Chapter 54

14.3K 820 119
                                    

MAKASIH BUAT YG DH COMMENT, MAAF GK BISA BLAS SATU-SATU. KOMENAN KALIAN TETAP MENJADI PENYEMANGAT BUAT SY. ENAKNYA JDI AUTHOR SAAT  pas BACA COMMEN. Bikin senyum, palagi yg pnjang-pnjang :)

THANKS IYA!!!!

Didalam kamar Sarada

"Apa Kaasan bisa berhenti tertawa?" Kenichi bertanya malas. Menyamankan kepalanya di pangkuanSakura. Meluruskan kakinya di permukaan permadani di kamar Sarada.

Sasuke menatap Kenichi iri. Bersandar di tepi ranjang. Memukul pelan kaki Kenichi yang menyentuh sisi pahanya. Kenichi terkekeh, menekuk kakinya sedikit.

"Baiklah Kaasan berhenti." Menciptakan gerakan mengunci mulut main-main.

Sarada mencebik. Masih kesal pada tiga tersangka di kamarnya. Duduk manis di samping Reichi. Di depan nakas.

Sasuke menatap Sarada. "Berhenti memanyunkan bibirmu sayang." Tersenyum geli.

Reichi melirik Sarada. Menarik ujung bibir Sarada yang membentuk kerucut. Sarada protes, menepis tangan jahil Reichi. Pemilik tangan terkekeh.

"Kenapa kalian tidak masuk saja tadi." Sakura menatap pelaku satu persatu. Sarada mengangguk membenarkan. Beringsut mendekati Sakura. Mencabut surai Kenichi kasar. Kenichi mendelik, bangkit dari pangkuan Sakura. Sangat tahu apa yang diinginkan adiknya.

Sarada memberi Kenichi senyum manis. Menggantikan posisi kepala Kenichi di pangkuan Sakura. Emerald Kenichi berputar bosan. Menarik asal bantal Sarada dari atas ranjang. Memilih berbaring disebelah Sakura.

"Kami tidak ingin menganggu?" Sasuke memberi alasan. Meraih buku dongeng yang tergeletak di sampingnya. Membuka asal. Tidak menemukan hal menarik. Kembali meletakkan di tempat semula.

Sarada mencari posisi nyaman. Menoleh pada Sasuke kesal. "Kapan Tousan menduplikat kunci kamarku?" memainkan jemari Sakura di atas perutnya.

Sakura tersenyum. Menunggu reaksi Sasuke. Reichi dan Kenichi melakukan hal sama. Awalnya mereka cukup kaget ketika tousannya segera pergi setelah tidak berhasil menerobos kamar Sarada. Lebih mengejutkan saat tousan mereka kembali dengan benda kecil di genggamnya, duplikat kunci kamar Sarada.

Sasuke berdehem. Tidak berniat membalas tatapan menuntut Sarada. "Untuk jaga-jaga." Dahi Sasuke membentuk lipatan. Kurang menyukai alasan yang lidahnya kemukakan.

Sakura membenarkan.  "Tousanmu benar sayang." Seketika Sasuke memutar kepala menghadap Sakura. Sakura mengedip jahil. Di balas seringai tipis Sasuke. Calon istri pengertian.

Reichi dan Kenichi mendengus samar. Tidak dipungkiri interaksi kedua orang tuannya menghangatkan hati mereka.

Berbeda dengan sikap tidak terima Sarada. "Tousan tidak adil. Kenapa hanya kamarku?"

Reichi waspada. Kenichi menatap Sasuke horor. "Jangan katakan Tousan juga menduplikat kunci kamar kami?"

Reichi mengangguk samar.

Tuduhan tidak beralasan Kenichi mendapat putaran onyx Sasuke. "Kalian tidak akan menangis jika patah hati." Menjawab seadanya.

Reichi dan Kenichi mendesah lega meski tidak menyetujui alasan Sasuke. Menangis? Yang benar saja.

Alasan Sasuke membuat Sarada semakin mencebik tidak suka. Telunjuk ramping Sakura menoel pipi chubbynya. Sarada sedikit mendongak. Emerald teduh wanita yang disayanginya melunturkan rasa kesalnya. Bibir mungilnya membentuk lengkungan manis. Sasuke melihatnya, samar sudut bibirnya terangkat.

Mengeluarkan ponsel dari saku celananya, Kenichi berkata senang. "Kali ini aku menyetujui sikap pengertian Tousan." Tersenyum lima jari pada Sasuke.

"Hn." Reichi bergumam. Menyandarkan punggungnya di kaki nakas yang cukup keras.

Desire (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang