3

15K 1K 30
                                    

**
Dara membuka matanya perlahan-lahan. Suasana sangat tenang kini. Berbeda jauh sejak tadi ia berada di Henz Club.

Mata Dara terbelalak secara cepat. Henz Club? Bukankah tadi ia berada di Henz Club? Kedua bola mata Dara terbuka dan melihat sekeliling. Di mana ia berada sekarang?

Di sebuah kamar bernuansa abu-abu. Terasa hangat dan nyaman. Gorden yang dibuka memperlihatkan langit malam yang indah. Dara tersenyum melihat sambil bangkit dari rebahannya.

Kepalanya terasa pening. Beginilah hasilnya jika ia memaksakan diri berada di club saat kondisinya sedang buruk. Mata Dara kembali berkeliling ke seisi kamar dan matanya berhenti di satu titik.

Di dinding tertempel pigura besar yang sangat menarik perhatian matanya. Bukan piguranya, tapi orang yang berada dalam pigura tersebut.

Foto seorang G-Dragon.

Astaga. Dara langsung bangkit. Apakah ini kamar G-Dragon? Bagaimana bisa ia berada di sini?

 Dara mencari tasnya lalu menemukannya di atas sofa. Ia langsung berjalan ke sana untuk mengambilnya tepat saat pintu kamar terbuka. Dara mendengar suara Soonho berseru. "Kau sudah sadar."

Dara berbalik dan melihat Soonho berjalan ke arahnya. "Kau sudah sadar dari lama?"

Dara menggelengkan kepalanya. Mulutnya tidak bisa berbicara, ia masih bingung berkata apa dan masih takjub bagaimana bisa ia berada di sini. Kalau dugaannya benar, bagaimana bisa ia berada di kamar seorang G-Dragon?

"Dara?" Soonho berdiri tepat di hadapan Dara yang terlihat blank. Ia lalu menepuk bahu perempuan itu pelan, Dara terkesiap.

"Kau melamun." Sahut Soonho. "Apa masih tidak enak badan?"

Dara memandang ke arah Soonho dengan heran. "Umm tidak enak badan?"

"Ne, kau. Kau pingsan dan wajahmu pucat sekali. Kau sedang sakit?"

"Oh, em." Dara bingung harus berkata apa. "Hm, ak--"

"Dia sudah sadar?" Jiyong bertanya sambil masuk ke dalam kamar. Saat melihat Dara berdiri berhadapan dengan Soonho, ia menyenderkan tubuhnya di pintu. "Oh, kau sudah sadar." katanya datar.

Dara hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Lain kali jika kau sakit, katakan saja. Kami pasti memberikan izin untukmu istirahat."

Ap-- Apa?  Dara memandang lekat ke arah Jiyong.

"Seharusnya aku yang membuat repot." Jiyong berjalan masuk ke dalam kamar. "Kenapa malah aku yang dibuat repot?"

Dara tercengang. Ini baru hari pertama ia bekerja, tapi mengapa Dara sudah kesal setengah mati? Pria ini benar-benar tidak punya hati.

"Jiyong-ah." suara teguran dari Soonho terdengar. Pria itu menatap Dara kini. "Kau tidak merepotkan sama sekali. Kita memang harus saling membantu, bukan?"

Jiyong mendengus, lalu berbalik dan berjalan keluar dari kamar. Sebelum keluar, ia mendengar Soonho berkata. "Ayo makan Dara. Kami sudah membelikan makanan tadi."

Jiyong berbelok keluar dari kamar dan berjalan ke arah ruang santai. Kami membelikan makanan? Hanya Soonho yang membelikan makanan. Dirinya tidak, bahkan ia tidak peduli sama sekali dengan asistennya itu. Tadi sewaktu Dara pingsan, Soonho panik setengah mati, tapi ia hanya memandang pemandangan di depannya dengan datar. Ia menolak dengan tegas saat Soonho memintanya untuk membawa Dara ke apartementnya karena memang itulah yang terdekat dari Henz Club. Tapi setelah Soonho memaksanya bahkan mengancamnya, ia mengalah. Tadinya ia menginginkan perempuan itu direbahkan di sofa, karena kamar lain sedang direnovasi dan yang tersisa hanya kamarnya sendiri, tapi Soonho mengatai dirinya gila dan tidak punya perasaan. Karena itulah asisten yang baru bekerja dengannya beberapa jam di-istirahat-kan di kamarnya. Kamar pribadinya. Ia benar-benar akan membunuh Soonho setelah ini.

Lovely AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang