18

10.1K 852 24
                                    

**
Alarm di ponsel Jiyong berbunyi dengan nyaring. Membuat sang pemilik pun mau tidak mau harus membuka matanya dan mematikan alarm tersebut.

Jiyong mengucek matanya dan mematikan alarm yang nyala di ponselnya, setelah itu ia letakkan lagi ponselnya di jok sebelahnya.

Ne. Jok sebelahnya. Jiyong tidur di mobil semalaman. Mobil yang diparkir tidak jauh dari tempat penampungan para korban perumahan rumah Dara. Ia tidak tahu apa yang membuatnya secara tidak langsung menginap bersama Dara, tapi Jiyong hanya ingin melihat Dara tidak apa-apa. Jiyong hanya ingin melihat Dara baik-baik saja dengan kondisinya saat ini.

Jiyong melihat ke arah tenda penampungan yang sudah mulai ramai. Orang-orang sudah mulai bangun dan melakukan kegiatannya masing-masing. Jiyong melirik ke arah jam yang ada di mobil, jam 8 pagi. Apa Dara sudah bangun? Jiyong bertanya-tanya.

Jiyong kembali mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Dara.

Jiyong: Kau sudah bangun?

Tidak butuh waktu lama Jiyong menunggu balasan dari Dara.

Dara: Sudah. Ada apa?

Jiyong membaca balasan dari Dara berkali-kali, sebelum membalasnya.

Jiyong: Temui aku di Restoran W dekat rumahmu.

Dara: Sedang apa kau di daerah rumahku?

Jiyong: Temui saja aku atau kau mau aku ke rumahmu?

Dara: Tidak usah, aku akan ke sana sekarang.

Setelah membaca balasan terakhir Dara, Jiyong menyalakan mobilnya dan memperhatikan tenda penampungan dengan lekat. 10 menit menunggu, perempuan yang ia tunggu keluar juga. Jiyong langsung melajukan mobilnya dengan pelan dan menghentikan mobilnya tepat di samping Dara, saat perempuan itu sedang berjalan di trotoar.

Jiyong menurunkan jendelanya, Dara masih tidak menyadari kehadirannya. Dia fokus dengan langkah kakinya dengan kepalanya menunduk. Jika ada sesuatu di depannya pun, Dara tidak akan melihat.

"Dara." panggil Jiyong setelah berpikir cepat apakah ia harus menampakkan dirinya di depan Dara sekarang atau tidak. Tapi jika tidak sekarang, kapan lagi? Ia tidak tega membiarkan Dara tinggal di tempat seperti ini.

Dara mengangkat wajahnya dengan pelan, menolehkan kepalanya dan terkejut. Ia menghentikan langkahnya saat melihat Jiyong di dalam mobilnya. Kedua bola mata Dara membulat, mulutnya sedikit terbuka. Ia kaget. Kaget melihat Jiyong ada di sini. Kaget melihat Jiyong ada di sekitar rumahnya. Apakah pria itu sudah tahu kalau rumahnya kebakaran?

"Masuklah." bilang Jiyong lagi, kepalanya mengarah ke depan. Menunggu Dara masuk ke dalam mobilnya.

"Naik Sandara Park. Banyak orang di sini." panggil Jiyong lagi saat Dara masih terpaku di tempatnya.

Dara terkesiap, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil. Setelah pintu tertutup, Jiyong menaikkan jendelanya dan mulai melajukan mobil.

Hening. Tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Jiyong pun tidak ada niat untuk memulainya, apalagi Dara. Ia merasa seperti tertangkap basah oleh Jiyong. Ia ingin bertanya apakah Jiyong sudah tahu, tapi kalau belum sama saja ia bunuh diri memberitahu. Apa yang harus ia lakukan?

Jiyong menepikan mobil di pinggir jalan, lalu menghembuskan napas panjang. Ia usap wajahnya dengan kedua tangannya sebelum melirik ke arah Dara.

"Kenapa kau tidak menceritakan kepadaku?"

Dara menggigit bibirnya. Dia sudah tahu. Jiyong sudah tahu!!

"Ini masalah besar, kau tahu?"

Dara menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah entah karena apa. Sejak bertemu Jiyong, ia sangat sering merasa bersalah seperti ini.

Lovely AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang