[BAB 51] Semoga

50.8K 3.4K 87
                                    


Setelah kejadian malam itu, Reyhan mulai mencoba menerima Reysa.

Walau saminggu pertama pria itu kabur ke apartment teman satu timnya, tapi sekarang Reyhan sudah kembali.

Yang biasanya disapa saja tak menyahut. Sekarang setidaknya dia mau tersenyum.

Reyhan bahkan mulai bertanya kepada Reysa lebih awal.

Sekarang para anggota keluarga sedang sarapan bersama di ruang makan. Reysa yang hari ini menjadi kokinya.

"Kamu gimana latihannya, Rey?" Tanya Arya yang sedang menikmati omelete buatan Reysa itu.

"Lancar aja sih Yah. Cuman emang lagi program fisik jadi agak cape." Jawab Reyhan pelan.

Tara yang duduk di hadapan Reyhan langsung bertanya "Katanya kamu mau ke Singapore, kan? Kapan?"

"Lusa berangkat."

Reysa mengangkat alisnya "ngapain?" Tanya Reysa kepada Reyhan.

Reyhan mengangkat wajahnya dari omelete di hadapannya "Apa?" Tanya Reyhan tak mengerti.

"Itu, ke Singapore ngapain?"

"Training center."

Reysa pun mengangguk mengerti "Berapa lama?"

" Dua bulan."

"Oh dua- kok lama banget?!"

Semuanya menatap Reysa tak mengerti kenapa gadis itu begitu kaget.

"Lah emang kenapa kalo dua bulan, de?" Tanya Gibran yang duduk di hadapan Reysa yang duduk disamping Reyhan.

Reysa gelagapan "Engga kok. Gak apa apa." Jawabnya sambil merai saos sambal.

Reyhan menatap gerak gerik Reysa yang terlihat kaku. Lalu tanpa dia sadari, tawa kecil keluar dari bibirnya.

Semua mata langsung menatap Reyhan kaget. Terutama mata Reysa.

"Tadi, lo kenapa ketawa?" Tanya Reysa.

Reyhan menatap Reysa tak mengerti "Siapa?"

Reysa menunjuk pria itu tepat di hidung "Lo lah. Masa Ayah?!" Sungut Reysa membuat Arya menaikkan alisnya "Emang kalo Ayah ketawa kenapa?" Tanya Arya.

"Gak apa apa sih Yah." Balas Reysa sambil terkekeh malu. Semuanya kembali tertawa.

"Iya ya, Reysa balik semua langsung ganti suasana gini," Ucap Tara. "Semuanya jadi boros senyum." Tambahnya sambil terkekeh.

Gibran mengangguk setuju "Reysa walau auranya negatif tapi bisa menggelitik."

"Apa maksudnya negatif?! Reysa mah penuh dengan positif things dong! Emangnya abang?!" Sungut Reysa tak terima.

"Tuk kan negatif." Yang ini bukan Gibran melainkan Reyhan yang berkata dengan nada so datarnya sambil hendak meneguk teh hangat.

"Ih, lo mah gak belain gue?!" Lagi, Reysa tak terima dengan perlakuan pria pria disana. "Kak Tara belain aku dong!"

Tara hanya bisa terkekeh lalu menatap adiknya " Rey, kamu jangan aneh-aneh di sana. Kalo aneh aneh kakak gak bukain pintu buat kamu!"

Reyhan hanya mengangguk pelan dan kembali menyeruput teh nya. Tak lama setelah itu, Reyhan bangkit dari duduknya.

"Rey latihan dulu." Ucap Reyhan singkat. Lalu pria itu berjalan kearah Arya dan menyalami tangan sang Ayah.

Setlah itu beralih kearah Tara dan mengecup pipi kakaknya dan bertos dengan Gibran.

Saat mata Reyhan dan Reysa bertubrukan. Reyhan pun mengulas senyum kecil dan berkata "Gue pergi dulu." Dan dijawab anggukan oleh Reysa.

Selepas Reyhan pergi, Arya menatap kearah Reysa yang terlihat sedih.

"Kamu kenapa, Sa?" Tanya Arya.

Reysa hanya menggelengkan kepalanya dan memberikan senyum. "Gak apa apa kok Yah."

Gibran ikut memperhatikan adiknya itu.

"Kenapa kalian kayanya kaku banget?" Tanya Arya polos. Dia memang tak begitu tahu menahu tentang hubungan Reysa dan Reyhan yang sekarang.

Yang dia tau, Reyhan masih menyayangi Reysa.

"Ayah mah gak uptodate ah!" Sungut Tara. Hal itu membuat Reysa menyengir dan menatap Arya "Reyhan nya masih ngambek ama Reysa, Yah."

Arya yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya "Apa nya yang marah? Toh katanya dia mau ajak kamu jalan besok."

Sontak semua orang di sana langsung melotot tak percaya terutama Reysa yang terasa disembar petir.

"Ap-apa, yah? Jangan bercanda ah. Gak lucu."

Arya mengangguk "Ayah paling gak bisa ngebohong."

Reysa pun merasakan jantungnya langsung berdebar kencang. Apa benar yang dikatakan Arya?

Semoga saja hal itu bukan hanya candaan yang muncul dari mulut kaku seorang Arya.

Semoga.

To be continued

2 REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang