10

12.6K 942 29
                                    

**
Dua minggu kemudian

"Jiyong semakin baik akhir-akhir ini."

Soonho mengangkat wajah dan memandang ke arah Top yang berbicara. Pria itu sedang memandangnya dengan alis terangkat.

"Dia tidak terlihat emosi akhir-akhir ini. Ya walau masih tidak berbicara banyak dengan Dara nuna tapi dia terlihat normal." lanjut Top lagi.

Soonho mau tidak mau mengakuinya. Dua minggu lalu Xin mengatakan padanya apa yang terjadi di restoran sushi saat mereka makan bersama Dara dan Jiyong. Yang paling mengagetkan saat itu adalah Jiyong sama sekali tidak merokok. Sepanjang dua jam mereka makan bersama, pria itu sama sekali tidak mengeluarkan rokoknya, sama sekali.

"Ne, kurasa juga begitu." jawab Soonho akhirnya. Ia sebenarnya juga merasakan apa yang Top rasakan. Jiyong tidak mengomel lagi seperti dulu, tapi dia juga tidak banyak bicara. Ia hanya akan bicara jika Dara menanyakan sesuatu hal padanya dan menjawab seadanya. Tapi tidak ada lagi emosi dan sorot mata tajam yang terlihat.

"Apakah aku yang akan menang?" Top menyeringai.

Soonho tertawa kecil. Sudah pasrah jika dirinya nanti kalah. Karena perubahan Jiyong ini sama sekali tidak pernah ia duga.


*
Dara membawa perlengkapan Jiyong yang baru saja ia ambil dari mobil dan meletakkannya di sisi pria itu. Jiyong melirik sekilas dan mendapati wajah yang terlihat resah dan cemas itu. Jiyong tidak tahu sejak kapan, tapi sepertinya sejak meeting dengan YG Dara jadi seperti ini.

"Kau terlihat resah." akhirnya Jiyong tidak bisa menahannya lagi untuk bertanya. Ia melihat kedua tangan Dara terus bergerak, memperlihatkan bahwa ada sesuatu yang mengganggu perempuan ini.

"Aku tidak apa-apa."

"Berhenti berbohong." balas Jiyong langsung. "Kau resah dan sekarang sangat berkeringat walau ini ruangan AC dan kau belum bekerja terlalu berat." Ia memberikan tisu pada Dara. "Aku paling malas ikut campur dengan masalah pribadimu, tapi jika masalah yang mengganggumu ini belum selesai aku yakin pekerjaanmu juga akan terganggu." Ia melempar majalah yang sedang ia baca ke atas meja lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Jadi katakanlah."

Dara menghembuskan napasnya panjang, lalu mengambil tempat di sebelah Jiyong. Aoakah sangat ketara? Padahal ia sudah berusaha sebisa mungkin menyembunyikannnya.

Jiyong mengernyitkan dahi. Jadwal padat BIGBANG membuatnya tidak pergi ke bar dalam dua minggu ini. Ia juga hampir tidak pernah merokok di depan Dara lagi. Ia akan mencari ruangan lain atau meminta Dara pergi ke ruangan lain saat ia merokok.

"Apa asmamu kambuh?" tanya Jiyong saat Dara tidak juga mengeluarkan suara.

Dara mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak."

"Lalu? Mengapa kau jadi gundah gulana seperti ini?" Jiyong memikirkan apa yang bisa membuat perempuan menjadi seperti ini. "Apa kau putus dengan pacarmu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Jiyong. Ia bahkan tidak pernah bertanya apakah Dara sudah mempunyai kekasih atau belum.

Dara tersenyum tipis. "Aku tidak mempunyai pacar."

"Lalu?" Dara tidak menyadari bahwa Jiyong mendesah lega di hadapannya. "Bisa katakan saja langsung padaku Dara jadi aku bisa berhenti menebak?" pintanya dan mengambil gelas kopi miliknya.

Dara membasahi bibirnya dengan gugup. "Karena minggu depan BIGBANG akan konser di Manila."

Jiyong menyipitkan matanya, lalu meletakkan gelas kopi yang tadi di meja masih dengan memandang Dara. "Lalu?" tanyanya dengan nada heran.

Lovely AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang