**
30 menit lagi konser akan dimulai. BIGBANG sudah bersiap di bawah panggung dengan kostum kebangsaan mereka dan persiapan lainnya. Dara berdiri di samping Jiyong, merapikan kostum yang bosnya pakai juga menghapus keringat yang sudah keluar bahkan konser saja belum dimulai.Dara sedang merapikan kerah kostum Jiyong saat mata pria itu memperhatikan jari manis tangan kanan Dara. Asistennya ini memakai cincin yang tadi dimintanya.
"Kau benar-benar menyukai cincin itu huh?" gumam Jiyong sambil lalu.
Dara yang sedang fokus pada kostum Jiyong tersebut melirik ke arah Jiyong sekilas. "Mmhm?"
"Cincin itu."
Dara mengerutkan keningnya heran, tapi kemudian memandang ke jari manisnya. Cincin silver-merah yang tadi ia minta dengan paksa dari bosnya.
"Cocok sekali bukan dijariku?" tanya Dara mengarahkan telapak kanannya ke udara dan melihat cincin tersebut dengan lekat. "Ah indahnya jariku ini."
Jiyong mengangkat alisnya, lalu menggelengkan kepalanya pelan, kaget dengan beberapa sikap yang ditunjukkan asisten kepadanya dalam dua hari ini. Dara seperti mulai membuka dirinya dan entah karena apa Jiyong suka dengan hal itu.
Mata Dara kemudian mengarah ke jari Jiyong yang memakai cincin yang sama, ia tersenyum lebar. "Kau memakai cincinnya juga."
"Kau yang memintaku."
"Aku kira kau tidak akan menuruti."
"Aku sedang malas mendengar ocehanmu." balas Jiyong datar. Ia pandang perempuan yang berdiri di hadapannya, yang masih tersenyum lebar ke arahnya.
"Kau terlihat sangat senang aku memakainya."
Senyum Dara makin mengembang, lalu terkekeh. "Aku senang kau menurutiku, aku tidak pernah membayangkan kau melakukannya."
Jiyong menatap ke arah Dara sekilas, lalu memalingkan wajahnya. Berusaha menahan emosinya yang ingin terus menatap wajah Dara.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Jiyong pelan. Matanya mengarah ke kerumunan di sekitarnya.
Dara kembali menatap ke arah Jiyong. "Apa?"
"Keadaanmu." ulang Jiyong, "Apa traumamu kambuh? Apa kau mimpi buruk lagi? Setelah gempa kemarin kau benar-benar baik?"
Alis Dara terangkat lalu menyeringai. "Wow, kau perhatian sekali denganku sekarang." sindirnya halus. Jiyong hanya menatapnya, benar-benar datar.
Melihat raut wajah Jiyong dan tidak ada tanggapan dari pria itu, Dara kemudian kembali serius dan menjawab dengan tenang. "Aku baik." jawabnya pelan. "Aku pikir aku juga akan kacau dan jatuh setelah gempa kemarin, tapi kau lihat, aku di sini sekarang, berdiri di hadapanmu dalam kondisi baik."
Jiyong menolehkan kepalanya, dan menatap ke arah Dara lekat. Berusaha meniliti ke seluruh tubuh Dara memperhatikan apakah benar yang dikatakan perempuan itu, apakah benar bahwa Dara baik-baik saja.
"Aku rasa pengaruh terapi dan obatku berjalan dengan sangat baik." lanjut Dara lagi. "Aku merasa baik."
"Baguslah kalau begitu."
Dara menggigit bibirnya sesaat, hendak mengatakan sesuatu tapi ia ragu harus mengatakannya atau tidak. "Ini juga karena dirimu yang menjagaku dengan baik di sini." Dara kembali berkata dengan pelan. "Terima kasih Ji."
Jiyong terkejut mendengar apa yang baru saja Dara katakan. Ia sudah mendengar dari kemarin Dara berterima kasih, tapi mendengar kalimat yang baru saja ia dengar, hatinya merasa hangat dan ia tidak bisa memalingkan matanya dari Dara. Matanya menatap lurus kedua bola mata hitam yang menatapnya dengan sendu. Jantungnya berdegup cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Assistant
FanfictionG-Dragon frustasi. Sudah hampir 2 bulan ini dia mengganti asisten sampai 4 kali karena ternyata semua asistennya hanyalah fangirl yang menyamar untuk dekat dengannya. Sampai akhirnya Yang Hyun Suk membawakan asisten baru untuk seorang G-Dragon. Baga...