Hai semua!! Lama tak jumpa ya hehe.
Maaf kalian harus menunggu lama untuk part ini.Semoga kalian suka deh.
Aku juga mau bilang..
Makasih untuk pencapaian 800K veiwers nyaa!!
Aku gak pernah mikir kalau cerita ini bisa sangat di minati. Semoga kalian gak bosen bosen buat tunggu kelanjutannya yaaa.
Makasih banyakk!!
Udah, sekarang kalian silahkan membaca!
Happy reading!
---+++---
Reyhan berjalan memasuki kelasnya yang kini sudah kosong menyisakan beberapa tas yang ia yakini milik anggota ekstra basket yang kini tengah makan 'sore' di kantin sebelum pertandingan persahabatan melawan SMA Talenta pukul 6 sore nanti.
Reyhan duduk di atas bangkunya lalu membuka tas yang ada di hadapanannya. Dari sana, Reyhan mengeluarkan kaos polos berwarna hitam dan mulai menanggalkan satu persatu kancing seragamnya. Sekarang tengah turun hujan, dan karena dirinya terlalu betah diam di atap sekolah, kini seragamnya basah akibat terlalu awet melamun.
Reyhan juga mengeluarkan handuk kecil berwarna biru yang selalu ia bawa disaat akan bertanding. Handuk itu bukan handuk biasa. Di ujungnya terdapat tulisan tangan yang sangat rapi menggunakan spidol hitam permanen bertuliskan namanya.
Bundanya dulu selalu menandai setiap baju dan barang milik Reyhan dikarenakan sejak SMP dulu, Reyhan selalu mengeluh karena kehilangan benda. Salah satu yang sering hilang dan tertukar adalah handuknya. Dan handuk ini akan selalu jadi favorite Reyhan karena Bundanya membuat handuk ini sendiri juga handuk inilah yang menjadi barang terakhir yang Reyhan dapatkan dari sang Bunda sebelum wafat.
Reyhan menatap namanya yang tertera disana. Andai Bundanya masih hidup, semua pasti akan lebih mudah untuk Reyhan.
Kini, tubuh Reyhan sudah terbalut kaos hitam tipis yang mampu mencetak jelas tubuh tegapnya. Reyhan kini mengeringkan rambutnya yang agak basah juga melepas sepatu sekolahnya untuk diganti menggunakan sendal jepit yang sudah tersedia dikolong meja. Jangan tanya kenapa ada sendal jepit di kolong meja Reyhan, karena jawabannya adalah hasil nyolong dari kolong meja orang lain yang biasa di gunakan untuk berwudhu.
Saat Reyhan sedang menyisir rambutnya dengan jari, tiba-tiba Afdal masuk kedalam kelas dengan dua botol minuman teh. "Bro," panggil Afdal sambil melempar satu botol yang langsung di tangkap oleh Reyhan dengan sempurna. Reyhan menatap Afdal dengan alis terangkat. Pasalnya, Afdal bukan tipe orang yang bisa dengan iklas memberi sesuatu kepadanya.
Cowok di hadapan Reyhan ini pasti ada maunya.
"Apa lo?" Tanya Afdal aneh saat dirinya menerima tatapan intens dari Reyhan. Yang ditanya hanya diam. Masih terus memperhatikan gerak-gerik Afdal yang kini pergi duduk di bangku guru.
"Lo apaan dah? Jijik gue ditatap begitu sama lo. Kaya maho." Ucap Afdal sambil bergidik jijik. "Gue masih normal, sayang Anggun." Tambahnya.
Reyhan mendelik "Gue juga normal kali."
"Ya terus tuh mata kenapa? Minta di colok pake kelingking gue? Bekas ngupil nih." Cerca Afdal sambil menunjukkan jari kelingking yang tadi sempat dia masukkan kedalam lubang hidungnya.
"Tai lo."
Lalu hening. Afdal memperhatikan sahabatnya yang kini tengah meminum minuman yang tadi dia sengaja belikan. Kadang-kadang jadi sahabat yang baik tak ada salahnya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Fiksi Remaja"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.