CHAPTER 22

246 5 0
                                    

"Tunggu......"

Langkah El Juan terhenti saat ada seseorang yang menarik tangannya. Ia mendongak dan mendapati Jeje dengan muka sangarnya.

"Lo pulang bareng gue."

El Juan dan Laysha sama² ternganga tak percaya. Saat hendak melayangkan protes, Jeje sudah lebih dahulu berbicara.

"Nggak ada penolakan. Laysha sayang, kamu pulangnya hati² ya?!. El Juan biar bareng sama aku." Ujar Jeje yang diangguki dengan kikuknya oleh Laysha.

Ia buru² masuk mobil. Dan berlalu dari hadapan Jeje & El Juan. Sesudah memastikan Laysha telah melenggang pergi, Jeje pun angkat bicara.

"Gak usah SKSD sama Laysha. Lo pulang naik taksi. Gue males ditebengin sama elo. Dan satu lagi, jangan coba² ngadu sama Laysha." Ucap Jeje panjang lebar.

El Juan hanya tersenyum sinis.

El Juan POV

Aku baru saja putus dari kekasihku. Tapi aku tak sedih sama sekali. Sungguh, aku hanya mencintai Laysha. Ya, Laysha Leanonarda. Sayangnya aku selalu keduluan. Dulu Sehan, sekarang Jeje. Aku benar² tak mengerti. Kenapa aku selalu kalah cepat. Banyak wanita yang menggilai ku. Tapi tidak untuk Laysha. Sebenarnya tipe lelaki idamannya itu seperti apa? Apakah aku tidak termasuk?.

Masuk SMA yang sama dengannya. Sungguh suatu hal yang sangat aku sengaja. Aku selalu diam² memperhatikannya. Walaupun aku memiliki kekasih, aku tak benar² mencintai kekasihku. Aku hanya mencintai Laysha seorang. Mungkin aku akan terus mencintainya sampai dia bersuami.

Aku selalu berusaha untuk dapat berbincang-bincang dengannya. Jika ada kesempatan, aku akan mengambil itu. Aku mencintainya tanpa alasan. Katakanlah aku berlebihan. Tapi memang begini adanya. Semua yang ada pada dirinya, aku suka.

Hari ini aku berbincang-bincang dengannya. Ku katakan saja padanya bahwa aku sudah putus dengan kekasihku. Ku harap dia peduli. Benar saja. Dia memberiku semacam motivasi hidup. Aku hanya pura² sedih didepannya. Dengan begitu dia akan merasa kasihan padaku.

Oh Laysha, aku tak butuh motivasi seperti itu. Yang aku butuhkan itu hanyalah kamu. Bukan motivasi tak berguna seperti itu. Setelah menjejaliku dengan kalimat motivasinya, ia berlalu begitu saja. Yasudah.

Bel pulang sekolah sudah terdengar. Akupun memutuskan untuk pulang dan memikirkan Laysha dirumah. Aku tak bisa berhenti nemikirkan gadis itu. Walaupun dia sudah memiliki Jeje, kurasa selama dia belum menikah wajar jika aku ingin memilikinya.

★★★♡★★★

Pagi ini aku bangun seperti biasa. Ah ya, aku lupa. Hari ini hari pertama UAS 1. Aku akan menjalankan rencanaku. Sengaja tak membawa mobil ke sekolah. Supaya nanti pulang bisa nebeng sama Laysha. Aku benar² cerdas jika sudah begini. Buru² aku mandi dan bersiap ke sekolah. Selang 15 menit waktuku untuk mandi, akupun bersiap-siap pergi ke sekolah.

Sesampainya disekolah, aku melihat mobil Laysha sudah terparkir di parkiran sekolah. Itu artinya, Laysha sudah datang. Saat aku hendak menghampirinya, bel pertanda ujian akan dimulai sudah menggema. Tak apa, masih ada rencana selanjutnya. Saat mengerjakan ujian pun, aku masih memikirkan Laysha. Mungkin hanya Laysha yang ada dipikiranku.

Saatnya istirahat. Aku selalu diam² memperhatikan dia dari jauh. Semua yang menyangkut tentangnya, aku selalu suka. Menurutku dia sangat cantik dan elegant. Beruntunglah Jeje dipilih oleh Laysha sebagai kekasihnya. Sebenarnya, aku ingin menyatakan cinta pada Laysha, namun niat itu urung ku lakukan karena dia seperti masih trauma pada hal semacam ini.

Mencintainya saja, aku sudah seperti orang gila. Tertawa tanpa sebab. Sedih tanpa sebab. Andai saja Laysha tau, jika aku mencintainya.

Yes, bel pulang sekolah sudah berbunyi. Saatnya menjalankan rencana. Aku sudah melihat Laysha berjalan ke arah parkiran.

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang