CHAPTER 28

111 4 0
                                    

"Iya. Buruan. Keadaannya gawat darurat nih."

Keadaan gawat darurat?. Astaga. Apa yang sudah terjadi pada Laysha. Tanpa menunggu aba², langsung ku ambil kunci mobilku dan mengendarainya menuju rumah Laysha.

Sesampainya dirumah Laysha, aku tak melihat siapapun disana. Ku masuk ke rumahnya dan masih tak ada siapa². Aku semakin khawatir.

"Laysha." Panggilku setengah berteriak.

"Aku disini Sehan." Jawab Laysha.

Suaranya terdengar jauh dari tempatku berdiri. Sepertinya, dia berada dihalaman belakang. Benar saja.

"Sehan cepet anterin aku ke dokter hewan. Garfield muntah² terus dari tadi."

Aku sedikit bingung. Jadi yang dia namakan keadaan gawat darurat adalah—

"Udah deh. Buruan. Kalau mau marah² entar aja." Ujar Laysha yang seakan mengerti apa yang aku pikirkan.

Laysha menarikku begitu saja. Tanpa basa-basi dia menyuruhku untuk segera melajukan mobilku dijalan raya. Ditengah perjalanan pun Laysha terus menerus memberi semangat hidup pada kucing peliharaannya.

Sesampainya di klinik dokter hewan, Laysha buru² turun. Dan masuk kedalamnya. Aku hanya mengekorinya saja dari belakang. Dengan sesekali melihat disekeliling klinik, akupun memutuskan untuk duduk disalah satu bangku tunggu. Sembari berkutat dengan ponselku, ku lirik Laysha tak kunjung menemuiku.

Sekitar 30 menit, Laysha dengan wajah sumringahnya menghampiriku. Dia mengajakku pulang begitu saja. Tanpa kata apapun. Selain kata 'mari kita pulang.' Padahal, aku masih ingin bersama Laysha. Tapi…ya sudahlah.

Didalam mobilpun Laysha hanya diam, sembari sesekali melihat kucingnya. Dia sudah tak terlihat panik seperti tadi. Syukurlah. Aku memaklumi jika Laysha bersikap berlebihan seperti itu.

Sesampainya di rumah Laysha, ia menyuruhku untuk mampir sebentar. Akupun turun dan mengekori Laysha. Ia berjalan menuju dapur sesaat setelah mempersilahkan aku untuk duduk.

Selang waktu 5 menit dia sudah kembali dengan gelas yang ku duga berisi ice lemon tea. Kesukaanku. Ternyata, gadisku dulu, tak pernah lupa apa yang menjadi kesukaanku. Dia menyodorkan gelas itu padaku dan tanpa aba² aku langsung meminumnya. Hingga tersisa setengah gelas saja. Setelah aku menaruh gelas itu diatas meja, barulah Laysha mulai angkat bicara.

"Terim kasih sudah mengantarku ke dokter hewan." Ujarnya.

Ayolah Laysha. Kau ini seperti dengan siapa saja. Aku ini man—ralat. Aku ini sahabatmu. Tak perlu berlebihan seperti itu.

"Sama-sama."

Dia permisi untuk pergi ke kamarnya sebentar. Mungkin mengambil ponsel atau sesuatu. Aku juga tidak tau. Hanya lima menit dia sudah kembali.

"Ini. Sebagai tanda terima kasih." Ucapnya sembari menyodorkan lollipop yang besar.

Sungguh aku bahkan tak terlalu suka lollipop.

"Terima kasih sudah memberi ku lollipop." Ujarku sembari tersenyum padanya.

***~***

Author's POV

Sepulangnya Sehan dari rumah Laysha, ia langsung belajar pelajaran untuk esok.

Disisi lain, Laysha masih menunggu kabar dari Jeje. Dirasanya, seharian ini Jeje tak mengabarinya. Laysha tau, kekasihnya itu sangatlah sibuk. Mungkin saking sibuknya, Jeje tak sempat menghubungi Laysha, walaupun hanya sekedar memberi kabar.

Sembari menunggu kabar dari Jeje yang tak kunjung datang juga, Laysha lebih memilih untuk belajar. Tiba² ponselnya bergetar. Pertanda satu pesan masuk. Dengan tergesa-gesa ia segera membuka lock dan membaca pesan. Ada guratan kecewa yang terlihat jelas diwajah Laysha.

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang