Thirty Nine (Rencana G)

369 30 2
                                    

"Halo Din,"suara Putri di telpon.

"Iya halo. Gimana? Jadi kan?"tanyaku.

"Iyalah pasti. Eh btw,lo harus tau Din! Angga hari ini masuk sekolah!"kata Putri.

"Anjir kampret! Masuk sekolah? Padahal dua hari kemaren nggak masuk. Segitu nggak maunya ketemu gue,"ucapku lesu.

Hari ini adalah hari pertama aku nggak masuk sekolah di SMP ku itu lagi. Dan kampretnya,Angga masuk hari ini. Bayangin! Segitu menghindarnya dari aku? Segitu marahnya. Kadang kesel sendiri sih sebenernya.

"Nah makanya itu. Yaudah deh,nanti gue jemput lo. Sesuai rencana kita sebelumnya kan?"tanya Putri.

"Oke sip,"jawabku. Setelah itu aku mereject telpon dari Putri.

Hari ini,aku udah bikin rencana buat ketemu dan nyelesaiin semua masalah ini sama Angga. Pastinya yang bantuin itu Putri,Hanny,and Devan. Jadi gini....

*
*
**flashback on**
*
*

Di rooftop hari itu. Hari terakhirku di sekolah.

"Wait wait. Kalo gue tiba-tiba ke rumah Angga,emang si dia mau bukain pintu? Orang gue telpon aja nggak pernah diangkat,"ucapku pada tiga temanku ini

"Iya juga sih. Tapi nggak ada salahnya juga kan dicoba,"ucap Hanny.

"Gue nggak enak sama mamanya Angga. Masak setiap gue ke rumahnya bawaannya lagi marahan terus sama Angga. Nanti mamanya juga yang ikut ngerayu kayak waktu itu,"ucapku.

"Bener juga sih,"kata Hanny dengan polosnya. Dan semuanya malah ikutan diem. Ih ngeselin tambah bingung nih w.

"Jadi gue harus gimana nih guys? Gue nggak mau berantem sama Angga gini apalagi saat hari-hari terakhir gue di sini,"ucapku frustasi.

"Pokoknya gimana caranya lo tuh harus ketemu dan ngomong sama Angga! Lo kasih pengertian baik-baik ke dia. Jangan emosi. Itu jalan satu-satunya buat baikan,"kata Devan.

"Bener tuh Din. Gue setuju. Mungkin cuma cara itu yang bisa bikin dia ngerti,"kata Hanny.

"Van lo coba telpon Angga deh sekarang,"ucap Putri.

"Telpon? Telpon Dinda aja nggak diangkat. Apalagi gue?! Kalian nggak inget yang waktu itu? Dinda sama gue ke rumah Angga dan dia aja nggak mau ketemu gue,"ucap Devan agak emosi. Dasar cowok hmm.

"Devan! Lo coba aja apa salahnya sih? Angga tuh marahannya lagi sama Dinda kali bukan lo. Udah cepetan!"perintah Putri.

"Oke oke. Gue coba nih. Tapi kalo nggak berhasil jangan salahin gue,"kata Devan lalu ia mengambil handphone di sakunya dan menelpon Angga. Ia me-loud speaker panggilannya biar semuanya bisa denger. Devan mngode kami supaya diam

"Tut... Tut... Tut..."suara nada sambung telponnya.

"Ih nyambung. Angga angkat dong Ga. Plis angkat!!!"ucapku refleks.

"Shhhhtttt Dindaaa!"ucap ketiga temenku kompak. Berbisik tapi. Dan aku cuma bisa nyengir semanis mungkin. Hehe peak banget gitu ya w?

Sedetik.

Dua detik..

Tiga detik...

Empat detik....

"Halo,"jawab suara dari seberang telpon.

Angga!

"Ih diangkat!"teriakku refleks. "Ehhhhmmmmm!!!!" Mulutku langsung dibekap sama Putri.

"Dindaaaaaa!"teriaknya tertahan. Ekspresi ketiga monyet ini juga kek gemes banget gitu sama w.

I'm (Not) A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang