CHAPTER 6

380 14 0
                                    

"Kamu mau berangkat ke London hari ini?." Tanya Laysha dengan wajah memelas.

Bella hanya mengangguk. Ia masih fokus pada barang² yang harus ia bawa saat di London.

"Ya ampun Laysha. Jangan sedih gitu dong." Ucap Bella sembari menangkup pipi Laysha.

Laysha tampak sedih melihat Bella, sahabatnya harus pergi jauh (lagi).

"Elo sih, baru sehari nginep dirumah gue, udah main balik ke London aja." Ujar Laysha dengan bibir mengerucut.

Bella hanya tersenyum geli. Saat dirasanya sudah cukup, Bella pun berpamitan pada Laysha dan keluarganya. Dengan berat hati Laysha mengantar Bella hingga bandara. Ia hanya keberatan bila dirinya harus berjauhan lagi dengan Bella.

"Oh ya ini. Nitip ya. Buat Jeje." Ucap Bella sembari menyodorkan kado pada Laysha.

Laysha mengernyitkan dahinya. "Apa maksudnya?." Gumam Laysha.

"Udah lo kasiin aja sama Jeje." Ucap Bella tiba².

Laysha hanya mengangguk tanda mengerti. Mereka pun berpisah di bandara. Laysha berniat pulang ke rumahnya. Disepanjang perjalanan Laysha terus menerus memandangi kado itu. Ingatannya kembali pada Jeje. Pagi tadi saat di sekolah pun Laysha belum menemukan sosok Jeje. Hari ini hari senin. Sebenarnya mereka ada jadwal belajar bersama, namun mengingat Laysha harus mengantarkan Bella ke bandara, belajar bersamanya di tunda hari selasa. Laysha tersenyum dengan anggunnya. "Besok aja lah dikasih ke Jeje." Batin Laysha.

**********

Jeje hanya mondar-mandir tak jelas sembari membawa ponselnya ke mana². Hatinya gundah. Tak tau kenapa. Mungkin karena Laysha tak menghubunginya. "Mana mungkin Laysha menghubungiku." Gusar Jeje.

Suara ketukan pintu mampu membuat Jeje berhenti melamun. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah pintu. Dengan malas Jeje membuka pintu kamarnya. Ternyata mama Jeje yang mengetuk pintu.

"Mama boleh masuk gak nih?." Tanya Mama Jeje. Jeje hanya mengangguk malas.

"Kok gak semangat gini?. Kenapa?. Cerita sama Mama dong." Ujar Mama Jeje lembut.

Jeje menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Lalu mulailah ia bercerita mengenai benih cinta untuk Laysha. Jeje juga meminta solusi pada mamanya bagaimana ia harus bersikap. Ia sudah memiliki Nasya. Namun ia tak dapat memungkiri bahwa ia mencintai Laysha. Mamanya hanya tersenyum. Dengan kelembutan hatinya, Mama Jeje memberikan solusi. Jeje hanya mengangguk paham. Sekarang Jeje sudah dapat tersenyum (lagi). Ia sudah tak gusar setelah semua bebannya ia ceritakan pada mamanya.

**********

Sesaat sesudah sampai di rumahnya, Laysha kebingungan. "Mobil siapa ini?." Tanya Laysha dalam hati. Dengan langkah ragu Laysha pun masuk ke dalam rumahnya. Kado yang dititipkan Bella untuk Jeje jatuh dari tangan Laysha begitu saja. "Gak Mungkin ini pasti mimpi." Gumam Laysha. Ia menatap lelaki itu tak percaya.

Perlahan-lahan ia mendekati lelaki itu lalu duduk berhadapan dengannya. Pikirannya meracau. Kembali ia teringat pada kejadian 2 tahun lalu. Kejadian yang membuat Laysha benar² hancur.

"Laysha Leanonarda." Ucapan lelaki itu membuat lamunan Laysha buyar.

Dengan hati yang tak karuan, ia berusaha untuk berucap.

"Iya." Ucapnya ragu².

"Apakah kau sudah melupakanku?." Tanya lelaki itu.

"Tidak. Aku takkan pernah melupakanmu. Apakah kau benar Sehan Tazacka?." Ucap Laysha ragu.

Lelaki itu hanya mengangguk. Laysha bahagia. Ia mengembangkan senyumnya. Jantungnya berdebar tak karuan. "Apakah ini nyata?." Gumam Laysha sembari menepuk-nepuk pipinya seperti tak percaya. Sehan benar² berada di hadapannya sekarang. Lelaki yang dulu sangat sangat ia cintai setelah ayahnya.

"Kenapa kau menepuk-nepuk pipimu?." Tanya Sehan sembari tersenyum menggoda Laysha.

Blush! Pipi Laysha merona. Ia sangat sangat bahagia. Benar-benar bahagia.

"Bagaimana kabarmu Laysha?." Tanya Sehan

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga Baik." Jawab Sehan. Ia tersenyum penuh kelembutan pada Laysha. Senyum yang sangat dirindukan Laysha.

"Kapan kamu pulang dari Pakistan?." Tanya Laysha

"Baru kemarin." Jawab Sehan.

Obrolan mereka Kembali menghangat. Laysha berkali-kali tersipu malu dihadapan Sehan. Bagaimana bisa ia terlihat gugup di depan Sehan. Obrolan mereka barulah usai saat jam menunjukkan pukul 5 sore.

"Aku pulang dulu ya." Pamit Sehan

"Iya. Hati² ya han." Ujar Laysha lembut.

Sepersekian detik kemudian mobil Sehan sudah berlalu meninggalkan rumah Laysha. Didalam rumah Laysha teriak² kegirangan. Untung orang tua Laysha belum pulang. Sepertinya hati Laysha kembali terbuka untuk Sehan.

**********

Hari berganti malam. Laysha memikirkan Sehan terus menerus. Kejadian 2 tahun silam Kembali terngiang-ngiang di Pikirannya.

Flashback on

Laysha dan Sehan sudah berpacaran selama 3 tahun. Yap, semenjak kelas 1 SMP Laysha dan Sehan sudah berpacaran. Mereka terlihat bahagia. Dimana ada Sehan disitu ada Laysha. Begitu sebaliknya. Namun semua kebahagiaan seketika musnah ketika Sehan dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Pakistan. Hati Laysha benar² hancur. Ia takkan sanggup bila Sehan tak berada disini. Disampingnya. Laysha menangis. Walaupun Sehan sudah mengatakan

"Jangan menangis Laysha ku." Ia tetap saja tak dapat menahan air matanya.

"Bagaimana bisa Aku bertahan tanpa kamu disampingku?." Pertanyaan Laysha seakan menampar Sehan dengan keras.

Seketika itu hatinya sakit. Bagaimana mungkin ia akan meninggalkan Laysha. Bagaimana jika Laysha dimiliki oleh lelaki lain. Tapi tekadnya sudah bulat.

"Maafkan aku Laysha. Aku akan tetap pergi. Ku mohon, jangan menangis. Aku akan terluka bila melihatmu menangis." Ucapan Sehan membuat hati Laysha sangat sakit. Ia berlalu dari Sehan yang pergi meninggalkan luka bagi Laysha.

Flashback off

Kenangan itu tentunya sungguh menyakitkan. Kini Sehan hadir disaat Laysha sudah tegar. Saat Laysha mulai menyayangi Jeje. Bagaimana mungkin ia akan menyayangi 2 lelaki sekaligus.

**********

Thanks ya udah setia baca novel ini. Next nya setelah aku UKK ya?!. Entar Langsung aku update 2 chapter. Tungguin ya (yah ngarep ditungguin 😔) tetep tinggalin vote + comment ya?!. Thank you 😘

Kau Pergi Tinggalkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang