Chapter 42

16.5K 882 93
                                    

Kesibukan di dunia nyata membuat saya lama up date.  Maaf ya :)

****

Hatinya  memerintahkan dengan lantang untuk meninggalkan tempat ini sejauh mungkin. Sayang, detik ini tubuhnya tidak mampu berkerjasama, dan Sakura menyesali itu. Penasaran dan takut membuat otaknya lumpuh. Andai ia menuruti keinginanan manis hatinya, mungkin kepulangannya ke Jepang hanya tinggal rencana, karena otaknya akan sibuk menyususn pertanyaan-pertanyaan dan kesimpulan-kesimpulan tidak berujung yang akan menumpuk menjadi penasaran. Menyingkirkan suara hatinya yang menyuruhnya menjadi pengecut, Sakura mengatur ekspresinya terlihat biasa. Menyembunyikan rasa takut dan panik yang sempat ia rasakan. Mungkin sudah waktunya ia mengetahui seperti apa masa lalunya. Pahit atau manis.

Sebelum ia bertemu pria dengan iris tajam memikat yang mempunyai kekuatan menggetarkan jantungnya secara berlebihan,  jelas Sakura memilih peintah hatinya. Untuk apa mencari masa lalu yang belum tentu seindah kehidupannya sekarang. Ia lebih memilih menjadi pengecut yang bersembunyi di bawah kemewahan Senju. Dan sekarang semua itu tidak lagi berlaku. Kehadiran Uchiha Sasuke mengubah rencana awalnya. Mengetahui masa lalunya akan memudahkannya lari dari cengkraman Utakata. Semoga saja masa lalunya tidak memperburuk rencananya.

Meneguhkan hati, Sakura mengukir semyum tipis. Menatap sosok di depannya santai seolah benaknya tidak melakukan perang batin. "Hai." Ohhhhh sapaan yang cukup baik. Lanjut akting murahanmu Sakura.

Sosok tampan itu tersenyum tipis. Rasa kikuk masih menempel di rautnya. "Apa yang kau lakukan disini?" alis tebalnya membentuk sedikit kerutan.

Sakura merasa seperti pemain yang tidak mampu masuk nominasi dalam katagori aktris terbaik sekarang. Ia yakin, ekspresi wajahnya sangat aneh. Dan Sakura beruntung sosok di depannya tidak menyadari itu. "Aku ada proyek disini." Apa jawaban ini benar?  Bagaiamana jika dulu perkerjaanya bukan menyangkut hal-hal berbau bisnis. Bodoh. Mungkin saja ia hanya pelayan di warung kecil. Sakura meringis.

Lawan bicaranya mengangguk. Tidak menyadari gerakan kepalanya membuat wanita di depannya lega. Andai bisa, Sakura ingin mengelus dada. Entah karena akting murahannya tidak terdeteksi atau ia bukan pelayan warung kecil seperti pikiran awalnya. Entahlah.

"Maaf dulu memecatmu tanpa mendengar penjelasanmu lebih dulu." Ada rasa sesal teselip dalam suara pria asing yang ternyata mantan kekasih sekaligus merangkap menjadi mantan bos Sakura, Inuzika Kiba.

Sakura terkisap. Meski tidak mengingat apapun, rasa jengkel menyelimuti hatinya. Di pecat?  Yang benar saja. Perubahan ekspresi Sakura disadari Kiba. Pria itu meringis. "Maaf Saku. Waktu itu aku sangat marah karena Uchiha memutuskan kerjasama begitu saja karena kau yang seharusnya melakukan persentasi tidak datang." Kiba menarik nafas lalu melanjutkan pembelaanya. "Kau tau kan, berkerjasama dengan Uchiha tidak mudah." Ia masih ingat saat kepalanya terasa ingin meledak karena wanita ini tidak bisa di hubungi, ia lebih bodoh lagi tidak mencari Sakura ke apartemennya. Panik membuat otanknya blank.

Jantung Sakura berdegub.  Bukan karena alasan pria ini. Melainkan satu nama yang di sebutnya. "Uchiha?" Sakura mengulang ragu. Apa pendengarannya salah? Bodoh, Uchiha adalah pembisnis besar di Jepang. Tentu itu hal wajar.  Uchiha akan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang dapat menguntungkannya. Akan sangat aneh jika lidahnya bertanya lebih.

Kiba mengangguk. "Seharusnya aku tidak mengambil keputusan secepat itu."

Mencoba bersikap biasa, Sakura mentap Kiba serius. Ada yang lebih penting dari topik mereka saat ini. "Apa yang kau lakukan disini?" mencoba memancing.

Wajah Kiba lebih rileks. "Aku baru kembali dari London." terkekeh malu. "Istriku ingin liburan disini. Dua tahum di Londan sedikit membuat kami penat."

Desire (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang