Chapter 26

15.1K 976 53
                                    

VOMENT YA: )

Chapter ini lebih pendek dari sebelumnya. Rencanya mau bikin chap pnjang, tpi karena da masalah kdinya cuma bikin segini; )

        ------------------------------------

Lukisan elegant bernilai jutaan yen tertempel pas di dinding berwarna vanilla. Guci antik berdiri anggun di pojok ruangan. Sofa berwarna pastel tertata dengan apik di tengah ruangan. Okey, tidak ada yang aneh dengan itu semua, kecuali sosok yang duduk  membelakanginya saat ini. Tidak ingin di landa penasaran seharian, Mikoto mendekati sosok yang membuatnya sangat penasaran.

"Tousan!" panggilan Mikoto lebih mirip meyakinkan penglihatannya. Menemukan Uchiha Madara duduk santai di ruang keluarga di bawah 12 siang  adalah hal langka.

Madara menatap gerakan Mikoto yang menduduki sofa panjang di seberangnya. Jarak mereka terhalang satu meja rendah. "Kau tidak keluar?" Madara bertanya heran.

Mikoto menjawab di sertai senyum tipis. "Tidak, apa yang Tousan lakukan disini?" biasanya tousannya ini lebih memilih menghabiskan waktu di ruang pribadinya yang penuh buku-buku bisnis.

Madara menjawab seadanya. "Menunggu Sasuke."

Jawaban yang mengundang rasa penasaran Mikoto. "Ada apa?" apa Tousannya ini ingin membahas penikahan Sasuke denga Karin? Pikiran itu menimbulkan senyum samar.

Sebelum menjawab, Madara meraih kopi hitam yang mulai mendingin di atas meja, menyesap pelan kemudian kembali meletakkannya. "Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya." Madara tidak berniat menjelaska lebih.

Jawaban yang tidak membuat Mikoto puas. Andai di depannya ini orang lain, pasti ia sudah memberikan tatapan menuntut. "Apa?" Mikoto mengatur suaranya terdengar biasa. Menyembunyikan kekesalan dewi batinnya.

Onyx Madara menyipit, membuat Mikoto salah tingkah. Mikoto mengutuk rasa penasaran akutnya. Jelas, Madara tidak menyukai pertanyaannya. "Tousan kedatangan tamu?" cepat Mikoto mengalih pembicaraan, bersyukur ketika onyx-nya menemukan cangkir lain berisi cairan pekat yang tersisa setengah.

Onyx menyipit Madara berubah santai. "Itu sisa Fugaku."

Mikoto siap mengeluarkan pertanyaan baru andai maid yang membungkuk sopan di samping mereka tidak menganggu.

"Ada apa?" Mikoto bertanya tidak suka. Madara memilih menunggu.

Maid berusia tiga puluhan itu mengigit bibirnya gugup. Apa yang di lihatnya di depan sana membuat lidahnya keseleo. Melihat Maid malang itu hanya diam, Mikoto menggeram jengkel. Tubuhnya yang di balut helaian kain branded bergerak pelan bersamaan dengan bangkitnya tubuh Mikoto dari sofa.
Kaki jenjang-nya melangkah cepat menuju pintu utama Mansion. Tanpa mendengar suara yang masih bertahan di tenggorokan maid berwajah manis itu pun Mikoto tau, ada seseorang yang datang ke Mansion mereka.

Madara mendengus setelah kepergian Mikoto. Memerintahkan maid yang berdiri gugup di sampingnya segera pergi. Maid itu  mengangguk sopan, hatinya merapalkan terimakasih pada kami-sama karena hati tuan besarnya dalam keadaan baik. Kalau tidak, ia mungkin sudah menjadi gelandangan sekarang. Demi tuhan, bagaimana lidahnya tidak kelu jika di hadapakan pada dua sosok yang tidak di  percaya akal sehatnya.

*****

"Madara-sama ada di ruang keluarga. "

"Hn, beritahu Kakek."

Setelah kepergian maid yang menampilkan ekspresi yang sulit di tebak, Sasuke menatap kedua buah hatinya yang berdiri di sampingnya. Hatinya tergelitik melihat raut kagum yang terlukis di wajah Reichi dan Kenichi. Besar kemauan Sasuke ingin bertanya, seperti apa kehidupan yang di jalani Sakura dan ketiga buah hatinya selama ini sampai tatapan kagum itu tidak lepas dari manik Reichi dan Kenichi. Tau diri, itu yang di lakukan Sasuke sekarang. Tidak ingin pertanyaan yang ia ajukan nanti menyinggung perasaan si buah hati. Dalam hati ia berjanji akan memberikan apapun yang membuat ketiga napasnya tersenyum, apapun.

Desire (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang