*
Ketika tangisan Dara mereda, Jiyong mulai merenggangkan pelukannya dan menarik diri. Ditatapnya perempuan di hadapannya yang menundukkan kepala dan berusaha menghapus air matanya dengan punggung tangan kanannya, Jiyong menghela napas pendek."Apa kau baik-baik saja?" tanya Jiyong lembut. Nada suara yang tidak pernah ia gunakan untuk Dara.
Dara tidak menjawabnya, ia masih tidak tahu bagaimana harus merespon pertanyaan Jiyong. Saat gempa terjadi tadi ia sedang tidur dan baru merasakan 5 menit kemudian, ia hendak keluar dari kamarnya tapi tiba-tiba pusing di kepalanya menghantam. Traumanya tiba-tiba muncul, yang membuatnya luruh di sisi ranjang tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Pikirannya blank. Ia tidak tahu apakah ia akan selamat di kamar,atau ia akan menyusul keluarganya yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Saat Jiyong masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa lega walau seluruh syarafnya terasa mati. Ia belum bisa menggunakannya dan sangat bersyukur Jiyong tidak mengatakan apa-apa selain menuntunnya keluar dari kamar dan membawanya turun dari hotel ini. Semua karena Jiyong. Ia selamat karena Jiyong.
"Hei."
Suara Jiyong membuyarkan lamunan Dara. Sekali lagi perempuan itu menghapus air matanya, lalu menatap kedua bola mata yang sangat menyiratkan kekhawatiran itu. Ditatapnya Jiyong lurus.
"Terima kasih Ji." katanya lagi dengan suara yang sudah tidak terlalu serak. "Terima kasih karena sudah menolongku, aku-- terima kasih."
Jiyong tersenyum tipis. "Sama-sama Dara,"
"Saat itu bukannya aku tidak mau keluar." Dara mulai menjelaskan. "Aku sedang tidur dan baru bangun beberapa saat setelah gempa terjadi, aku langsung mau keluar, tapi tiba-tiba traumaku datang begitu saja."
Jiyong menatap Dara dengan tatapan hangat. "Kau sudah minum obatmu?"
Dara menggeleng kepalanya.
Jiyong bangkit dan bertanya. "Di mana obatnya?"
Dara hendak bangkit untuk mengambil tapi Jiyong menahannya dan menyuruh Dara kembali duduk.
"Di mana obatnya?" tanya Jiyong lagi.
"Di tasku." Dara menunjuk ke arah tasnya yang ada di meja, Jiyong mengambilnya dan membawanya ke hadapan Dara.
Jiyong memperhatikan Dara yang mengeluarkan sebuah kotak panjang yang berisi obat-obatan. Ia mengerutkan kening, apakah Dara minum obat sebanyak ini? "Ini semua obatmu?" tanyanya.
"Ne."
"Kau minum sebanyak ini setiap hari?"
"Tiga kali sehari." Dara membuka kotak obatnya dan mulai meminumnya satu persatu. Jiyong memberikan botol minuman kepada Dara yang langsung diterima perempuan itu.
Jiyong mengambil kursi dan duduk di hadapan Dara. Memperhatikan Dara yang sedang merapikan obat-obatnya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Untung kau tidak jadi ke rumah lamamu tadi." bilang Jiyong tiba-tiba, Dara menatapnya.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadamu. Dengan traumamu dan juga gempa."
Dara meringis. "Ne. Terima kasih sudah melarangku."
"Aku bersyukur kau ada di hotel dan baik-baik saja."
"Itu karenamu kan? Terima kasih karena menolongku."
Jiyong berdecak. "Berhenti berterima kasih aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan."
"Ini bukan tugasmu Ji. Kau seharusnya melindungi dirimu sendiri, bagaimana jika fansmu mendengar kabar yang tidak mengenakkan tentangmu? Apa kau tidak memikirkan perasaan mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Assistant
FanfictionG-Dragon frustasi. Sudah hampir 2 bulan ini dia mengganti asisten sampai 4 kali karena ternyata semua asistennya hanyalah fangirl yang menyamar untuk dekat dengannya. Sampai akhirnya Yang Hyun Suk membawakan asisten baru untuk seorang G-Dragon. Baga...