Gibran terduduk kaku diantara Aldo dan Reysa, dihadapannya dia melihat Tara, calon tunangannya yang sedang melamun dengan raut wajah yang tak bisa Gibran baca.
Gibran pun mengarahkan pandangannya menuju pria yang duduk disamping Tara yang berhadapan dengan Reysa. Reyhan. Pria yang sudah dia percaya untuk menjaga adik sematawayangnya.
Gibran menghela nafas. Dia tau kalau dia melakukan satu hal yang fatal lagi. Reysa tersakiti lagi.
"Gibran?" Panggilan itu menyentakkan Gibran dan menoleh kearah Aldo yang sedang menatapnya dengan alis terangkat.
"Kenapa, Yah?" Tanya Gibran tak mengerti. Dirinya melirik keseluruh sudut ruangan. Dan benar, dsemua mata tengah tertuju kepadanya.
Aldo tersenyum maklum " Tadi, Arya nanya sama kamu. Kamu siap gak, tunangan dengan Tara?"
Pertanyaan yang paling Gibran enggan untuk dengar saat ini. Dia terdiam, dirinya kembali melihat kearah Reysa yang sedang tertunduk menatap jemarinya yang sedang saling terkait.
Gibran tau kalau Reysa sedang berusaha untuk menahan tangis.
"Gibran?" Suara Aldo kembali terdengar.
Akhirnya dia menatap Tara yang juga menatapnya sedih campur bingung. "Gibran-" perkataan Gibran terpotong dengan gerakan Reysa yang tiba-tiba bangkit dari duduknya dan berlari keluar ruangan.
Gibran yang hendak bangkit tertahan saat Reyhan juga ikut bangkit untuk mengejar Reysa.
Gibran diam di tempat menatap kepergian Reyhan dan Reysa. Sedangkan yang lain hanya bertanya tanya kenapa dua manusia itu berlari keluar disaat yang penting ini?
"Mohon maaf atas gangguannya." Ucap MC sambil menatap Gibran untuk meminta jawabannya atas pertanyaan Aldo tadi.
Gibran menatap sang Ayah yang menatapnya penuh harap juga Tara yang entah apa yang dia ingin sampaikan lewat tatapan sendunya itu.
"Saya.."
Semua orang terdiam. Arya, Aldo dan Tara menatap Gibran penuh harap. Dan Tara menghela nafas saat mendengar jawaban dari Gibran.
-----------
Reysa berlari dengan cepat tanpa tau arah. Yang dia inginkan sekarang hanya pergi menjauh dari tempat terkutuk itu. Dirinya berhenti di depan sebuah kolam ikan cukup besar dengan air mancur yang bercahaya kelap kelip.
Dirinya memejamkan mata, berusaha untuk menenangkan diri. Dia ingin mengeluarkan air matanya sekarang tapi rasanya terlalu sakit.
"Kenapa gue gak boleh bahagia, ya Allah?" Gumamnya sambil mendudukkan diri di pinggiran kolam.
Tanpa Reysa sadari, Reyhan sudah berdiri dihadapannya sedari tadi.
"Kenapa harus gini?" Suara Reysa mulai bergetar dan dirinya semakin memperdalam tundukan kepalanya.
Reyhan merasa hatinya teriris melihat Reysa yang seperti ini. Dia pun sama, kenapa saat dirinya sudah merasa bahwa Reysa lah gadis yang tepat malah terjadi hal semacam ini?
Dia tidak tahu apa-apa. Dan dari ekspresi Gibran yang sempat Reyhan lihat tadi, pria itu pun tak mengetahui kalau Tara lah yang akan menjadi tunangannya.
Reyhan menghela nafas berat lalu berlutut di hadapan Reysa. Dirinya berusaha untuk melihat wajah gadis itu, tapi pandangannya terhalang oleh rambut Reysa yang terlihat jelas sudah di catok agar bergelombang.
"Reysa pengen Reyhan,bun." Mendengar suara itu, Reyhan langsung menahan nafasnya. Dia juga, dia juga ingin Reysa.
Dengan penuh kesadaran, Reyhan langsung memeluk Reysa dengan erat.
Reysa terkejut akan hal itu. Dia tak tahu kalau Reyhan sudah ada di hadapannya. Tuhan seakan memberikan jawaban langsung untuk permintaannya tadi.
"Reyhan juga pengen Reysa." Ucap Reyhan tepat di telinga Reysa. Reysa dapat merasakan matanya mulai memanas dan hatinya semakin terasa sakit.
Reysa dengan pelan membalas pelukan erat itu dengan tak kalah eratnya. Pelukan itu seakan sebagai tanda bahwa dirinya tak mau kehilangan. Seakan-akan Reyhan akan hilang jika tidak dia pegang erat sekarang. Dia tak tau lagi harus bagaimana. Dia tak mau berpisah dengan Reyhan.
"Gue juga, gue juga gak mau pisah sama lo, Sa." Ucap Reyhan seakan membalas perkataan hati Reysa tadi.
Reysa mengangguk, dadanya sekarang terasa sangat sesak. Dia ingin meluapkan semuanya tapi tidak bisa.
"Gue bakalan ngomong sama Ayah," ucap Reyhan sambil mengelus punggung Reysa. "Lo jangan takut. Gue gak akan pergi kemana-mana."
Lagi, yang Reysa lakukan hanya mengangguk.
Reyhan mempererat pelukan mereka "Lo mau nangis? Boleh. Tapi sebentar, ya?"
Setelah perkataan Reyhan tadi, seakan sudah di setujui, air mata Reysa langsung mengalir dengan bebas. Bahu Reyhan yang dilapisi jas sudah basah akibat air mata gadis itu.
"Lo nangis karena gak mau pisah kan, dari gue?" Tanya Reyhan.
Reysa mengangguk lagi. Merasakan anggukan Reysa membuat Reyhan tersenyum "Makannya lo boleh nangis. Karena dengan itu lo nunjukin kalo lo sayang sama gue."
"Dasar modus." Ucap Reysa disela-sela tangisnya.
Reyhan terkekeh "Semoga kak Gibran dan kak Tara nolak perjodohan itu, ya?"
Lagi, Reysa hanya dapat mengangguk dan terus berkata dalam hati bahwa semua akan baik-baik saja
To be continued
Pendek? Iya wkwk
Tunggu aja ya kelanjutannya!
See you again soon!
Fromzulfa with love ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.