Di kantin setelah Dinda keluar dari neraka sekolah (baca:ruang bk) dan telah kelar menghadap dua malaikat maut (baca:Bu Ike dan Pak Widodo).
"Appaahhhh?!"teriak Hanny saat aku menceritakan apa yang baru saja kualami di ruang BK.
"Busyet muncrat nyet! Biasa aja kali!"
"Eh iya sorry deh. Tapi siapa ya Din yang ngelakuin semua itu?"tanya Hanny.
"Nah itu Han. Aku juga nggak tau,"jawabku.
"Sstt. Lo udah baca hot news di mading sekolah kita nggak?" Kudengar perbincangan beberapa adik kelas yang duduk di dekatku.
"Oh iya aku tau. Masak sih Kak Dinda kayak gitu,"respon temannya.
"Iya aku juga nggak percaya sebenernya. Kukira Kak Dinda itu anak baik-baik. Eh ternyata...."
"Halah. Jangan percaya sama tampang orang doang. Mungkin aja kan dia sok polos buat dapet perhatian dari guru-guru,"jawab seorang temannya. Wah kampret nih anak. Dipikir gue nggak denger apa?
"Hai dek. Tadi bilang apa? Bisa tolong diulangi nggak?"tanyaku disertai tatapan devilku pada adik kelas itu.
"Eh K-kak Dinda. M-maaf kak,"jawab anak itu takut.
"Apa itu maaf? Tadi kan aku tanya. Ya dijawab dulu dong,"ucapku sambil menarik kerah bajunya.
"Din. Dinda,"ucap Hanny berusaha menyabarkanku. Akhirnya kulepaskan tanganku yang menarik kerah anak itu.
"Enak ya nge judge orang dari belakang. Lain kali kalo nggak tau masalahnya jangan asal nyerocos aja dong. Punya mulut tuh dijaga neng!" Kusentuh bibirnya dengan telunjukku. Senyum devilku berhasil membuatnya mati kutu.
"I-iya kak. M-maaf ya Kak D-dinda. Aku balik dulu,"ucapnya dan langsung ngacir keluar kantin.
"Serem lo Din kalo gitu. Kalo gue jadi anak itu mah bisa-bisa gue pingsan di tempat,"kata Hanny sambil tertawa.
"Haha lebay lo!" Aku menyeruput jus alpukat yang sudah ku pesan. Hanny juga menikmati siomaynya. Kulihat ke arah mading sekolah yang memang ada di dekat kantin. Rame banget di sana udah kayak ada hasil pengumuman kelulusan.
"Eh tuh mading tumben rame binggo,"ucapku.
"Entah. Tapi tadi denger-denger ada hot news gitu,"kata Hanny di sela-sela kunyahannya.
"Oh ya. Lo udah liat belum?"tanyaku.
"Belum sih. Liat yuk!"ajak Hanny saat ia sudah selesai makan. Ia meminum jus jeruknya sampai setengah gelas dan langsung menarik tanganku.
Nggak butuh waktu lama gue sama Hanny udah ada di depan mading itu.
"Nah ini dia orangnya,"kata seorang kakak kelas.
"Apa? Ini ada apa sih?"teriakku bingung.
"Ternyata luarnya cantik tapi dalemnya busuk!"lanjutnya sambil mendorong bahuku.
"Eh kalo ngomong dijaga ya,"ucapku dan aku juga mendorongnya sampai dia mundur beberapa langkah. Kerumunan murid-murid yang tadi melihat mading seketika ribut. Mereka pun berusaha melerai kami.
"Ini ada apa sih?"tanyaku. Aku masih bingung kenapa semua orang memperlakukanku seolah aku baru saja membunuh seseorang.
"Ehm Dinda,"panggil Hanny takut-takut.
"Apa!?" Aku menoleh ke arahnya. Dia menunjuk ke arah foto yang ditempel di mading.
Wait.
Fotoku.
Fotoku di club waktu itu.
Gila! Bukan hanya satu. Ada tiga buah fotoku yang ditempelkan di kertas manilla terpajang di situ. Watdepak??!!! Salah satunya saat aku sedang menegak alkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) A Bad Girl
HumorIni adalah bagian dari diriku yang tidak kukenal. . Hai. Namaku Dinda. Adinda Virandini Key lengkapnya. Ini cerita tentang diriku yang menjadi badgirl. Bukan aku yang menginginkannya. Melainkan.... memang keadaan yang memaksaku. Keluargaku broken ho...