Hari yang panjang.
Keberuntungan memihak kepada Verment karena hari ini baik tim putra maupun putri berhasil memenangkan pertandingan dengan score baik. Memang bukan hal yang aneh jika Verment bisa dengan mulus melewati lawan-lawan mereka di babak penyisihan. Selama itu bukan Talenta, karena jika itu Talenta. Suasana Gor akan berubah panas begitu juga para pemainnya. Dikendalikan emosi karena merasakan rasa tidak mau kalah yang sangat tinggi.
Kini, Reysa sedang sibuk membereskan peralatannya. Tim putri baru saja selesai melakukan evaluasi dan berganti pakaian. Di dalam ruangan 3x3 meter itu diisi oleh ke duabelas pemain yang sedang sibuk berbenah diri dalam usaha menghilangkan keringat dan bau ketiak masing-masing.
"Minta bedak bayi dong!" Teriak Anggun dari sudut ruangan. Reysa yakin, gadis itu melupakan benda favorite nya itu. Gigi yang ada di sampingnya dengan enggan memberikan kepada Anggun miliknya. "Jangan boros!" Sungut Gigi begitu Anggun menaburkan isi botol itu dengan tidak hati-hati.
Reysa kembali sibuk membenahi peralatannya. Saat dirasa semua sudah masuk kedalam tasnya, Reysa bangkit "Gue nunggu di tribun ya?" Tanpa menunggu jawaban dari rekan satu timnya, Reysa sudah melenggang keluar ruangan itu. Reysa berjalan menuruni tangga menuju lantai dasar dengan pelan. Langkahnya berhenti begitu mendapati seseorang yang benar-benar ia kenal tengah berdiri di ambang pintu gor yang dilewati oleh banyak orang.
Pria itu seakan-akan mencari keberadaan seseorang karena matanya terus bergerak liar menuju kearah tribun. Reysa meneguk ludahnya dan perlahan turun. Semoga pria itu tidak menyadari kehadirannya.
Beruntung, gor pajajaran memiliki dua lorong masuk menuju lapangan dan tribun. Jadi, Reysa memilih jalan satunya dan berjalan menuju Reyhan yang kini tengah duduk bersama seorang gadis cantik berambut sebahu. Kembali, langkah Reysa memelan.
Gadis itu yang tadi dipeluk oleh Reyhan sebelum cowok itu bertanding. Siapa?
"Eh Rey!" Sapa Afdal begitu menyadari kehadiran Reysa yang hanya berdiri beberapa langkah dari mereka. Reysa mengerjap lalu tersenyum. Reyhan, cowok itu bahkan masih aku mengobrol dengan gadis itu seakan-akan dunia milik berdua. Dan hal itu sukses membuat Reysa merasa kesal.
"Kenapa lo?" Tanya Afdal begitu Reysa memilih duduk disampingnya. Bukan disamping Reyhan.
Reysa menggeleng. Gadis itu menatap kearah lapangan yang sedang mempertandingkan SMA Talenta putra melawan SMA 101 Bayangkara. Berusaha untuk tetap menonton pertandingan, namun usahanya gagal. Reysa benar-benar penasaran dengan hubungan antara Reyhan dengan gadis di sampingnya itu.
Reysa cemburu? Apa itu salah?
"Gak usah dipelototin. Datengin." Itu ucapan Tora yang duduk di belakang Reysa sedari tadi. "Cowok gak tau diuntung emang." Tambah Tora dengan nada mengejek. Biasanya Reysa akan berteriak marah jika Tora mengatai Reyhan seperti itu. Namun kali ini dia tidak melakukannya.
Reysa merasa bahwa perkataan Tora tidak sepenuhnya salah.
Sudah, mood Reysa hancur sekarang. Manalagi melihat gadis berambut sebahu itu mengacungkan ponsel di udara sambil membuka aplikasi kamera depan. Reyhan seperti yang tak ada melihat, merangkul gadis itu dengan santai dan merapatkan kepala mereka agar masuk kedalam layar.
Reysa menghela nafas kasar dan hal itu dapat ditangkap oleh Afdal dan Tora dengan sangat jelas. Saat Afdal hendak bicara, Tora sudah mendahuluinya. "Heh! Tai! Dikira dunia milik berdua aje, nempel-nempel! Gor masih luas noh!"
Akibat suara Tora yang terbilang cukup keras, bukan hanya Reyhan dan gadis itu yang berbalik, namun beberapa orang yang ada di sekitar mereka ikut memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 REY
Teen Fiction"REY!!" Satu panggilan itu mampu membuat dua orang sekaligus berbalik sambil sama-sama berteriak, "APA?!" Semua berawal dari tiga huruf itu.