Reyhan berjalan keluar dari ruangan Tara sambil menunduk. Kalau boleh jujur apa yang kini di kepalanya sangat amat sulit untuk dimengerti.
Perkataannya tentang hubungannya dengan Reysa. Mengatakan bahwa dirinya tak memiliki hubungan apa-apa dengan gadis itu. Reyhan mungkin agak gila tapi memang hanya ini jalan yang terpikir olehnya. Tara lebih penting dari segalanya dan Reyhan tak mau kehilangan lagi.
"Kak Tara gapapa?"
Reyhan mendongak. Wajah khawatir dari Reysa menyambutnya. Melihat wajah gadis itu membuat Reyhan merasa sakit. Hatinya sakit karena menyadari bahwa dia telah menyakiti Reysa.
"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Reyhan terus menatap wajah Reysa yang kini juga tengah menatapnya bingung. "Lo gapapa?"
Reyhan mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang satu itu. Namun setelahnya gelengan dia berikan. Entahlah, Reyhan tidak yakin dengan perasaannya saat ini.
"Tara lagi apa?" Pertanyaan itu datang dari Gibran yang sedari tadi berdiri di belakang Reysa. "Tidur." Jawab Reyhan pelan. Dirinya kini menatap Gibran dan berkata "Bisa ngobrol berdua, bang?"
Reysa menatap Gibran dan Reyhan bergantian. Merasa bahwa dirinya tidak diinginkan saat ini, Reysa berjalan masuk kedalam ruangan "Rey masuk dulu." Ucapnya lalu menutup pintu meninggalkan Reyhan dan Gibran.
Gibran meneliti wajah Reyhan saat ini. Begitu terlihat lelah dan sendu. "Kenapa? Apa yang pengen lo omongin?"
Reyhan menghela nafas lalu melirik kearah pintu yang ini tengah tertutup. "Gak disini." Ucapnya begitu tahu bahwa Reysa masih berdiri di balik pintu. Lalu dirinya berjalan melewati Gibran menuju kearah taman rumah sakit yang terletak tak jauh dari ruangan Tara.
Reyhan mendudukkan dirinya disalahsatu bangku taman. Lalu dengan pelan ia berkata "Gue mau minta tolong." Kepada Gibran yang juga sudah duduk di sampingnya. "Buat?" Tanya Gibran tak sabar. Sungguh penasaran dirinya terhadap apa yang akan Reyhan utarakan. Sebab beberapa saat lalu Reyhan terlihat enggan untuk sekedar berbicara kepadanya.
Reyhan terlihat merenung lalu dengan mantap cowok itu berkata "Jagain Kak Tara."
Gibran diam. Dia tak mengerti arah pembicaraan yang kini tengah Reyhan sampaikan. "Tentu."
Reyhan mengangguk lalu menatap Gibran "Nikahin kak Tara dan pastiin buat dia bahagia. Please."
Gibran mengerutkan keningnya "But, lo sama-""Gue sama Reysa gak ada apa-apa. Lo bisa nikah sama kak Tara. Dan lo harus pastiin hal itu."
------
Reyhan menatap Reysa dengan tatapan sedihnya. Dia bingung harus berbuat apa sekarang. Walau dia sudah berkata bahwa mereka tak akan berpisah, tapi kenyataannya bertolak belakang.
Mereka tidak bisa bersama.
"Lo mau makan apa?" Tanya Reysa yang kini tengah membuka kulkas apartment milik Reyhan. Mereka berdua dipaksa oleh Gibran untuk beristirahat karena besok akan ada pertandingan lagi di pagi hari.
"Han?"
"Huh?"
Reysa menatap Reyhan aneh. Biasanya cowok itu paling cepat kalau urusannya soal makanan. Tapi melihat Reyhan yang melamun malah membuat Reysa jadi tak enak hati.
"Lo kenapa sih? Dari tadi diem terus."
Reyhan menggeleng sambil menggaruk belakang lehernya. "Gak, gue gapapa."
Reysa diam mendapat jawaban itu lalu kembali melihat isi kulkas "Ada telor sama susu. Gue bikin omelette aja gimana?"
"Hm. Up to you." Setelah mendapat persetujuan, Reysa mulai memasak. Disisi lain, Reyhan terus memperhatikan gerak gerik Reysa. Mereka setiap aksi yang cewek itu lakukan di otaknya sebab Reyhan yakin setelah apa yang dia putuskan tadi akan merubah segalanya.
Cewek itu tak akan ada di apartment nya lagi.
Cewek itu tak akan memasak lagi untuknya.
Dan cewek itu tak akan lagi berinteraksi dengannya.
Itu yang Reyhan yakini walau sebenarnya keputusannya tak sepenuhnya salah. Ini untuk kebaikan Tara dan demi hidup seseorang, Reyhan mengorbankan perasaannya juga menyakiti Reysa.
To be continued
Okay, first. Sorry udah lama tidak nongol buat update. Sejujurnya aku sekarang udah gak mood nulis. Tapi aku janji kok ceritanya bakalan selesai tapi.. ya gitu lama banget. Maaf ya.
Aku lagi mikirin soal project The Sieben yang sama mentoknya. Mungkin bakalan banyak yang dirubah idenya tapi gak sekarang karena seperti yang aku bilang tadi. Mood ku ilang ehe.
Kalau gitu aku kinta kalian sabar aja yaa. Aku gak akan ilang kok pasti terus nulis cuman gak langsung di WP biar jelas dulu ceritanya. Kalau udah beres baru aku publish.
Sekian untuk sekarang.
Fromzulfa with ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.