Kali ini Jane benar-benar mempercepat ketikan tugasnya. Dirinya sudah tidak enak hati karena terpaksa menyelesaikan tugas di tempat bossnya itu.
Sofa empuk yang ia duduki seakan menggodanya untuk berbaring diatasnya. Hari ini tubuhnya sedikit lelah dari biasanya. Mengingat tadi siang ia terpaksa kembali ke kantor dari kegiatan bolosnya.
Dan. Akhirnya tugas dari Tuan Reed pun selesai. Tak lupa ia mensave hasil pekerjaannya. Lalu ia mematikan dan menutup laptop yang Tuan Reed pinjamkan padanya.
Arlojinya sudah menunjukkan pukul satu malam.
"Yap. Waktunya pulang." Ujarnya dalam hati.
Tok tok...
Kemudian Jane mengetuk pelan pintu kamar Tuan Reed, berniat untuk meminta izin pulang. Jane sedikit ragu untuk mengusik bossnya dari tidur pulasnya.
Cklek...
Tak disangkanya Tuan Reed langsung membuka pintu kamarnya. Terlihat diri Tuan Reed yang lain dari biasanya. Pakaian yang biasa dikenakannya berganti menjadi kaos warna hitam dan celana coklat pendek selutut. Walaupun dengan pakaian seadanya, tetap saja kharisma Tuan Reed tetap terpancar seperti biasa.
"Oh... Nona Fisher... bagaimana pekerjaanmu?"
"Lagi-lagi yang dia tanyakan lengwnai pekerjaan. To the point sekali...:" gumam Jane dalam hati.
"Sudah Tuan"
"Ok.. bagus"
"Kalau begitu saya izin..."
KRUYUUUUKKK....
Belum selesai Jane berpamitan, tiba-tiba terdengarlah suara besar yang berasal dari perut kosongnya.
Wajahnya pun memerah karena ia ketahuan kelaparan.
"Memangnya kau akan pergi kemana?" Tanya Tuan Reed dengan muka datar seperti mengacuhkan suara keras yang barusan didengarnya.
"Mungkin untuk sementara saya akan menyewa kamar hotel sampai besok pagi jika listrik sudah bisa digunakan"
"Sekarang sudah pukul satu, jarang ada taksi yang berkeliaran. Kau tidur saja di kamar sebelah" perintah Tuan Reed.
"Tidak apa-apa Tuan. Saya bisa menunggu taksi di lobi baw.."
"Kalau kau lapar. Masaklah sendiri. Bahan-bahannya kau bisa ambil di kulkas. Tidak usah malu-malu." Ujar Tuan Reed memotong perkataan Jane seakan tak mau mendengar alasan Jane menolak permintaannya.
"Bagaimana ini?! Dari responnya, sepertinya tidak ada cara untuk menolak menginap di tempat ini. Tapi itu sangat tidak mungkin kan? Apa sebaiknya aku pergi diam-diam saja dari sini? Tapi tidak mungkin bisa! Aku masih terbayang-bayang kejadian saat mati lampu tadi... Aarghh.. Aku harus bagaimana?" Pikir Jane.
"Nona Fisher, jika kau ingin masak, tolong buatkan aku mac and cheese instan yang ada di kabinet sebelah kiri. Memasaknya menggunakan microwave" Pinta Tuan Reed dengan sejelas-jelasnya.
"Baik Tuan.." Ujar Jane bergegas ke dapur untuk membuat makanan karena dirinya sudah benar-benar lapar.
Jane memasuki dapur Tuan Reed yang di dominasi warna putih. Sangat indah dan tertata rapi. Top Tablenya terbuat dari batu marmer putih berurat kejinggaan. Ia membuka kulkas hitam besar yang pintunya sangat mengkilat. Didalamnya banyak terdapat makanan serba instan.
"Mungkin seperti inilah isi kulkas pria yang tinggal sendirian. Semuanya makanan kaleng." Gumam Jane dalam hati sambil mencari-cari kira-kira makanan apa yang 'cukup sehat' untuk dikonsumsinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT PARTNER [END]
ChickLitCOMPLETE Highest rank #3 on chicklit (28102017) ¤ ¤ ¤ This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actu...