8

11.1K 981 21
                                    

**
Jiyong merasa frustasi kini. Ia sudah berada di depan kamera bersama Kim Soohyun. Ah, jika melihat bagaimana Kim Soohyun terkejut dengan kehadiran Dara, entah kenapa hati Jiyong merasa ingin menonjok pria yang memecatnya itu. Tapi sayangnya, dari tadi ia berusaha sekuat tenaga untuk menolak perasaan ini.

"Cut!" PD dari syuting iklan ini berteriak. "Kerja bagus semuanya."

Jiyong membungkukkan badan ke staff-staff yang sudah bekerja hampir seharian dengannya, lalu ia menoleh dan memandang ke arah Kim Soohyun. "Kerja bagus."

Kim Soohyun membalasnya dengan senyum. "Kau juga."

Setelah itu Dara mendekati mereka dan memberikan botol minuman pada Jiyong. Jiyong menerimanya dan bisa merasakan pria di sampingnya ini menatap Dara dengan lekat.

"Ayo." ajak Jiyong pada Dara sebelum melangkahkan kakinya. Ketika Dara hendak mengikuti, Kim Soohyun memanggilnya dan Jiyong bisa mendengarnya.

Dara menoleh ke arah Kim Soohyun, pria itu menatapnya lembut. "Kau baik-baik saja?"

Dara kaget dengan pertanyaan itu, lalu dijawab dengan singkat. "Ne." setelah itu Dara langsung berbalik dan menyusul Jiyong. Diikuti oleh pandangan mata dari Kim Soohyun yang tidak terputus.

Sampai di ruang tunggu Dara melihat Jiyong membereskan barang-barangnya sementara Soonho tidak tahu ke mana. Dara mendekati Jiyong. "Aku saja." katanya, tapi tidak Jiyong hiraukan.

"Ji, biar aku saja ini tu--"

Jiyong membanting tasnya secara kasar ke lantai. Dadanya naik turun, terlihat jelas ia sedang menahan emosinya tapi ia masih tidak tahu karena apa ia emosi seperti ini. "Apa yang sebenarnya kau inginkan Dara?"

Dara terpaku. Apa maksud Jiyong? Apa yang ia inginkan? Ia hanya ingin bekerja dengan tenang!

"Ap.. Apa maksudmu?"

Jiyong menatap Dara lekat. Tidak ada niat untuk menjawabnya, tapi malah niat yang sangat besar untuk memeluknya! Jiyong, apa yang kau pikirkan?

"Ji, aku---"

"Bersiaplah." potong Jiyong. "Aku akan makan malam dengan Xin dan Soojoo nuna setelah ini, aku ingin kau ikut."

Dara menganggukkan kepalanya, tidak berusaha untuk mendebat seperti biasa. Mood Jiyong sedang kacau hari ini dan ia tidak ingin memperparahnya lagi.

Jiyong duduk di sofa, lalu memejamkan matanya. Kepalanya pusing sekali mencari alasan mengapa ia bisa semarah ini, mengapa moodnya bisa hancur hanya karena seorang Sandara Park, mengapa asistennya itu tidak memberitahukan penyakit asmanya. Ia teringat Dara yang selalu menjauh setiap ia menyalakan rokok, ia teringat Dara yang selalu memutar kedua bola matanya setiap ia meminta asbak, ia teringat Dara yang akan menghilang tiba-tiba di tengah ruangan berasap karenanya dan Top, ia teringat semuanya dan bodohnya, mengapa ia tidak pernah menyadarinya?

"Ji."

Suara Dara membuatnya membuka mata. Asistennya itu sudah duduk di sampingnya. "Mmhmmm."

Dara menundukkan kepalanya. "Aku.. aku minta maaf karena aku tidak menceritakan dari awal tentang penyakit asmaku. Aku melakukannya karena tidak ingin aku dikira asisten yang tidak bisa apa-apa, apalagi jika kau sudah tahu traumaku. Karena aku tahu duniamu adalah ini Ji. Aku tidak mau---"

"Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi." potong Jiyong. Suaranya melembut kini. "Yang penting sekarang aku dan Soonho sudah tahu, jadi mungkin untuk jadwal selanjutnya aku aka--"

"Tidak, tidak." sela Dara. "Jangan mengubah apapun. Aku tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja."

Jiyong menatap Dara, sorot matanya lurus menatap kedua bola mata Dara. "Bagaimana jika kejadian kau pingsan terulang lagi?"

"Tidak, tidak akan." jawab Dara cepat. "Aku janji padamu itu tidak akan terulang lagi, aku akan menemui psikiaterku lagi dan--"

"Di mana psikiatermu?"

Dara balas menatap Jiyong dengan heran, tapi lalu dijawabnya. "Gangnam."

"Berapa kali kau pergi ke sana dalam seminggu?"

"Biasanya hanya seminggu sekali, tapi jika mimpi buruk ku kumat akan jadi dua kali seminggu."

"Mimpi buruk?"

"Karena kejadian itu aku juga jadi sering mimpi buruk, dan ya begitulah." Dara tidak ingin menjelaskannya lebih detail.

"Apa masih ada yang kau sembunyikan selain traumamu dan asma?"

Dara menggelengkan kepalanya pelan, yang ditangkap Jiyong adalah keraguan.

"Benar-benar tidak ada?" Jiyong memastikan.

"Ne, tidak ada."

"Ya sudah." Jiyong kembali memejamkan matanya. "Kabari aku jika semua sudah selesai."

Dara tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Jiyong. "Ne."

"Dan Dara." Jiyong membuka matanya lagi. Dara yang hendak bangkit kembali duduk.

"Ada apa?"

"Aku---" Jiyong menelan ludahnya. Mengapa kau memanggilnya lagi Ji?

"Apa?"

"Aku minta maaf karena tadi, dan yang kemarin-kemarin." bilang Jiyong sambil memalingkan wajahnya. "Saat aku bersikap seperti seorang bajingan."

Dara berusaha keras untuk tidak tersenyum, tapi ia tidak bisa. Senyum mengembang di bibirnya mendengar pernyataan maaf dari Jiyong.

"Aku akan berusaha memperbaiki sikapku." Jiyong berkata dengan gugup. Kau ini kenapa Jiyong-ah.... racaunya dalam hati.

Senyum Dara semakin lebar. This jerk.



tbc

Lovely AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang