"Julian, aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan jujur." Ucap Jane. Ia menatap cincin pemberian Tuan Reed yang melingkar di jarinya, Jane tak ingin menatap suaminya."Ya. Tapi bersihkan dulu lukamu." Ucap Tuan Reed.
"Julian, apa Sophie itu pernah menjadi kekasihmu?" Tanya Jane. Walaupun ia sudah tahu jawabannya, ia hanya ingin mendengarnya langsung dari Tuan Reed.
Mendengar pertanyaan semacam itu, Tuan Reed sangat terkejut.
"Bagaimana kau bisa..." Ucap Tuan Reed bertanya kepada Jane, namun Jane langsung memotong ucapannya.
"Jawablah Julian!" Ucap Jane dengan nada yang meninggi.
"Ya. Kami pernah memiliki hubungan spesial, tapi..."
"Apa kau masih mencintainya?" Tanya Jane, lagi-lagi ia memotong penjelasan Tuan Reed. Jane kemudian mengarahkan pandangannya ke kedua bola mata Tuan Reed. Tatapan mereka bertemu.
"Tidak" Ucap Tuan Reed berusaha meyakinkan Jane.
"Kau berbohong Julian." Ucap Jane dalam hati.
"Aku mencintaimu Jane." Sambung Tuan Reed.
"Itu adalah kebohongan terburukmu Julian." Ucap jane dalam hati.
Tanpa sadar, Jane menjatuhkan air matanya di hadapan suaminya itu. Air mata itu mengalir begitu saja.
"Jane... aku bisa menjelaskan semuanya." Ucap Tuan Reed memelas. Telapak tangannya menyentuh kedua pundak Jane. Berusaha memberikan pengertian.
"Tidak Julian. Kumohon. Aku ingin sendiri." Ujar Jane melepaskan kedua tangan Tuan Reed dari pundaknya.
"Jane..." Panggil Tuan Reed semakin memelas.
"Aku akan tidur di kamar sebelah." Ucap Jane sembari berlalu.
"Baiklah. Jika itu maumu. Tapi setidaknya biarkan aku membantumu membersihkan luka di kakimu." Ucap Tuan Reed perhatian.
"Jangan menyentuhku!" Ujar Jane tegas.
"Ok. Kau tidurlah di kamar kita. Aku yang akan tidur di sofa. Tak ada yang boleh tidur di kamar lain selain kamar kita." Ucap Tuan Reed mencoba meyakinkan Jane.
"Itu pilihanmu Julian." Ucap Jane sambil menutup pintu kamar tidur mereka.
Dan, lagi-lagi Jane menangis.
¤ ¤ ¤
Beberapa koper dan tas sudah terisi penuh oleh barang-barang milik Jane.
Ya. Malam ini Jane akan pergi ke tempat yang sangat jauh. Ia akan pergi secara diam-diam.
Dengan berat hati, ia melepas cincin indah yang diberikan Tuan Reed ketika 'melamarnya'. Mengingat momen ketika Tuan Reed memberikan cincin kepadanya. Ia tersenyum, namun air matanya masih mengalir.
Jane menaruh cincin pernikahannya diatas semua berkas-berkas yang berhubungan dengan kontrak pernikahannya itu, termasuk dengan surat permohonan cerai yang sudah siap ditandatangani suaminya. Semuanya tersimpan rapi di atas coffee table.
Jane kemudian menatap suaminya yang tidur terlelap di sofa. Tuan Reed terlihat sangat tenang ketika tertidur, seperti seorang bayi.
Jane menatap wajah suaminya yang tampan. Ia mengelus rambut coklatnya. Menyentuh hidung Tuan Reed yang mancung dengan menggunakan jarinya. Kemudian, jarinya disentuhkan ke bibir pria tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT PARTNER [END]
Literatura KobiecaCOMPLETE Highest rank #3 on chicklit (28102017) ¤ ¤ ¤ This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actu...