Chapter 32

16.9K 985 129
                                    

Hemmmm sebelum membaca senyum dulu ya: ) chap ne cukup panjang.

-----------------------------

"Aku tidak mengerti." Shion menatap Sasuke was-was. Menyingkirkan bayangan mengerikan di kepalanya.

Ini bukan waktu yang tepat. Sasuke tau itu. "Perkataanku sangat jelas." Tidak berniat mengulangi.

Semua sangat jelas. Shion hanya ingin memperjelas pendengarannya. "Bisa kau ulangi?" bibir bawahnya bergetar. Jantungnya memompa cepat. Jari-jari tangannya mulai berkeringat.

Ini sangat sulit. Sasuke melonggarkan dasi yang melilit lehernya. Menyesal menemui Shion di pagi hari. Seharusnya ia lakukan setelah pulang kerja. Penampilannya akan kacau setelah ini. "Aku akan menikahi wanita yang telah melahirkan putra-putri ku." Keterlaluan, Sasuke tau itu.

Entah sejak kapan ruang kerja pribadi Sasuke kekurangan oksigen. Shion mengiba. "Jangan bercanda." Tertawa main-main. "Yang ku lakukan memang keterlaluan." Hatinya menyangkal apa yang di pikirkan kepalanya. "Kau tidak mungkin menghianatiku." Tersenyum paksa. Menatap Sasuke penuh permohonan.

Menghianati? Itu pantas untuknya sekarang. "Apa aku pernah bercanda?" onxy Sasuke menajam.

Perkataan dan sikap Sasuke memancing amarah Shion. "Kau menghianatiku?" Ia tidak pernah berpikir Sasuke melakukan ini. Raut patut di kasihani seketika menghilang, di gantikan amarah. Pengakuan Sasuke cukup sebagai alasan.

Sasuke tidak langsung menjawab. Mencari kata yang pas. Sasuke tidak mengerti. Mengapa ia melakukan ini. Ingin menjaga perasaan Shion? Mungkin 'iya' "kita seimbang." Jawaban pria pengecut.

Shion mendengus. Sasuke diam memperhatikan, sangat menghafal watak Sabaku Shion. "Sejenis balas dendam." Shion berkata angkuh. Menyembunyikan lubang menganga di hatinya.

"Kau berselingkuh!" Shion melanjutkan.

Sasuke menyangkal. "Jaga bicaramu."

Tawa paksa meluncur dari bibir Shion. Violet-nya meredup. "Lalu apa namanya." Tersenyum getir. "mempunyai anak dari wanita lain , bukankah itu selingkuh?" bibir Shion tergigit. Kata-kata yang sanggup menusuk jantungnya. Kenyataan yang tidak pernah terlintas di benaknya.

Seharusnya Sasuke menunjukkan rasa bersalah. Raut tampannya menunjukkan sebaliknya. "Putra-putri ku bukan hasil perselingkuhan." Giginya bergemulutuk. Shion mencolos. "Jaga lidahmu Sabaku Shion." Tekan Sasuke kasar. Mengabaikan wajah pucat Shion.

"Kau." Lidah Shion kelu. Otaknya memperoses. Tidak mempercayai apa yang di tangkap indara pendengarannya.

Amarah Setia menyelimuti hati Sasuke. Entahlah, perkataan Shion seolah menyapu rasa iba di hatinya. Triplet adalah napasnya. Tidak satupun akan ia biarkan menghina putra-putrinya. "Ku ingatkan." Berdiri dari duduknya. Violet Shion mengikuti. "Jangan pernah mengatakan selingkuhan di depanku." Menatap Shion penuh arti. "Anak-anakku bukan hasil perselingkuhan." Menekan di setiap kalimat.

Deg

Shion menatap Sasuke tidak percaya. Sasuke mencintainya. Ia yakin itu. Lalu mengapa pria ini bersikap seolah ia tidak mempunyai arti di hati pria ini. Mengapa Sasuke tidak memperdulikan sosoknya hanya demi wanita lain. Mengapa suaminya berubah? Seperti apa wanita yang mengubah Sasuke menjadi seperti ini? Mengapa penghianatan Sasuke tidak di ketahuinya? Shion menggeleng. Isakan mulai keluar dari bibir tipisnya. Tidak mempercayai yang di simpulkan otaknya. Tidak menyangka Sasuke lebih membela wanita yang menurutnya jalang.

Tangisan pilu Shion gagal menggoyahkan hati Sasuke. Ia tidak berniat menjelaskan lebih. Bukan waktu yang tepat saat ini. Membiarkan Shion salah paham bukan hal baik. Sifat keras Shion akan berbahaya untuk Sakura dan triplet nanti. Mungkin ia tidak perlu terlalu khawatir. Sifat yang di miliki Sakura tidak bisa di remehkan. Sasuke tidak bisa membayangkan hidupnya nanti. Di dampingi dua wanita berwatak keras tidak patut di banggakan. Memilih salah satu tidak mungkin ia lakukan.

Desire (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang