CHAPTER 23

154 4 0
                                    

"Ngapain dikejar, toh kalau dia sayang sama kamu, dia bakal balik lagi kok."

Jeje mencermati setiap perkataan yang dilontarkan Teressa dan merenungkannya. Ia terpaku ditempat. Kemudian dia berbalik dan menatap Teressa.

"Gue, sama Laysha itu saling sayang dan saling cinta. Jadi kita juga harus sama² saling memperjuangkan cinta kita. Bukan cuma dia ataupun gue yang berjuang demi cinta kita. Dan sekarang posisinya elo, disini, cuman jadi perusak hubungan gue sama Laysha." Ujar Jeje dengan amarah yang sudah memuncak.

Setelah mengatai Teressa dengan kata yang sedikit kasar, Jeje pun beranjak pergi dari cafe dan berniat menemui Laysha. Jeje sangat gusar dengan keadaan Laysha sekarang. Ia sangat yakin bahwa Laysha akan sulit untuk memaafkan kesalahannya yang satu ini.

Didalam mobil tak henti²nya Laysha menangis. Sehan hanya diam tak bergeming. Ia tau, mungkin dengan menangis, Laysha merasa sedikit lebih baik.

Sesampainya dirumah, Laysha langsung masuk tanpa mempersilahkan Sehan. Lagi² Laysha menangis dan kali ini lebih kencang. Sehan hanya menghela nafas panjang. Wanita yang ia sayangi, sekarang sedang terluka.

"Aku tau sha, kamu pasti butuh waktu buat nenangin pikiran kamu. Aku bakal pergi kalau itu bisa sedikit buat kamu lebih tenang." Ujar Sehan.

Saat hendak pergi, Laysha menarik tangan Sehan seakan ada isyarat 'jangan'.

"Jangan pergi han. Aku butuh temen. Buat tempat aku bersandar." Ujar Laysha dengan suara khas orang menangis.

Sehan berbalik dan tersenyum pada Laysha. Lalu mengambil tempat duduk tepat disamping Laysha. Tanpa disadari Laysha mengenggam tangan Sehan. Tiba² terdengar suara deru mobil. Sehan dan Laysha saling tatap.

"Biar aku yang bukain ya sha." Ujar Sehan.

"Kalau yang dateng itu Jeje, bilang sama dia ya, jangan temui aku dulu." Ucap Laysha.

Sehan hanya mengangguk. Setelah menghela nafasnya, Sehan berjalan menuju pintu utama. Benar saja. Didepan sana sudah ada Jeje yang berdiri dengan wajah bersalahnya.

"Gue mau ketemu sama Laysha." Ujar Jeje.

"Laysha butuh waktu sendiri. Dia juga bilang sama gue, kalau dia gak mau ketemu sama lo."

"Tapi Laysha tuh cewek gue han. Gue pengen jelasin semuanya sama dia. Lo harus ngerti dong."

"Gue ngerti je. Tapi kalau keadaannya kayak gini, dia kagak bisa nerima semua alasan yang lo ucapin. Lo juga harus ngerti itu. Lebih baik sekarang lo pulang. Lo tenangin diri lo. Laysha juga butuh waktu buat nenangin dirinya."

"Ya udah. Gue balik. Lo jaga Laysha baik² ya?!. Gue titip Laysha buat sementara sama lo. Kalau dia udah bener² tenang, kasih tau gue." Ujar Jeje yang diangguki Sehan.

Setelah memastikan Jeje sudah melenggang pergi, Sehan pun kembali masuk kedalam rumah. Dilihatnya Laysha sudah meringkuk diatas sofa. Mungkin dia kelelahan karena menangis. Setelah menyelimuti Laysha, Sehan pun memutuskan untuk pulang.

★★★♡★★★

Pagi menjelang. Laysha bangun dengan mata lebamnya. Mungkin ini efek karena menangis semalam. Dilihatnya ia masih menggunakan dress yang ia kenakan saat akan dinner bersama Jeje. Mengingat kejadian itu benar² membuat kepala Laysha pening. Di meja sudah ada bubur dan segelas air putih, juga secarik kertas.

"Maaf jika aku lancang masuk kedalam rumahmu. Aku hanya khawatir dengan keadaanmu. Bukankah orang tuamu sedang keluar kota? Maka dari itu, aku membuatkan mu bubur, semoga saja enak. -Sehan-"

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang