09. HUG

109K 8.9K 142
                                    


"Pertama, mac and cheese bukanlah makanan yang sangat kusukai. Kedua, ada seorang wanita lain yang sangat kucintai sejak dahulu yang tak bisa tergantikan oleh siapapun..." Ujar Tuan Reed.

"Wanita yang Tuan Reed cintai sejak lama? Jangan-jangan, Ia peenah menjalin hubungan yang tak direstui keluarganya sehingga membuatnya terlibat masalah di keluarganya." Otaknya mulai menyimpulkan kata-kata yang keluar dari mulut Tuan Reed.

"Dia adalah Ibuku." Sambung Tuan Reed. Kalimat yang keluar dari mulutnya membuat khayalan Jane terpecah, perkiraan instannya jelas-jelas salah.

"Bagiku, dia adalah segala-galanya di dunia ini. Bahkan aku rela menukarkan sisa umurku demi bertemu dengannya kembali." Ujar Tuan Reed, air mukanya sedikit berubah.

Kemudian Tuan Reed mengambil dompet dari saku celana kirinya. Dan mengambil selembar photo, lalu memperlihatkannya kepada Jane. "Lihat ini ibuku"

Di dalam foto itu terlihat seorang wanita yang wajahnya mirip dengan Tuan Reed. Wanita yang sama dengan di foto yang pernah Jane lihat di album foto Tuan Reed yang pernah ia jatuhkan.

"Cantik sekali" Puji Jane.

"Ibuku meninggal karena sakit kanker. Dia begitu cantik, bahkan masih sangat cantik ketika sudah tak memiliki sehelai rambut pun" lama-kelamaan suara Tuan Reef semakin berat. Sesekali ia menelan ludahnya. Sangat terlihat baginya sangat sulit menceritakan apa yang keluar dari mulutnya tadi.

"Maaf... saya turut berduka. Sebaiknya tidak usah dilanjutkan lagi Tuan" ujar Jane tak enak hati membuat hati Tuan Reed mendung.

"Tak apa. Kau harus mendengarnya." Ujar Tuan Reed.

"Pasti ibu anda sangat bangga terhadap diri Tuan sekarang." Ujar Jane mencoba sedikit menghilangkan aura sedih Tuan Reed.

"Entahlah. Aku tidak merasa dia akan bangga terhadapku. Aku lebih mirip Ayahku."

"Ta... tapi menurutku wajah anda dan ibu anda sangat mirip."
"Bukan hal seperti itu yang kumaksud. Ayahku seorang pekerja keras, dan sangat mementingkan perusahaannya. Sampai-sampai sebulan sebelum ibuku pergi ia belum sempat menemani ibu di rumah sakit. Kupikir ia sepertiku, saat ini pekerjaan adalah hal yang terpenting. Ibuku pasti sangat kecewa bila ia tahu aku seperti ayah. Aku benci ayahku."

"Tidak Tuan. Saya yakin setiap ibu akan selalu bangga dengan anaknya, tak peduli seperti apapun anaknya." Ujar Jane menyemangati Tuan Reed.

Tuan Reed membalasnya dengan senyuman yang baru pertama kali Jane melihatnya. Bukan senyuman meremehkan khas Tuan Reed seperti biasa. Senyumannya kali ini membuat wajah Tuan Reed semakin tampan. Dan hal itu membuat Jane semakin berdebar.

"Kenapa aku? Ketika Tuan Reed tersenyum mengapa aku sangat senang? Apakah aku menyukainya?" Pikir Jane sambil mencoba meminimalkan detak jantungnya itu.

Namun ketika Tuan Reed melanjutkan ceritanya, lama-kelamaan senyumnya memudar kembali.

"Setelah ibuku tiada. Bahkan aku tak pernah melihat ayahku bersedih sama sekali, ia terus menyibukkan dirinya untuk perusahaan. Tapi semenjak itu ia lebih memperhatikanku. Itu karena ia berambisi membentuk diriku sebagai penerus perusahaan ini sekarang. Ketika aku berhasil mencapai prestasiku di sekolah ia hanya tersenyum kepadaku sebentar tanpa ada kata-kata pujian atau hal lain yang bisa menyemangatiku. Dan ketika aku tidak bisa menjadi nomor satu di sekolahku, ia selalu memperlakukan diriku seakan aku tidak pernah ada. Apakah itu pantas disebut keluarga?" Lanjut Tuan Reed.

Mendengarnya, Jane tak bisa berkata apa-apa. Ia selalu menyangka Tuan Reed adalah orang yang beruntung karena ia tinggal menikmati warisan orang tuanya tanpa perlu bersusah payah bekerja keras. Namun dibalik itu ternyata kenyataan berkata lain.

CONTRACT PARTNER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang