CHAPTER 7

323 12 0
                                    

Nepati janji. Langsung update 2 chapter. Selamat membaca. 😚

*****KPTL*****

Kini hati Laysha tak hanya dipenuhi Jeje, namun disana juga terpampang nama Sehan. Kini ia tengah gusar. Laysha tak pernah segusar ini memikirkan lelaki.

"Apakah Jeje juga memikirkan ku?!. Ah tidak mungkin. Dirinya telah memiliki Nasya." Ucap Laysha penuh kekecewaan.

Mengapa ia jatuh pada hati milik orang lain?. Lamunannya terhenti disaat ponselnya berdering. Tanda ada satu panggilan. Dengan pikiran yang masih gusar ia pun mengangkat panggilan itu. "Dari Sehan?." Batin Laysha. Dengan jantung yang berdebar tak karuan ia pun mengangkat panggilan dari Sehan.

"Halo."

"Hay Laysha. Aku kangen sama kamu." Ujar Sehan mampu membuat Laysha kembali merindukan saat² mereka bersama.

Pipi merona Laysha tak bisa ia sembunyikan. Jantungnya berdebar tak karuan. "Bagaimana mungkin Sehan merindukanku lagi?." Gumam Laysha.
"Sha, kamu masih disana kan?." Tanya Sehan memecah keheningan.

"Oh iya. Maaf. Jika kau merindukanku mengapa tak datang saja ke rumahku?."

"Aku sudah berada di depan rumahmu. Bukakan pintu rumahmu untukku." Ucap Sehan.

Laysha terkejut. Penuh keheningan. Dengan langkah tergesa-gesa ia pun turun dan menuju ke pintu utama lalu membukanya. Benar saja Sehan sudah berada disana dan membawakan Laysha se bucket mawar merah. Blush! Pipi Laysha lagi² merona.

"Gak disuruh masuk nih?." Tanya Sehan memecah lamunan Laysha.

Laysha pun mempersilahkan Sehan untuk duduk. Dengan sikap yang lembut Sehan memberikan se bucket mawar merah tersebut pada Laysha.

"Buat kamu, Laysha ku." Ucap Sehan sembari memberikan se bucket mawar merah itu.

Kali ini Sehan benar² tau bagaimana cara membuat Laysha bahagia. Mereka berada dalam obrolan yang hangat.

*****KPTL*****

Pagi ini Laysha bangun dengan semangatnya. Pasalnya semalam Sehan berkunjung ke rumahnya padahal sore harinya Sehan sudah mengunjunginya. Dengan hati yang begitu gembira, Laysha bersiap-siap berangkat sekolah. Tepat pukul setengah 7 Laysha berangkat sekolah. Betapa terkejutnya ia melihat sudah ada mobil yang terparkir sebelum mobilnya. "Biasanya Aku yang paling pagi." Gumam Laysha.

Ia mengedikkan bahu lalu seperti biasa, mengunci mobil, memakai kacamata hitamnya, lalu berjalan menyusuri koridor menuju ke kelasnya.

"Hay Laysha." Laysha terhenyak.

Bagaimana tidak, Sehan berada di kelasnya dengan menggunakan seragam sekolahnya. Dan seragam itu menunjukkan almamater sekolah Laysha. Lambaian tangan Sehan yang tepat berada di depan wajah Laysha, tak mampu membuyarkan lamunan Laysha.

"Sha." Ucap Sehan.

"Oh ya. Sehan." Laysha terbangun lamunannya.

"Mengapa kau melamun?."

"Oh bukan apa². Apakah kau bersekolah disini?."

"Tentu saja. Tapi sayangnya aku tak sekelas denganmu." Ucap Sehan kecewa.

"Tak apa. Walaupun kita gak sekelas, kita kan satu sekolah." Ucap Laysha menenangkan.

Sehan tersenyum lalu berpamitan menuju ke kelasnya. Laysha mengangguk sambil tersenyum. Sehan begitu gemas pada sikap Laysha. Diacaklah sedikit rambut Laysha, mampu membuat Laysha mengerucutkan bibirnya. Pasalnya rambut yang sudah ia sisir rapi² harus diacak-acak oleh Sehan. Laysha tersenyum penuh makna. Ia sangat bersyukur. Mungkin Tuhan ingin mendekatkan dirinya dengan Sehan (lagi). Selang waktu 30 menit, bel pertanda masuk sudah berbunyi.

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang