"Whaaaattt?! Selingkuh?!!"teriak Hanny di kantin saat kuceritakan kejadian malam itu. Kebiasaan seperti biasanya.
"Sshhh elo nih! Jangan memperkeruh suasana,"ucap Putri.
Iya. Sekarang aku lagi nongkrong cantik di kantin sama kedua sahabatku. Dan aku nggak bisa nahan diri buat ceritain semuanya. Tapi ada hikmahnya,aku ngerasa lebih lega.
"Ups! Maaf maaf,"kata Hanny sambil menutup mulutnya.
"Terus terus Din? Lo sekarang gimana? Ayah lo jarang pulang ke rumah,di rumah cuma sama simbok. Duh gue nggak tegaaa!"ucap Putri sambil melukku tiba-tiba. Meskipun agak alay,tapi cukup buat gue terharu.
"Din? Lo kok berkaca-kaca sih? Din...jangan nangis. Kita di sini kok temenin lo,"ucap Hanny dan ia ikut memelukku. Omg! Nggak kerasa aku nangis lagi.
"Hiks. Makasih banget ya. Kalian emang sahabat yang terbaik. Jangan tinggalin gue ya,"pintaku.
"Iya Din. Janji! Eh tapi by the way,Bunda kamu udah tau belum soal ini?"tanya Putri.
"Justru itu. Gue bingung mau ngomongnya gimana,"jawabku.
"Jadi Bunda lo belum tau sama sekali?"tanya Hanny dan aku menggeleng. Aku sendiri bingung harus ngapain sekarang.
"Tapi kalo menurut gue Din. Bunda lo tuh seharusnya lo kasih tau. Bagaimanapun dia juga berhak tau tentang ini. Jadi cepat atau lambat harus lo kasih tau,"saran Hanny.
"Iya sih guys. Bener juga. Yaudah nanti gue pasti kasih tau. Tunggu waktu yang tepat aja,"jawabku.
"Sip. Udah sekarang jangan sedih lagi,"kata Hanny.
"Iya tuh Din. Sekarang kita mau makan apa? Gue yang pesen deh!"ucap Putri.
"Mie ayam!!!"teriak Hanny dengan semangatnya.
"Oke oke boleh. Dinda juga?"tanya Putri.
"Iya deh. Mie ayam satu. Yang...."kataku lalu langsung disambung Putri.
"Yang pedes kan? Haha hapal gue Din,"ucapnya dan kujawab dengan anggukan. Putri lalu pergi memesan tiga mangkuk mie ayam. Sisa waktu istirahat itu kami habiskan sambil makan.
***
Beberapa minggu kemudian...
"Misseeehhh....."teriak seseorang di depan kelasku. Aku tau ini suara siapa. "Dinda ada nggak?!"lanjutnya bertanya pada teman sekelasku,Bindut.
"Din,Din. Ada Angga tuh,"kata Putri sambil menyenggol tanganku.
"Dindaaaaaa!!! Dicariin Angga!!!!"teriak Bindut dengan begitu kerasnya dari pintu kelas. Aku segera lari ke pintu setelah ijin sebentar ke Putri.
"Udah tau gue Bibin Gendut. Gausah teriak-teriak deh. Hmmm gemes gue,"ucapku sambil mencubit kedua pipinya dan ngambil jajan di tangannya. Dan dia malah pasang muka sok mau nangis gitu. Duh gemesin plus nyebelin banget jadi orang! Udah deh abaikan.
"Apa Ga?"tanyaku to the point pada Angga.
"Ikut gue bentar yuk,"ajak Angga.
"Kemana?"tanyaku.
"Biasa ke rooftop. Yuk!"ucap Angga sambil menarik tanganku tanpa menunggu jawabanku. Dan aku hanya mengikutinya.
Saat sampai di rooftop,aku lihat sudah ada dua buah kursi di sana. Dan ada sebuah bouquet bunga mawar yang cukup besar di salah satu kursinya.
"Angga.. Ini apa?"tanyaku.
"Kamu suka? Ini aku siapin buat kamu,"kata Angga.
"Tapi kenapa? Maksudku dalam rangka apa?"tanyaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) A Bad Girl
UmorismoIni adalah bagian dari diriku yang tidak kukenal. . Hai. Namaku Dinda. Adinda Virandini Key lengkapnya. Ini cerita tentang diriku yang menjadi badgirl. Bukan aku yang menginginkannya. Melainkan.... memang keadaan yang memaksaku. Keluargaku broken ho...