Twenty Seven (Perasaan Bersalah Alva)

974 50 4
                                    

Special Alva Pov satu part yipiii!

Alva Pov.

Aku ada di rooftop sekolah. Aku tak melihat Mbak Dinda tiga hari ini. Ada yang bilang dia di drop out. Tapi ada juga yang bilang cuma di skors. Dan setiap guru yang ditanya pasti jawab "Udah gak usah dibahas lagi." seakan menutupi masalah itu.

*flashback on*

Mbak Dinda duduk di pinggiran rooftop. Sedangkan aku berdiri tak jauh di belakangnya. Diam dan hanya sama-sama memperhatikan langit.

"Mbak. Kasusnya Mbak Dinda yang di club itu beneran ya?" Kuberanikan diriku untuk bertanya. Kabar Mbak Dinda yang mabuk di club itu tentu membuatku kaget,nggak percaya. Dan aku kepo banget.

Mbak Dinda cuma diam. Nggak jawab.

Deg.

Jangan-jangan dia tersinggung nih. Aduh aku juga nggak berani kalo ngulang pertanyaanku,nanti Mbak Dinda makin tersinggung.

Dead air.

"Yaudah deh. Aku balik ke kelas dulu ya mbak,"kataku beberapa saat kemudian memecah keheningan sambil membalikkan badan. Aku berniat kembali ke kelas namun setelah beberapa langkah aku terhenti oleh ucapan Mbak Dinda.

"Semua itu bener kok Va!"teriak Mbak Dinda sambil bangkit dari duduknya. "Semua itu bener! Aku emang nongkrong di club! Tengah malam pula! Emang kenapa?!"lanjutnya masih setengah berteriak.

Aku membalikkan badan lagi. Kini menghadap ke arah Mbak Dinda. Kakak kelas cantik yang pernah ada di hatiku. Mungkin sampai saat ini masih. Eh?

"Kenapa Va?" Mbak Dinda mengulang pertanyaanku lagi. Kini tanpa berteriak.

"Awalnya aku nggak percaya mbak. Itu bukan Mbak Dinda yang ku kenal,"jelasku.

"Itu memang bukan aku Va. Adinda Virandini yang dulu sekarang udah nggak ada. Adinda Virandini yang kamu kenal udah hilang! Sekarang kamu bisa liat sendiri. Aku ini seorang bad girl!"ucapnya. Kemudian ia berlalu. Namun ia berhenti sesaat saat berada tepat di sampingku dan berkata pelan. "Dan salah satu penyebabnya adalah kamu Va,"katanya dan ia langsung berlari pergi dari rooftop.

*flashback off*

"Sekarang kamu bisa liat sendiri. Aku ini seorang bad girl." "Dan salah satu penyebabnya adalah kamu Va!" Kata-kata itu masih terngiang jelas di telingaku. Sedalam itu luka yang kutorehkan di hati kakak cerewetku itu sampai berefek separah itu? Kenapa keadaan jadi serumit ini?

Aku jadi merasa bersalah atas semuanya. Aku telah mengkhianati Mbak Dinda karena mempertahankan Melathi. Aku bingung harus bagaimana.

"Alva?!"kata seseorang di belakangku. Aku menoleh. Dia cewek. Kelas 8,yang berarti kakak kelasku. "Bener kan ya kamu Alva?"tanyanya.

"Iya. Kenapa?"tanyaku. Cewek itu duduk di sebelahku.

"Lo lupa sama gue? Gue Hanny. Sahabatnya Dinda,"jawabnya. Ya ampun. Iya juga ya. Kita kan pernah nobar.

"Oh maaf aku lupa mbak hehe,"jawabku.

"Kamu ngapain ke sini?"tanyanya.

"Ya gapapa dong mbak. Ini kan tempat umum. Emang nenek lo yang punya tempat ini hahaha!"jawabku sambil tertawa.

"Hahaha. Kamu persis banget kayak Dinda!"kata Mbak Hanny yang membuat tawaku berhenti. Hah? Iya juga. Itu kan kata-katanya Mbak Dinda. "By the way. Ini tempat favoritnya Dinda buat menyendiri loh,"jelasnya.

"Oh ya,"jawabku ala kadarnya.

"Iya. Duh aku jadi makin kangen sama dia. Sekolah ini rasanya sepi kalo nggak ada Dinda,"kata Mbak Hanny.

"Emang Mbak Dinda kemana? Di d.o atau cuma di skors sih Mbak?"tanyaku.

"Nggak tau juga Va. Dinda tiba-tiba ilang gitu aja. Nggak pake pamit. Nomernya juga selalu nggak bisa dihubungi,"cerita Mbak Hanny. "Aku tau Dinda itu anak baik. Ya cuma kadang agak jail sama nyebelin sih. Tapi tetep aja dia sahabat terbaikku. Kenapa ya dia bisa terjebak masalah serumit ini?" Mbak Hanny ini kayaknya curhat deh ke gue. Tapi okelah gapapa.

"Iya mbak," aku cuma bisa mengiyakan. Bingung mau jawab apa. Garing.

"Va aku boleh tanya sesuatu?"tanya Mbak Hanny.

"Apa mbak?"tanyaku.

"Kamu sayang sama Dinda?"

Deg.

Sebuah pertanyaan yang membuat mulutku terkunci. Aku tak tau harus menjawab apa.

"Kok tanyanya gitu mbak?" Akhirnya aku bertanya balik.

"Dinda itu sayang sama kamu Va. Mungkin lebih,"jawabnya.

Mbak Dinda sayang sama aku? Mungkin lebih? Maksudnya?

"Udah deh gue balik dulu. Nanti Devan nyariin hahaha!"kata Mbak Hanny sambil bangkit dan berlari keluar rooftop.

"Mbak! Maksudnya mungkin lebih itu apa?!"teriakku. Rasa kepoku sudah tak tertahankan.

"Pikir aja sendiri! Nggak peka banget sih jadi cowok!"jawabnya dan dia langsung keluar dari rooftop.

Dinda itu sayang sama kamu Va. Mungkin lebih. Maksudnya? Mbak Dinda sayang sama aku? Segitu sayangnya? Gara-gara aku balikan sama Melathi....

What? Bener juga!

Mbak Dinda ke club cuma sebagai pelampiasannya. Aku seharusnya juga bisa ngerti perasaannya Mbak Dinda. Dia pasti tertekan banget waktu itu. Ditambah lagi keluarganya yang broken home. Bagaimana bisa aku matahin hatinya di saat seperti itu? Ah Alva kamu kok bodoh sih!

Aku benar-benar merasa bersalah. Aku melampiaskannya dengan meninjukan kepal tanganku ke udara. Tapi itu belum bisa membuat rasa bersalahku pergi.

Tapi apa yang dimaksud Mbak Hanny dengan kata "Mungkin lebih"? Dinda itu sayang sama kamu Va. Mungkin lebih. Hmm..

Ha!

Jangan-jangan....

CINTA??!!

Tbc.

^_^

Happy enjoying the story{}

I'm (Not) A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang