Chapter 36

17.7K 1K 150
                                    

Jangan baper ;) komenttttt ok... author tuh senang baca komen kalian. Mkin bnyk komen mkin cepat up date #bener deh. Mknya komen. Vote juga pnting lo, hehhee. Buat chap 36 author targetin 50 vote. Lok lom nympe gk bakalan up date.. hehhe

--------------------------------

Jam cantik yang melingkar di pergelangan Sakura menunjuk angka 3. Cukup sebagai isyarat halus untuk meninggalkan mansion Uchiha senior. Kaki jenjangnya berdiri di depan mansion yang begitu megah bersama empat orang lainnya.

"Lebih baik Kaasan pulang nanti malam bersama kami." Kenichi yang berdiri di samping Reichi berkata. Sarada yang memeluk pinggang Sakura dari arah depan mengangguk. Dada Sakura sedikit geli.

Sasuke membenarkan. Menutup kembali pintu mobil yang terbuka. "Ken benar." Perasaannya tidak enak. "Kita pulang bersama nanti." Onyx-nya merekam wajah ayu Sakura.

Sakura menggeleng. Menatap tiga laki-laki di samping dan depannya sayang. "Kaasan harus bertemu seseorang." Tidak berniat memberitahu kepulangan Sasori. Itu akan menjadi suprise nanti.

Sasuke mengerti yang di maksud Sakura.Mengapa ia lupa dengan Sasori? Tidak ada alasan menahan Sakura sekarang. "Aku akan mengantarmu." Sasuke mengalah. Kembali membuka pintu mobil untuk Sakura.

Onyx Reichi tidak lepas dari Sakura. Bibirnya terdiam, berat hanya untuk bergerak. Sakura menyadari itu. Melepaskan pelukan Sarada lembut, kemudian mendekati Reichi khawatir. Putra es-nya tidak sedingin ini sebelumnya. "Kau sakit sayang?" memindahkan tangannya ke dahi Reichi. Tidak panas. Reichi tersenyum sangat tipis lalu menggeleng. Menurunkan tangan Sakura pelan.

Sakura cemas. Sasuke yang berdiri di samping mobil mendekati posisi Reichi, Kenichi dan Sakura. Sarada melakuan hal sama. "Ada apa?" Sasuke ikut bertanya pada Reichi. Wajah Kenichi melukiskan khawatir. Bagaiamanapun ia menyayangi saudara es-nya.

"Rei-Nii." Sarada meraih jemari Reichi.

Onyx Reichi menutup satu detik. Ia membenci perasaan takut yang menghuni hatinya sekarang. Mengapa hatinya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi? Tidak ingin perasaan tidak beralasannya membuat orang-orang yang di cintainya khawatir, Reichi memaksa bibir tipisnya bergerak. "Tidak apa." Membalas genggaman Sarada. Reichi berbicara pada Sakura. "Kaasan tidak bisa pulang nanti?"

Kenichi dan Sarada mengangguk. Sasuke memilih diam, karena tau ada seseorang yang membuat Sakura harus kembali ke apartemen. Sakura mendesah, ia ingin mengiyakan. Mengingat Sasori yang tidak mungkin lama di Jepang membuatnya urung. Tersenyum lembut Sakura berkata. "Maaf sayang. Kalian bersenang-senang disini. Kaasan harus bertemu seseorang." Sakura berharap triplet mengerti.

Kenichi cemberut. Sarada melepaskan genggaman Reichi, mendekati Sasuke lalu membelit tangan tousannya. Berkata merajuk. "Tou-chan ayo larang Kaa-chan."

Sasuke terkekeh, mengusap ubun-ubun Sarada. "Kaasan harus bertemu seseorang."

Kenichi mencoba dewasa. "Baiklah." Menerima setengah rela. Reichi tetap diam.

Sarada mencebik. Menjulurkan lidahnya untuk Kenichi. Emerald Keichi berputar. Sakura mengelus kepala Kenichi dan Reichi bergantian. Posis dua anak itu lebih dekat dengannya. "Jangan nakal." Keduanya mengiyakan.

Manik Sarada beekabut. Mengapa ia merasa ini seperti perpisahan. "Kami akan segera pulang." Sarada berkata cepat. Tersenyum paksa untuk menyembunyikan pikiran anehnya.

"Ayo." Sebelum mendekati mobil, Sasuke menyempatkan mengusap kepala Sarada.

Sakura mengangguk. Berkata main-main pada triplet. "Ekspresi kalian seperti Kaasan akan mati saja."

Desire (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang