Reyhan terdiam di tempat, tak ada tanda darinya bahwa Reyhan akan menjawab sapaan Reysa tadi.
Tara yang menggenggem tangan Reysa hanya bisa menghela nafas lalu berbisik kepada adik iparnya "Dia kaget. Jadi gitu." Yang dibalas Reysa dengan anggukan dan senyum getir.
Setelah beberapa detik terdiam, Gibran memutuskan untuk menepuk bahu Reyhan agar pria itu tersadar dari lamunannya. Saat Reyhan sudah mengerjap. Dirinya kembali menatap Reysa.
"Oh." Ucapnya singkat lalu berbalik menghadap Gibran dan mengambil alih koper yang Gibran genggam. Dengan sigap dirinya memasukkan kedua koper besar itu kedalam bagasi.
Setelah selesai, tanpa berkata apa-apa Reyhan langsung berjalan menuju kursi kemudi.
Reysa menatap Reyhan tak percaya melihat sikap Reyhan yang di luar ekpestasinya. Begitu pula dengan Gibran dan Tara yang saling bertatapan bingung.
"Mungkin dia emang gak siap ketemu kamu." Ucap Gibran sambil menepuk bahu Reysa.
"Iya, dia kaget aja liat kamu balik." Tambah Tara.
Reysa hanya menghela nafas lalu memberikan senyum tipisnya "Dia pasti marah sama aku. Gak apa apa, aku pantes kok digituin."
Tara mukul tangan Reysa yang ada di genggamannya oleh tangannya yang bebas "Sut!! Kamu gak boleh mikir kaya gitu. Dia gak pernah marah sama kamu kok." Ucap Tara kesal
"Otak negatifnya diilangin aja sih de," ucap Gibran sambil membuka pintu penumpang untuk Reysa dan Tara masuk ke dalam mobil "sekarang kalian masuk, Reyhan nanti mikir yang engga-engga lagi."
Tanpa menjawab apapun, Reysa dan Tara masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil, Reysa dapat melihat beberapa sepatu basket yang tergeletak di jok belakang."Kan, kamu mah suka jorok, Rey! Sepatu itu disimpen di bagasi! Bukannya malah dilempar ke jok belakang." Omel Tara sambil merapikan sepatu sepatu Reyhan.
Yang pria itu lakukan hanya diam sambil menyalakan mobilnya seakan tidak mendengar apa yang Tara katakan tadi.
Reysa memperhatikan Reyhan dari belakang. Cowok itu terlihat lebih matang dan juga gagah tentunya. Manalagi Reyhan yang sekarang memotong rambutnya yang dulu gondrong tidak beraturan menjadi lebih rapi.
Terlihat lebih tampan.
Karena Reysa tak mau tertangkap basah sedang memperhatikan, gadis itu akhirnya berdeham "Lo masih main basket, Han?" Tanya Reysa ramah.
Reyhan tidak menjawab. Sebagai gantinya Tara mengangguk mengiyakan untuk menjawab pertanyaan Reysa tadi. Hal itu membuat Reysa sedikit kecewa dan memutuskan untuk diam.
Tara yang merasa tak enak akhirnya menjawab apa yang menurutnya harus Reyhan katakan "Dia udah gak basket semenjak lulus SMA, tapi kakak suruh basket lagi biar ada kegiatan. Sekarang Reyhan lagi seleksi PON," ucap Tara kepada Reysa.
Lalu Tara menatap Reyhan dengan wajah penasarannya "Oh iya, gimana seleksinya? Lolos kan?"
Reyhan melirik Tara dari kaca lalu mengangguk. Tara dengan otomatis langsung menjerit senang diikuti oleh Gibran yang memberikan selamat kepada Reyhan yang hanya terdiam merespon kegirangan kakaknya itu.
Reysa ikut memberinya selamat "Keren!! Selamat ya han! Gue tau lo pasti kepilih." Ucap Reysa namun tak mendapat respon apapun dari Reyhan yang hanya menatap lurus ke jalanan.
Lagi lagi, Reysa harus merasakan kecewa. Apa dirinya sudah di benci Reyhan?
"Kapan pertandingannya?" Tanya Gibran berusaha untuk mencairkan suasana. "September." Jawab Reyhan singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.