Forty One (Tangis)

381 29 3
                                    

Beberapa menit kemudian.

Sepertinya ini di salah satu gazebo yang ada di taman.

Kenapa di sini gelap?

Dingin.

Aku kedinginan.

Angga.

Angga dimana?

.......

Tunggu dulu.

Ada apa dengan Angga?

Emang ini ada apa?

Wait kok berisik?!

"Din sadar dong!"

"Dinda pucat banget nih guys."

"Gimana nggak pucat. Dari tadi kemaren lusa kan susah banget disuruh akan sama tidur gara-gara Angga."

"Dasar Angga gila. Awas tuh monyet kalo ketemu gue!"

"Udah berantemnya! Kita harus bawa Dinda ke rumah sakit!"

Duh apaan sih tiga monyet ini berisik banget! Kepalaku jadi kerasa pusing lagi nih.

Hmm. Mulai ada cahaya yang menyeruak masuk ke mataku. Silau.

"Au!"ucapku lirih. Gila. Ini kepala pusing banget khas habis hujan-hujanan.

"Din! Din lo udah sadar?"tanya Putri panik.

"Jangan. Jangan ke rumah sakit,"pintaku. Aku tadi sempet denger mereka bakal bawa aku ke rumah sakit. Aku nggak mau karena urusannya malah bakal jadi panjang nantinya.

"Terus harus kemana Din? Ke resto? Lo itu sakit bukan laper,"jawab Hanny.

"Ih jangan bego di saat kayak gini napa!"ucap Devan sambil menjiwit tangan Hanny.

"Yakali. Maksud gue,kita pulang aja kuy. Tapi kalo mau ke resto ya gapapa. Mumpung gue bawa dompet nih,"ucapku sambil mengecek sling bag ku. Lumayan. Ada selembar uang seratus ribuan di sana.

"Lo gapapa Din?"tanya Putri sambil memegang jidatku.

"Masih agak pusing sih. Tapi gapapa. Normallah abis ujan-ujan ya kan,"ucapku. Ketiga monyet ini menatapku bingung.

"Kepala lo masih pusing banget ya? Jadi cuma hujan-hujan aja yang lo inget Din?"tany Putri.

"Ya masih agak pusing. Kenapa emangnya? Aneh!"kataku. Dan mereka justru memandangku semakin aneh.

"Jangan bilang lo lupa ingatan?!"ucap Hanny dengan ekspresinya yang super duper aneh kayak detektif lagi mau ngeintrograsi pelaku pembunuhan berantai. Gubrak!

"Hah?! Ada apa sih?"tanyaku bingung.

"Parah! Gilak! Berat nih kasus!"ucap Devan dengan kata-kata mutiaranya.

"Lo nggak inget lo habis ngapain?!"tanya Putri sambil memegang pundakku.

"Tentu gue inget. Gue hujan-hujan terus pingsan,"jawabku.

"Sebelum itu?"tanya Putri dan Hanny bersamaan.

Sebelum itu?

Sebelum gue hujan-hujan.

"Ehm.. Angga Din,"ucap Devan pelan. Mereka bertiga menatapku.

Angga?

Wait. Angga!

**Kamu... Kamu kenapa bisa berdiri di sini?**

Kalimat itu. Itu kan yang dipakai Angga untuk menyambutku. Nggak ada kata manis seperti dulu. Kayak,halo Din. Selamat pagi Putri Keyot. Hai,udah lama nunggu belum? Sore Dinda,udah makan? Or something like that.

I'm (Not) A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang