Dengan melalui surat ini, saya selaku pemberi warisan menguasakan seluruh harta benda serta aset yang saya miliki kepada putra tunggal saya, Julian Bryant yang sangat saya cintai.Seluruh perusahaan beserta anak perusahaan akan menjadi tanggung jawab penuh penerima warisan ketika pemberi warisan sudah meninggal dunia.
Tanggung jawab terhadap anak perusahaan terkecil akan langsung dialihkan kepada penerima warisan ketika pemberi warisan sudah menilai penerima mampu menjalankannya.
Pengalihan tanggung jawab perusahaan inti akan dialihkan kepada penerima, ketika penerima sudah dewasa, ditandai dengan mengikatkan diri dalam sebuah pernikahan.
Untuk warisan yang merupakan aset pribadi akan dijelaskan pada lampiran-lampiran berikutnya.
Demikian surat ini saya tulis secara sadar.Joshua Bryant
¤ ¤ ¤
"Jadi, Julian menikahiku karena ini. Ia membuat kontrak pernikahan karena warisan dari ayahnya..."
Jane kembali mengacak-ngacak selimut dan seprai yang baru ia rapihkan. Bukan karena perasaannya yang kacau, tetapi ia melakukan itu karena ingin membuat kamar Tuan Reed berantakan seperti semula seakan ia tak pernah menyentuh apapun di kamar suaminya.
Air matanya masih mengalir deras. Ia benci karena ia tahu Tuan Reed menikahinya bukan karena memiliki rasa khusus padanya, seperti yang ia duga selama ini.
Yang lebih membuat hatinya semakin sakit adalah ia terlanjur mencintai suaminya.
Ia membuat kamar itu berantakan seperti semula, begitu pula berkas-berkas yang memicu rasa kecewanya itu, ia letakkan ke tempat semula.
Ia tak ingin suaminya mengetahui jika ia pernah membaca berkas-berkas itu. Ia sangat takut sikap Tuan Reed akan semakin dingin padanya ketika Tuan Reed tahu ia telah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang mengganggunya.
Tangan Jane masih bergetar. Ia mencoba menahan tangisannya tapi tetap saja tak bisa. Dadanya sesak.
Tuan Reed sudah menunggu cukup lama di meja makan. Jane tak ingin suaminya curiga. Ia bergegas menuju toilet untuk membasuh wajahnya yang memerah akibat menangis.
Ia merapikan ikatan rambutnya sambil bercermin. Ia mencoba membuat mimik wajahnya seakan tak terjadi apapun. Ia menahan tangisnya sekuat tenaga walaupun tak optimal.
Air matanya masih mengambang di kelopak bagian bawah matanya. Tapi ia membiarkannya begitu saja. Lagipula Tuan Reed tak mungkin menyadarinya, karena Tuan Reed tak pernah memperhatikan Jane. Tuan Reed tak peduli padanya.
Ia memasukkan handuk yang menggantung dipundaknya ke dalam keranjang cucian.
Jane menata bacon dan scramble egg buatannya di sebuah piring putih, dan diberikannyalah piring itu kepada Tuan Reed.
Tuan Reed heran ketika istrinya hanya menyiapkan satu porsi yaitu untuknya saja.
"Jane, dimana makananmu?" Tanya Tuan Reed.
Jane kemudian duduk di hadapan Tuan Reed sambil memasang senyum palsu agar suaminya tak curiga.
"Aku tidak lapar. Kau makanlah duluan, akan kutemani." Ujar Jane dengan suara bergetar. Perutnya lapar, namun entah kenapa mulutnya tak ingin menelan apapun.
Ketika menatap Tuan Reed hatinya merasa sangat pedih. Baginya Tuan Reed begitu dekat, namun tak terjangkau sama sekali oleh dirinya.
Brakk!
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT PARTNER [END]
ChickLitCOMPLETE Highest rank #3 on chicklit (28102017) ¤ ¤ ¤ This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events and incidents are either the products of the author's imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actu...