Tuan Reed kemudian menarik Jane agar mengikutinya masuk ke dalam shower box yang berada di sudut ruang kamar mandi. Diputarnyalah tubuh Jane sehingga membelakangi dirinya dan membuat Jane menghadap ke dinding kaca pembatas shower box.
Tuan Reed menyalakan shower sehingga turunlah air hangat membasahi tubuh mereka. Lingerie yang dipakai Jane pun basah karenanya, begitu pula dengan celana pendek yang dipakai Tuan Reed.
Melihat tetesan-tetesan air yang membasahi tubuhnya, Jane teringat dengan kejadian ketika Tuan Reed memeluk dan menciumnya dikala sebelum hujan turun dan menyiram tubuh mereka. Waktu itu Tuan Reed seperti akan memberitahukannya sesuayu yang serius. Namun, kata-katanya terpotong karena turunnya hujan.
"Ketika hujan tadi, apa sebenarnya yang ingin Julian katakan kepadaku? Waktu itu aku hanya mendengar Julian berkata aku menc... Jangan-jangan.." Pikir Jane dalam hati.
Tuan Reed mulai menciumi pundaknya kemudian menjalar ke leher Jane. Jane merasakan sesuatu yang membuat dirinya bergejolak ketika bibir Tuan Reed menyentuh kulitnya.
Jane menatap pantulan bayangan pria yang dicintainya melalui dinding kaca shower box. Terlihat Tuan Reed begitu menikmati setiap ciuman yang ia berikan pada tubuh Jane.
"Julian ingin mengatakan padaku 'aku mencintaimu'. Aku harus dengar dari dirinya langsung" Ucap Jane dalam hati antusias.
Tangan Jane kemudian menggenggam tangan Tuan Reed yang sedang menjamah bagian perut dan pinggulnya yang mulus.
"Hhhhaahhmm..." Jane merasa semakin bergejolak ketika Tuan Reed memraba-raba perutnya.
"Ju... Juliann..." Panggil Jane suaranya mulai tak jelas karena tercampur dengan desahannya yang menikmati setiap inchi sentuhan Tuan Reed.
Tapi, kali ini ia harus mengendalikan dirinya. Rasa keingintahuannya terlalu besar, dirinya penasaran akan ucapan Tuan Reed yang terputus saat hujan mengguyur bumi.
Jane kemudian membalikkan badannya, membuat dirinya bersandar pada dinding kaca yang sebelumnya ada di hadapannya.
"Aku ingin mendengarnya Julian, kelanjutan dari kalimat itu..." Ujar Jane dalam hati.
"Julian..." Panggil Jane sambil menatap dalam-dalam wajah suaminya. Pandangan mereka berdua menyatu. Tuan Reed mendekati wajah Jane dan menciumnya dengan rakus. Menciumnya, menciumnya lagi dan lagi, sampai jumlahnya sebanyak bintang di angkasa.
Jane menahan dada Tuan Reed dengan telapak tangannya untuk menghentikan ciumannya yang membabi buta.
"Ada apa? Apa ada yang membuatmu tak nyaman Jane?" Tanya Tuan Reed menghentikan ciumannya, namun tangannya masih bermain di pinggul Jane.
"Aku ingin mendengar kelanjutan kalimat yang kau katakan sebelum hujan tadi." Pinta Jane.
Mendengarnya, Tuan Reed pun tersenyum. "Apa itu penting? Aku tak ingin membahasnya sekarang Jane." Ucap Tuan Reed.
"Kumohon" Pinta Jane sedikit memelas, sesekali ia mengelus-ngelus dada Tuan Reed yang sedikit berbulu. Ia sangat ingin mendengar kata-kata indah yang akan keluar dari mulut Tuan Reed. Kata-kata 'aku mencintaimu'.
"Jane, aku mencoba untuk membangun Miniland tak hanya di satu kota saja." Ucap Tuan Reed memenuhi permintaan Jane.
Jane terdiam, kalimat yang separuh ia dengar ternyata dalam kenyataannya berbeda dari yang ia inginkan. Bukan kalimat 'aku mencintaimu', melainkan obrolan mengenai perusahaan.
Lagi-lagi Jane sangat menyesal ketika hayalannya mengenai Tuan Reed menjadi terlalu tinggi. Jane menjadi lesu.
"Hei Jane, sudah kubilang kan sebelnya aku tak ingin membahasnya." Ucap Tuan Reed mencoba menghilangkan kelesuan yang ada di wajah Jane.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT PARTNER [END]
ChickLitCOMPLETE Highest rank #3 on chicklit (28102017) ¤ ¤ ¤ This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actu...