22. STORY

90.2K 7.2K 126
                                    


Semua kolom isian dari surat permohonan perceraian sudah diisinya, hanya dua kolom tersisa yaitu tanggal permohonan dan persetujuan tergugat.

Tiba-tiba...

"Jane..." Panggil Tuan Reed sudah ada didepan pintu, kehadirannya sontak membuat Jane terkejut.

"Ju... Julian..." Jane sangat terkejut, ia terlalu fokus menulis surat itu sehingga ia tak mendengar suara kunci pintu digital yang terbuka.

Jane langsung cepat-cepat menyembunyikan kertas itu di bawah tumpukan buku lainnya.

Entah kenapa ia sangat khawatir jika Tuan Reed mengetahui jika ia menulis surat itu.

"Sedang apa kau Jane?" Tanya Tuan Reed.

"Oh Tuhaaan... Apa aku ketahuan? Jika benar, dia pasti akan marah besar padaku!" Pikiran Jane mulai khawatir. "Aku baru saja... ummm... membaca sinopsis novel ini" Ujar Jane sedikit gugup, ia kemudian mengambil novel barunya dan menunjukan kepada suaminya agar percaya. "Maaf... aku terlalu fokus"

"Bukan itu maksudku. Kau tahu ini sudah jam berapa? Ini sudah waktunya untuk makan siang. Aku sedari tadi menunggu kau mengantar makan siangku di kantor. Jadi kuputuskan pulang untuk mengecekmu. Ternyata kau sedang asyik dengan hal yang lain." Ujar Tuan Reed dengan nada yang meninggi.

"Syukurlah... Ia tak menyadari aku sedang menulis surat itu. Tunggu..." Jane sedikit lega. Ia kemudian menoleh ke arah jam dinding. "Astagaaa... sudah waktunya Julian makan siang. Dan aku belum memasak apapun untuknya." Kepanikan Jane yang baru saja hilang kini muncul kembali.

"Julian... Aku minta maaf, aku belum memasak sama sekali. Tunggulah disini. Kau ingin kubelikan makanan apa?" Ujar Jane sangat merasa bersalah. Ia dengan cepat mengambil mantelnya untuk pergi keluar membelikan makan siang untuk suaminya.

"Kau terlalu banyak buang waktu jika harus membeli diluar. Ini jam makan siang, restoran manapun pasti sangat ramai"

"Maafkan aku Julian."

"Masaklah dengan cepat. Akan kutunggu"

Jane dengan cepat menyiapkan makanan untuk Tuan Reed sambil berharap emosi Tuan Reed tak lagi tumpah padanya.

¤ ¤ ¤

Jane memegangi surat permohonan perceraian yang sudah diisinya. Hatinya berdegup sangat kencang.

"Bagaimana aku meminta Julian untuk menandatanganinya?" Tanya Jane dalam hati. Ia kemudian memasukan surat itu kembali ke map coklat dan disimpannya ditempat semula. Ia akan meminta Tuan Reed untuk menandatanganinya ketika ia sudah siap. Tetapi bukan hari ini.

Jane kemudian menghembuskan nafas panjang dengan berat.

Ia mengambil novel barunya yang bahkan belum sempat ia baca kemarin karena ia fokus mengisi surat permohonan itu.

Ia membaca novel itu dengan sangat fokus di waktu luangnya. Dalam dua hari ia sudah ada pada bagian paling tengah novel itu, bagian cerita yang paling emosional sampai membuat pipinya basah karena air mata.

Dan beberapa hari berikutnya ia telah menyelesaikan membaca novel itu.

Novel yang begitu indah dengan akhir yang bahagia. Ia selalu mengulangi membacanya dari awal hingga berkali-kali.

¤ ¤ ¤

"Jane... Aku membawakan makanan yang terbuat dari coklat untukmu." Ujar Tuan Reed yang baru saja tiba di rumah dari kantornya. Ia kemudian menaruh sebuah bungkusan di atas coffee table.

CONTRACT PARTNER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang