Cahpter 16

16.9K 1K 61
                                    


Mksh yg udh Voment kemarin...

                         ***

Dering ponsel milik Sasuke membuyarkan atensi Sakura dan Reichi. Setelah  melihat ID pemanggil Sasuke kembali memasukkannya ke saku celana bahannya.

Onyxnya mentap Sakura dan Reichi menyesal. "Aku harus pergi Sakura." Sasuke mengusap kepala Reichi sayang. "Lain kali Tousan mengunjungimu." Tangan Sasuke kembali ke sisi tubuhnya setelah Reichi mengangguk.

"Hn." Senyum tipis terpaksa terukir di bibir Reichi. Rencana mempertemukan kedua adik kembarnya  dengan tousan mereka berakhir gagal.

Rasa lega yang di rasakan  Sakura menghilang saat menyadari raut kecewa Reichi. Sakura  menatap Sasuke yang beruntung juga sedang  menatapnya. Sudah jelas wajah kecewa Reichi juga di sadari Sasuke. Setelah menimbang beberapa saat Sasuke mengambil keputusan.

Reichi yang semula menunduk,  mendongak merasakan tepukan di bahunya. Onyxnya menyipit tanda tidak mengerti.

"Tousan usahakan nanti malam mengunjungimu." Wajah kecewa Reichi adalah hal terakhir yang ingin di lihat Sasuke.

Lega dan was-was,  itulah yang di rasakan Sakura sekarang. "Pukul berapa Sasuke?"

Sasuke menimbang. " Delapan mungkin."

Sakura mengangguk. "Baiklah." Sepertinya ia akan merepotkan Orochimaru nanti.

Tidak mendapat respon, Sasuke kembali menepuk bahu Reichi pelan." Tousan pergi dulu." Sasuke berharap Reichi mengeluarkan suaranya, meskipun hanya 'hn'.

Meski masih kecewa. Sekuat tenaga Reichi menutupinya. "Kami  akan menunggu Tousan." Reichi membenarkan topi hitamnya yang sedikit melorot karena ulah Sasuke.

Sakura menimpali. "Kami menunggumu." Memperjelas maksud Reichi. Kenichi dan Sarada akan menjadi kado untuk Sasuke nanti.

Sasuke yang mengira yang di maksud 'kami.' adalah Reichi dan Sakura, tersenyum  tipis. "Tentu." Kembali tangan kekar Sasuke menepuk bahu Reichi. "Aku pergi dulu."

Tepat setelah tubuh tegap Sasuke berbalik. Pintu coklat itu terbuka setengah.

Ceklekkk

Wajah imut Sarada mucul dengan senyum lebarnya. Sesekali tangan mungilnya membenarkan kacamata yang sedikit melorot ke hidung mancungnya .

"Kaa-chan,"  Panggil Sarada bingung. yang di lihatnya bukan wajah cantik Sakura dan wajah tampan Reichi, melainkan punggung dua orang yang berarti dalam hidupnya. "Kaa-chan itu siapa?" lanjut Sarada ketika Onyxnya menagkap punggung tegap yang menghilang di balik lift.

Sakura dan Reichi berbalik detik setelah tubuh Sasuke tertelan lift. Reichi yang masih di liputi kecewa melenggang masuk begitu saja tanpa memperdulikan wajah bertanya Sarada. Meninggalkan Sakura menghadapi putri cerewet-nya.

"Teman Kaasan."  Sakura memutuskan merahasiakannya sampai Sasuke ke Apartement mereka nanti malam. Ia sudah tidak sabar melihat wajah bahagia kedua kesayangannya.

Sarada yang pikirkannya masih polos tidak ambil pusing. Onyxnya menyipit mencari sesuatu di tangan Sakura. "Belanjaan Kaasan mana?"

Rengekan Sarada sudah terbayang di otak jenius Sakura. "Sayang ---" Lidah Sakura terasa kelu untuk menjawab. Kejadian dengan Sasuke membuat ia melupakan semuanya.

Cairan-cairan bening mulai berkumpul di pelupuk Sarada. Dalam hitungan detik cairan tidak berdosa itu akan membasahi pipi chubby remaja 14 tahun itu andai saja suara Sakura tidak menghentikannya.

"Besok Kaasan ke Oto mengurus kepindahan sekolah kalian. Sarada boleh ikut." Hanya itu yang di pikirkan Sakura saat ini.

Cairan bening masih setia bersemayam di onyx Sarada. "Hanya ikut?" suranya sedikit merajuk dan Sakura menyadari itu.

Desire (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang