Tok... tok... tok...
Jane mengetuk pintu kamar Tuan Reed."Julian... makan malam sudah siap." Ucap Jane dari balik pintu.
Jane menghela nafas panjang. Ia sangat bingung bagaimana ia bersikap di hadapan Tuan Reed yang sudah terlanjur mengetahui perasaannya.
Tuan Reed membuka pintu kamarnya, membuat mereka berhadapan satu sama lain. Jantung Jane berdetak cukup keras ketika tatapannya bertemu dengan Tuan Reed. Jane kemudian memalingkan pandangannya, mencoba menghentikan debarannya.
"Aku memasak sup jamur." Ujar Jane, membalikkan badannya. Entah kenapa ia menjadi salah tingkah di hadapan Tuan Reed.
Mereka pun duduk berhadapan di meja makan ditemani dengan suara dentingan sendok, mereka hanya terdiam tanpa kata.
Seperti biasa, Tuan Reed makan dengan sangat cepat, sedangkan Jane sangatlah lambat. Dalam hati Jane ia sangat khawatir jika Tuan Reed berkata padanya ia tak mencintai Jane.
Ia berharap jika waktu dapat diputar kembali, ia pasti tak akan seceroboh itu, berbicara 'aku mencintaimu' secara langsung kepada suaminya.
"Jane..." Tuan Reed memanggil Jane dengan nada datar.
"Astaga... dia memanggilku! Jangan-jangan setelah ini ia akan berkata terus terang jika ia tak mencintaiku." Jane mulai panik. Ia khawatir ini akan menjadi hari terakhirnya bersama Tuan Reed.
Jane hanya menatap supnya. Ia tak berani menatap suaminya langsung. Jane terus saja membayangkan bagaimana Tuan Reed menolak perasaanya. Rasanya ia ingin menjatuhkan air matanya ke dalam mangkuk supnya.
"Jane." Panggil Tuan Reed kembali, kali ini dengan suara yang sedikit dikeraskan.
Jane kemudian mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap suaminya. Ia tersenyum. Jane berusaha bertingkah seperti biasa di hadapan suaminya.
"Ya, Julian." Sahut Jane sambil melebarkan senyumannya.
Jane kemudian menghela nafas dan memejamkan matanya. Bersiap mendengar kalimat yang akan membuat hari ini menjadi hari terakhirnya di apartmen ini.
"Jane, terima kasih makan malam sup jamurnya." Ucap Tuan Reed.
Jane membuka kelopak matanya. Dilihatnya pria tampan di depannya. Malam ini, ia tak mendengar kalimat penolakan dari Tuan Reed. Malam ini Tuan Reed mengucapkan kata-kata terima kasih. Kata-kata yang membuat hatinya meleleh.
Jane terpana mendengarnya. Ia bahkan melepaskan sendok yang ia pegang kedalam mangkuk.
Ini pertama kalinya Tuan Reed berterima kasih atas makan malamnya. Jane mencoba kembali ke dunia nyata. Ia berusaha bersikap biasa. Setidaknya malam ini ia tak mendengar kata-kata menyakitkan seperti yang ia bayangkan.
"Ya. Terima kasih Julian sudah menghabiskannya." Ucap Jane sambil tersenyum hangat.
Namun, setelah itu Tuan Reed tetap saja memalingkan pandangannya dari Jane seperti biasa.
¤ ¤ ¤
Tak terasa sudah sekitar tiga bulan semenjak Jane tak sengaja menyatakan perasaannya kepada Tuan Reed, tiap harinya Jane selalu dibayang-bayangi ketakutan yang luar biasa jika saat itu Tuan Reed berkata padanya bahwa ia tak mencintai Jane.
Namun, selama tiga bulan berlalu Jane menyadari ada perubahan pada sikap Tuan Reed padanya. Tuan Reed selalu mengucapkan 'terima kasih' kepada Jane setiap Jane menyiapkan apapun keperluan Tuan Reed. Hal yang sebelumnya tidak pernah diucapkan oleh Tuan Reed. Ketika pulang kantor pun Tuan Reed mengucapkan 'Aku pulang Jane' bahkan terkadang mendahului Jane sebelum terucap kalimat 'selamat datang Julian' dari bibir Jane.
Namun selain kalimat-kalimat itu, tetap saja Tuan Reed terkadang masih membuang pandangannya terhadap Jane. Jane mengerti, semua itu Tuan Reed lakukan untuk membuat Jane senang dan menghormati perasaan Jane.
Cinta itu memang rumit. Berkali-kali Tuan Reed memperlakukan Jane hingga hatinya sakit. Namun, entah mengapa Tuan Reed memiliki gravitasi tersendiri yang berhasil membuat Jane jatuh kembali kepadanya ketika hampir saja ingin lari dari Tuan Reed.
Jane beberapa kali melihat ke arah jam dinding, sebentar lagi waktunya Tuan Reed untuk pulang dari kantor. Ia menyimpulkan senyumannya, ketika ia mengingat Tuan Reed siang tadi menelponnya untuk berkata terima kasih atas makan siang yang dibawakannya langsung.
Piip... piiip...
Suara pintu digital dibuka dari luar."Julian sudah pulang!" Ujar Jane antusias. Ia sudah tak sabar untuk memberikan suaminya pelukan selamat datang.
"Jane, I'm Home" ujar Tuan Reed.
Mendengar suaminya menyebutkan namanya, jantung Jane berdebar dengan kencang. Ia berjalan dengan cepat menuju pintu.
"Selamat datang Julian" sapanya dengan wajah berseri. Senyuman Jane lebih sumringah dari biasanya. Ia memeluk Tuan Reed.
Kemudian Jane dengan sigap membantu Tuan Reed untuk melepaskan jas dan dasinya.
Tuan Reed kemudian tersenyum kecil kepadanya. Wajah Jane memerah ketika mendapatkan hadiah senyuman dari Tuan Reed. Ia memalingkan wajahnya dari Tuan Reed, berusaha menutupi wajahnya yang mulai memerah.
"Aku hari ini memasak daging untuk makan malam." Ujar Jane sambil berlalu menyimpan jas dan dasi Tuan Reed ke dalam keranjang.
"Baiklah. Tunggulah di meja makan." Ucap Tuan Reed. Tumben sekali rasanya Tuan Reed membalas ucapan Jane ketika Jane mengajaknya makan malam.
Mendengarnya, tentu saja hati Jane semakin berdetak kencang. Ia bergegas ke kamarnya untuk sedikit merapikan rambutnya agar Tuan Reed lebih menggubrisnya. Ia pun memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah muda cerah.
Dan dengan segera ia pergi ke ruang makan. Jane kemudian memastikan kembali tatanan meja makannya agar lebih rapi, dengan sedikit menggeserkan sendok garpu yang ia sediakan supaya terlihat simetris.
Tuan Reed kemudian keluar dari kamarnya dan berjalan menuju meja makan tempat Jane menunggunya. Jane menatap tubuh Tuan Reed dari atas hingga bawah. Di dalam hatinya ia terus menerus memuji suaminya yang memancarkan kharisma yang kuat.
Tuan Reed duduk dihadapan Jane. Jane dengan sigap menuangkan air putih ke gelas Tuan Reed.
Dan mereka pun mulai makan. Keduanya terdiam seperti biasa, sibuk dengan makanan masing-masing.
Dan seperti biasa pula Tuan Reed menghabiskan makanannya lebih cepat dibandingkan Jane.
"Jane..." panggil Tuan Reed.
"Ya Julian." Sahut Jane, dimulutnya masih terdapat makanan.
Tuan Reed kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya, dan memberikannya kepada Jane, sebuah kertas.
"Uhuk.. uhuk..." Jane tersedak makanan yang ada ditenggorokannya. Ia sangat terkejut ketika melihat kertas yang diberikan Tuan Reed. Ia pun meminum air putih yang ada di hadapannya.
"Ti.. tidak mungkin Julian... Ii...ini?!" Ucap Jane terbata. Ia memastikan kertas yang diberikan Tuan Reed bukanlah kertas yang salah.
"Tidak Jane, kita akan pergi esok hari."
"Tapi, bagaimana dengan pekerjaanmu Julian? Bukankah kau sedang sibuk mengerjakan proyek miniland?" Tanya Jane.
"Aku akan mengambil cuti selama beberapa hari." Ujar Tuan Reed.
Jane kemudian membaca kembali kertas yang ia pegang. Kertas itu adalah tanda bukti pemesanan paket berlibur untuk dua orang ke sebuah pulau beriklim tropis ternama.
"Apa kau yakin Julian?" Ujar Jane dengan mata sedikit terbelalak.
"Ya. Besok kita akan pergi bulan madu." Ujar Tuan Reed disusul dengan senyum tak simetrisnya.
¤ ¤ ¤
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT PARTNER [END]
ChickLitCOMPLETE Highest rank #3 on chicklit (28102017) ¤ ¤ ¤ This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actu...