Minggu minggu terus berlalu. Tak terasa, nilai Dziqa sudah kembali seperti semula. Kembali mensapat 100 disetiap test yang diberikan oleh guru guru. Bisnis orangtuanya pun kembali pada puncaknya lagi.
"Gila gila. Gue iri sama lo, Dziq. Les sama guru kece, nilai jadi bagus.. gue juga mau, ahh" kata Aina.
"Heuh.. gaenak tau. Cuman berdua sama Pak Zan. Lagian, dia ga ganteng." Kata Dziqa.
"Gak ganteng katamu? Ganteng banget omaigad. Apalagi waktu itu pas aku anterin kamu. Dia pake kaos biru. Keren banget, Dziq!" Kata Aina.
"Dia bukan tipeku." Kata Dziqa.
"Dia BELUM jadi tipemu." Kata Aina.
"Masa, suka sama Pak guru? Kayak sinetron aja!" Kata Dziqa.
"Lihat aja nanti."Cecilia sangat iri kepada Dziqa. Ia menaruh hati pada Pak Zan. Segala cara dia lakukan supaya dekat dengn Pak Zan. Tapi, ia selalu gagal.
Sekarang, ia berencana menjahati Dziqa. Ia memancing Dziqa untuk pergi ke gudang. Cecilia tidak tahu bahwa Pak Zan sedang mencari sesuatu di gudang.
"Halo, Cec?" Tanya Dziqa.
Tidak ada jawaban apapun.Tiba tiba, terdengar suara pintu yang menutup. Cecilia mengunci pintunya.
"Dadah murid kesayangan!" Kata Cecilia.
"CEC! BUKA PINTUNYA, PLEASE!!" Teriak Dziqa dari dalam.Kemudian, datanglah Pak Zan yang mendengar teriakan Dziqa.
"Dziqa, kamu juga ada di gudang?" Tanya Pak Zan.
"Iya, Pak. Saya tadi ditipu oleh Cecilia." Jawab Dziqa.
"Jadi, kita terkunci disini?" Tanya Pak Zan.
"Iya, Pak." Jawab Dziqa.
"Saya dobrak, ya?" Tanya Pak Zan.
"Ini pintunya keras, Pak. Baru diganti saat bapak masuk." Kata Dziqa.Di kelas, bangku sebelah Aina kosong. Aina mulai curiga. Ia melihat kearah cecil yang senyum senyum. Satu tempat langsung terbayang di benak Aina. Gudang.
Aina mengetok pintu gudang.
"Dziq, kamu ada di gudang?" Tanya Aina.
"Iya.. tolong bukain, dong.." Jawab Dziqa.
"Kalem.."Aina dulunya adalah seorang pencuri. Ia juga preman di kompleknya. Dengan cekatan, ia membuka pintu gudang tanpa kunci. Tapi, pakai besi yang ia jadikan jepit rambut.
"Kamu baik baik saja?" Tanya Aina.
"Alhamdulillah. Makasih, yah." Jawab Dziqa.
"Lah. Ada bapak juga. Jadi malu saya." Kata Aina.
"Makasih, ya.." kata Pak Zan.
"Jadi malu."Sampai kelas, Aina langung mendatangi Cecilia yang ketawa ketiwi sama teman temannya.
"HEH! BISA BISANYA YA LO NGUNCI SAHABAT GUE! KALAU MENINGGAL GIMANA? DASAR BEGO!" Kata Aina.
Aina menonjok tangan Cecil.
"Udah Aina.. udah.." Kata Dziqa.
"Gabisa, Dziq! Dia udah ngunci kamu sama Pak Zan di gudang." Kata Aina.Tiba tiba, datanglah kepala sekolah.
"AINA, CECIL, SAYA TUNGGU DI RUANG SAYA!" Kata kepsek.
"Apa alasan kamu untuk menonjok Cecilia?" Tanya Kepsek.
"Dia mengunci Dziqa, sahabat saya dan Pak Zan di gudang. Bagaimana kalau mereka meninggal?" Jawab Aina.
"Tapi, kan mereka gak meninggal. Masih hidup." Kata Cecilia.
"Masalah harus diselesaikan dengan baik baik." Kata kepsek.
"Apa alasan kamu untuk mengunci Dziqa?" Tanya kepsek.
"Saya.. saya tidak suka sama dia. Benci!" Jawab Cecilia.
"Baiklah. Aina, kamu saya skors 1 hari. Dan Cecilia, kamu saya skors 5 hari!" Kata kepsek.Cecilia menangis saat keluar dari ruang kepsek. Tapi, tidak ada belah kasihan dari kepsek. Sementara Aina, dia malah seneng di skors.
"Kamu di skors?" Tanya Dziqa.
"Iya. Tapi, gapapa, lah. Gua seneng. Besok ada acara sesuatu." Jawab Aina.
"Jangan jadi preman lagi!" Kata Dziqa.
"Gimana nanti."