikan senyum tipisnya sambil merangkul bahu Reysa.
Reysa kembali menatap Lucas dan Gibran bergantian " Jadi selama ini kalian berdua ngebohongin gue? "
Tak ada yang menjawab. Gibran diam, apalagi Lucas yang sekarang merasa serba salah. Pasalnya Gibran pasti sangat kecewa terhadapnya "Bang, maafin gue." Ucap Lucas sambil melihat kearah Gibran.
Gibran hanya mengangguk " Bukan salah lo. Gue aja yang terlalu maksain. "
Reysa yang mendengar itu langsung menatap kakaknya "Abang mikir apa sih? Abang pikir Reysa apaan?! Abang gak sayang sama Rey?!"
Meluap lah sudah emosi Reysa. Siapa yang tidak sakit hati jika orang terdekatnya malah membohonginya?
"Abang khawatir sama kamu, waktu itu bahkan untuk makan pun kamu gak mau."
"Ya tapi kan Abang gak perlu nyuruh Lucas nembak Rey! Abang malah bikin semuanya sekarang jadi lebih sakit!"
Reyhan dan Lucas hanya bisa mendengarkan perdebatan antara kakak beradik itu dengan diam.
Reysa yang sudah menangis bergerak berdiri "GUE BENCI ABANG!" teriakkan itu membuat ketiga pria disana terkaget.
Gibran langsung bangun dari duduknya, saat hendak mengambil tangan Reysa, gadis itu menolak.
"Jangan sentuh gue! Jangan berani beraninya lo nyentuh gue!!!"
Reyhan ikut bangkit dan mencoba menenangkan Reysa. Gibran yang mendapat teriakan itu hanya bisa terdiam.
Untuk pertama kalinya Reysa semarah ini. Dia tak tau harus bagaimana sekarang.
"Sa, tenang.." pinta Reyhan sambil merangkul bahu gadis di sebelahnya itu. Sedangkan Lucas berusaha untuk menenangkan Gibran yang terlihat putus asa.
"GUE BENCI SAMA KALIAN BERDUA!! KELUAR!!!!"
Gibran tersentak mendapat bentakan itu. Lucas dengan pelan menarik lengan Gibran untuk keluar dari apartment Reysa "Bang, mending kita keluar dulu. Kita ngobron setelah Reysa tenang." Bisik Lucas.
Gibran hanya diam. Matanya tetap menatap kearah Reysa yang sudah berada di pelukan Reyhan.
Reyhan mengangguk "Adik abang gak apa-apa, Reyhan jagain." Ucap Reyhan tanpa suara. Gibran mengangguk pelan lalu berjalan keluar apartment bersama Lucas.
Sepeninggal Gibran dan Lucas. Reysa semakin mengeraskan tangisnya. Dia meluapkan semuanya kepada Reyhan yang dengan setia memeluk tubuh rapuh itu.
Yang bisa Reyhan lakukan hanya mengelus punggung Reysa pelan, kalau boleh jujur dia juga ingin marah tapi apa hak nya? Sudah mengetahui kebenarannya saja dia bersyukur.
"Benci Gibran... Gye benci sama dia Han.."
Reyhan mengeratkan pelukannya "Suut.. Udah.. Jangan gitu, dia kakak lo."
Reysa menggeleng dalam tangisnya "Gue berharap dia bukan kakak gue."
Reyhan pun menghela nafasnya.
---------
Reyhan masih tetap dalam posisi yang sama setelah hampir 2 jam berlalu.
Memeluk Reysa namun di tempat berbeda. Mereka sudah naik keatas kasur dan memutuskan untuk menonton film yang bahkan tak mereka tonton.
"Lo laper? Gue bikinin nasi goreng, mau?" Tawar Reyhan untuk yang kesekian kalinya.
Reysa menggeleng.
Dengan pelan, Reyhan melepas pelukannya dan bangkit dari tempat tidur tanpa menghiraukan protes dari Reysa. Mau bagaimanapun gadis itu harus makan, dan dia juga lapar.
Reyhan berjalan kearah kulkas dan membukanya.
Luar biasa.
Kosong.
Dia pun kembali kearah kasur dan mengambil ponselnya yang tadi sempat Reysa mainkan.
"Lo mau makan apa? Gue pesan gojek nih." Tawar Reyhan sambil membuka aplikasi gojek di ponselnya.
"Gak laper."
"Gue pesenin pasta carbonara ya? Sama milkshake vanila. Em.. Kayanya cheese mania enak tuh. Choco lava juga. Beli es krim deh. Apa lagi ya?" Ucap Reyhan lebih kepada dirinya sendiri tanpa memdengarkan ucapan Reysa.
"Udah gue bilang gue gak mau makan!!!" Teriak Reysa akhirnya.
Reyhan menatap kearah Reysa dengan sengit "Yaudah lagian ini buat gue. Ribet amat."
Mendengar itu, Reysa semakin emosi. Dia langsung melempar bantalnya kearah Reyhan "PERGI!!!!!"
Kaget tentu, Reyhan langsung menyadari kalau dirinya memang sudah keterlaluan. Dia pun menghampiri Reysa yang sudah menangis lagi sambil terus berteriak mengusirnya.
"Sa.. Maaf maaf, iya lo gak makan. Maaf.." Bujuknya sambil mencoba menarik Reysa kedalam pelukannya.
"Lo sama aja ama mereka!!! Gak pernah ngertiin gue!! Semua cowok sama!!!"
Dan disitulah Reyhan merasa mirip dengan Song Joong Ki, aktor asal Korea Selatan kesukaan Reysa.
----------
"Ini uangnya pak, kembaliannya ambil aja." Ucap Reyhan sambil mengambil alih makanan dari tangan pria tua dihadapannya.
"Ah enggak nak, gak apa apa. Ini kem-"
"Udah pak, ambil aja. Saya iklas kok." Potong Reyhan.
Pria tua dihadapan Reyhan itu pun memberikan senyumnya "Terimakasih banyak ya Nak. Semoga Allah menggantinya berkali-kali lipat."
"Amiin." Ucap Reyhan sambil tersenyum.
Sepeninggal Pria tua itu, Reyhan membawa makanan yang tadi dia pesan menuju ke kasur. Disana Reysa masih cemberut sambil memainkan ponsel Reyhan.
Dengan santai dan tidak memperdulikan Reysa, Reyhan membuka kotak pizza nya. Tak lupa juga pasta carbonara kesukaan Reysa.
Diambilnya potongan pertama dan langsung dia lahap dengan tekun tanpa memperdulikan Reysa yang sedang menatap kearah Reyhan dengan pandangan kesal.
Karena gengsi, Reysa harus bisa menahan nafsunya akan pizza juga pastanya itu. Dia hanya diam sambil meneguk ludah. Aromanya... Uh. Reysa gak kuat.
"Gak usah gengsi gitu, sini temenin gue makan."
Reysa hanya mendelik lalu kembali fokus terhadap ponsel.
Tiba-tiba Reyhan menempelkan pizza di mulut Reysa. "Makan ya?"
Reysa diam. Setelah melakukan jual mahal yang membuat Reyhan memohon kepada Reysa akhirnya gadis itu mau makan juga.
Reyhan bergidik melihat kekasihnya makan dengan sangat rakus.
Untung dia pesan banyak. Kalau tidak mungkin dia bisa dimakan.
Cewek galau memang menyeramkan, ya?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Genç Kurgu"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.