"Secara official. Maukah kau, Nona Jane Fisher, menjadi Nyonya Reed-ku?" Ucap Tuan Reed."Oh my....!!" Teriak Jane histeris. Diujung kelopak matanya jatuh air mata haru. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasa menjadi wanita istimewa bagi seseorang.
"Jangan menangis. Ayo jawablah!" Pinta Tuan Reed.
Air mata Jane masih mengucur. "Mama, Ayah... sepertinya aku akan menjadi pengantin wanita yang sangat bahagia di muka bumi ini" Ujar Jane dalam hati. Ia kemudian memeluk Tuan Reed bentuk rasa bersyukurnya memiliki pria 'surprise box' itu.
Tuan Reed membelai rambut merah Jane yang lembut. "Apa ini artinya ya?" Tanya Tuan Reed memastikan jawaban yang sebenarnya sudah pasti ia ketahui.
"Ya Julian. Ya!" Ujar Jane suaranya berat karena menangis.
Kemudian Jane melepaskan pelukannya dan menatap calon suaminya itu. Tuan Reed tersenyum hangat, lalu ia memegang jemari Jane dan memasangkan cincin indah itu ke jari manis Jane."Syukurlah, ternyata ukurannya pas" Pikir Tuan Reed lega. Awalnya ia sedikit was-was jika nanti ukuran jemari Jane tak sama ukurannya dengan cincin yang spesial ia pesan dari pengerajin perhiasan ternama.
Tuan Reed mengusap air mata Jane dengan jemari besarnya. "Ayo. Kita lanjutkan makannya." Ajak Tuan Reed.
Seusai mereka menghabiskan dessert yang dibuat Jane, mereka melanjutkannya sengan mengobrol mengenai pekerjaan Jane yang baru.
"Jadi, kau memerintahku menempati posisi Tuan Coleman dengan alasan karena aku calon istrimu?" Tanya Jane.
"Tidak. Bukan karena itu. Pekerjaan dan keluarga adalah hal yang berbeda. Aku memilihmu karena untuk orang yang memiliki pengalaman sedikit sepertimu, kau bekerja dengan sangat baik dan loyal pada perusahaan. Untuk hal kau adalah istriku nantinya, itu merupakan nilai tambah untukku bisa selalu bersamamu Jane. Jadi, kau tak usah khawatir, kau memang pantas mendapatkannya" Jelas Tuan Reed.
"Terima kasih Julian atas kepercayaanmu" Ujar Jane. Jane beranjak menuju tempat pencuci piring. "Setelah ini aku akan langsung pulang." Sambung Jane.
Tuan Reed kemudian menarik lengan Jane dan mengajaknya duduk di sofa.
"Mungkin Julian masih ingin berbincang denganku. Aku pun ingin. Tapi, jika tak pulang sekarang, aku akan tertinggal bus." Gumam Jane dalam hati.
"Jane, jangan pulang." Ujar Tuan Reed merajuk.
"Tidak bisa. Aku harus pulang. Saat ini aku harus tetap berada di rumah walaupun esok hari libur. Aku belum sah menjadi istrimu." Ujar Jane memberikan pengertian.
"Jane.... Aku ingin itu" Ujar Tuan Reed sambil kedua tangannya memegang pundak Jane.
"I... itu?!" Jane ingin memastikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Tuan Reed.
Tuan Reed kemudian menatap Jane tanpa berkedip. Kemudian menjatuhkan dirinya diatas tubuh Jane, sehingga tubuh Jane terbaring diatas sofa dan sedikit tertindih tubuh.
"Jangan-jangan... maksud Julian adalah...." Pikir Jane. Ia yakin dari yang ia lihat saat ini Tuan Reed penuh dengan gejolak gairah. "Gawat... aku takut" Tubuhnya mulai sedikit gemetar dan wajahnya pucat pasi.
Kemudian Tuan Reed sedikit menyibakkan baju bagian bawah Jane, hingga perutnya terekspos. Tanpa bicara Tuan Reed menyentuh perut Jane dengan tangan besarnya, dan hal itu membuat Jane sangat merinding. Tangan Tuan Reed meraba tubuh Jane keatas dan semakin keatas.
"Aghhh... Tidak!!!" Teriak Jane dalam hati.
Tiba-tiba...
BUAKK...!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT PARTNER [END]
Literatura FemininaCOMPLETE Highest rank #3 on chicklit (28102017) ¤ ¤ ¤ This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actu...