CHAPTER 16

229 10 4
                                    

Ada rasa canggung menyeruak didalam batin Sehan. Diposisi seperti ini ia merasa serba salah. Disatu posisi, ia ingin berdekatan dengan Laysha. Walaupun itu salah. Diposisi lain, ada Jeje yang sudah jelas² menyayangi & mencintai Laysha. Sebenarnya Sehan sangat tidak nyaman bila terus seperti ini. Tapi ia harus bertahan.

"Sehan butuh bantuan nggak?." Tanya Laysha memecah keheningan.

"Hm, sejauh ini sih belum. Nanti kalau ada kesulitan aku tanya kamu ya?!." Ucap Sehan sembari terseyum.

Laysha hanya mengangguk. Jeje menatap setiap gerak-gerik Sehan dengan tatapan tidak suka.

"Gue harus waspada nih sama Sehan." Gumam Jeje.

"Eh, sha aku mau nanya yang ini dong." Ujar Jeje sembari menyodorkan kertas lalu sekilas menatap Sehan dengan tatapan sinisnya.

Sedangkan Sehan hanya tertunduk lesu melihat tatapan Jeje yang begitu sinis padanya. Laysha buru² menjelaskan pada Jeje. Dengan sekejap Jeje sudah dapat memahaminya.

"Bentar ya aku mau kedapur dulu." Ucap Laysha.

Sehan maupun Jeje hanya sama² mengangguk. Saat dirasa Laysha sudah benar² masuk kerumah, Jeje mulai angkat bicara.

"Lo nggak ada niatan buat balikan kan sama Laysha?." Tanya Jeje to the point.

"Nggak. Gue tau dia sayangnya cuman sama lo." Jawab Sehan sekenanya.

"Bagus deh kalau lo nyadar." Ujar Jeje penuh kemenangan.

Sejenak keheningan menyeruak antara Sehan & Jeje. Sepertinya Sehan menyadari betul bahwa Jeje mulai tidak suka padanya.

"Nih, ada minuman." Ucap Laysha sembari membawa nampan penuh gelas yang berisi orange juice.

Keduanya masih saja terdiam. Lalu sama² melanjutkan belajarnya.
Tepat pukul 9 malam, Sehan berpamitan pulang. Begitupun dengan Jeje. Ia juga ikut²an berpamitan pulang. Sehan dapat melihat itu. Sebenarnya ia risih. Mengapa Jeje berubah menjadi seperti itu.

*****KPTL*****

Alarm Laysha berbunyi. Pukul 6 tepatnya. Buru² ia mandi lalu bersiap ke sekolah dan menunggu Jeje menjemputnya tentunya. Selesai mandi ia langsung mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Lalu selesai itu, Laysha mengikat rambutnya ke atas. Memperlihatkan leher putih nan jenjang miliknya.

Laysha tak perlu memakai bedak terlalu tebal. Kulit wajahnya saja sudah putih. Sangat putih malah. Jadi ia hanya menggunakan baby cream, supaya kulitnya tetap lembab.
Dengan segera ia memakai seragamnya dan turun kebawah untuk sarapan.

"Pagi ma." Sapa Laysha.

"Pagi juga Laysha." Balas mama Laysha singkat, lalu ia sibuk berkutat didapur.

Laysha yang merasa diacuhkan tak mau ambil pusing. Segera saja ia memakan sarapannya sembari menunggu Jeje.

"Nih. Bekal. Dibawa kesekolah ya. Mama tau kamu ada IB mulai sekarang." Ucapan mamanya, mampu membuat Laysha jengah. Dan malas untuk membawa bekal (sebenarnya).

Namun karena ia tak mau membuat mamanya kecewa, jadi menurutlah Laysha pada apa yang diperbuat mamanya. Termasuk menyuruhnya membawa bekal.

Sesekali Laysha mengecek ponselnya, tau² Jeje menghubunginya. Nihil. Jeje tak mengirimnya pesan satupun. Sedikit malas menunggu Jeje datang, Laysha lebih memilih menonton TV.

Lima menit kemudian suara deru mobil Jeje sudah terdengar. Buru² Laysha keluar rumahnya dan segera saja masuk kedalam mobil Jeje tanpa dipinta.

"Buru² amat sha." Ujar Jeje yang hendak turun dari mobil.

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang