CHAPTER 24

135 5 0
                                    

"Jadi maksud lo.......?"

"Maksud gue, mungkin Teressa sengaja sok²an curhat sama lo karena dia masih sayang sama lo, dan juga mungkin dia mau ngehancurin hubungan kalian."

"Lo tau kebusukannya dia dan lo masih mertahanin dia?." Tanya Jeje.

Cahya hanya tertunduk malu.

"Lo gak coba buat putusin dia?."

Cahya hanya menggeleng lemah.

"Kenapa?."

"Karena gue udah terlanjur sayang sama dia. Gue tau dia bukan cewek yang baik buat gue. Tapi gue gak bisa ngelepas dia gitu aja. Gue gak bisa je."

"Hidup lo emang penuh drama ya?!." Ujar Jeje lalu beranjak pergi meninggalkan Cahya sendiri disana.

"Lo mau kemana je?." Teriak Cahya yang tak dihiraukan Jeje.

Setelah meninggalkan Cahya begitu saja, Jeje memutuskan untuk pergi ke rumah Laysha. Walau hanya bertanya kabar. Tapi Jeje masih berharap, Laysha sudah mau menemuinya.

Sebelum mobilnya ia parkirkan di carpot rumah Laysha, Jeje sedikit memicingkan matanya. Melihat mobil siapa disana. Di carpot rumah Laysha. Mobil sport warna hitam. Mata Jeje membulat sempurna saat ia sudah berhasil mengingat siapa pemilik mobil itu. Ya, Sehan.

"Aku akan melihatmu dari jauh, Laysha ku." Gumam Jeje.

Sekitar satu jam lebih, tak ada tanda² Laysha keluar rumah. Jeje pun memutuskan pulang. Mengingat bahwa Laysha sudah bersama Sehan. Mungkin ia akan merasa lebih tenang mengingat ada Sehan yang menjaga Laysha.

Jeje's POV

Sejak kejadian malam itu, aku benar² merasa bersalah. Kenapa aku jadi lebih mementingkan Teressa daripada Laysha. Ada apa denganku?. Aku benar² tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku yakin, Laysha pasti takkan pernah memaafkanku.

Ku putuskan untuk mengintainya dari jauh. Jika aku datang bertamu ke rumahnya, dia pasti takkan mau bertemu denganku. Jadi, setiap hari aku harus menahan perasaan. Dia selalu di kunjungi Sehan. Aku sudah berusaha untuk datang pagi² sekali, hanya untuk menemui Laysha. Tapi nihil. Aku selalu keduluan Sehan.

Sebenarnya dia itu menginap di rumah Laysha atau bagaimana. Kalau dikatakan cemburu, tentu saja. Bayangkan, bila kalian punya pacar, lalu pacar kalian dekat dengan mantannya. Pasti kalian merasakan apa yang aku rasakan. Sungguh berat apa yang sedang ku jalani saat ini. Tapi hanya ini yang dapat aku lakukan.

★★★♡★★★

Author's POV

Pagi menjelang. Laysha masih menguap dan berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya. Setelah mencuci muka dan minum susu, Laysha memutuskan untuk menonton TV. Tak lama terdengar deru mobil. Laysha sudah menebak, bahwa yang datang adalah Sehan.

"Tumben baru dateng? Biasanya pagi buta udah disini."

"Kesiangan bangunnnya. Kamu udah sarapan?." Tanya Sehan.

"Udah." Jawab Laysha singkat sembari menonton TV tanpa mengalihkan pandangannya.

"Makan apa?."

"Makan roti tawar sama selai. Terus minumnya susu."

"Nih aku bawain makanan kesukaan kamu. Dimakan gih."

"Wih. Makasih ya Sehan. Mau makan lagi?." Tawar Laysha.

"Enggak. Tadi aku udah makan."

"Oh yaudah. Aku makan dulu ya?!. By the way, kamu dapet gudeg pagi² gini dari mana?."

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang