Pernikahan (2)

7.7K 243 7
                                    

Semua mata melihat kearah Melissa. Semuanya bingung. Mulut Melissa saja tidak terbuka sedikit pun. Tapi, ada sebuah kalimat "saya tidak bisa menikah"
"Saya tidak berkata apapun." Kata Melissa.
Semua orang yang berada di ruangan itu terheran heran. Lantas, darimana datangnya suara itu?
"Saya yang mengatakannya." Aina langsung berdiri di antara kerumunan orang yang menyaksikan pernikahan itu.
"Aina? Tapi, mengapa?" Tanya Melissa.
"Apakah bisa sebuah pasangan menjalin rumah tangga tanpa ada rasa cinta?" Tanya Aina.
Banyak yang berbisik bisik kesal pada Aina.
"Saya.. Saya setuju pada Aina. Pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan tanpa ada rasa cinta seorang suami pada istrinya." Kata Melissa.
"Melissa?" Tanya Pak Zan bingung.
"Saya memohon maaf pada semuanya. Saya tidak bisa menikahi Zan sekarang dan mungkin selamanya." Kata Melissa.
Semua orang kaget. Pernikahan yang seharusnya berjalan mulus menjadi rusak karena Aina yang mengatakan hal itu.
"TIDAK BISA! ANAK SAYA HARUS MENIKAH SEKARANG JUGA!!" Ayah Melissa berteriak teriak. "KAMU, ANAK SMA SIALAN! MAU KAMU APA, HAH?!"
"Ayah, sabar, Yah.." Kata Melissa menenangkan Ayahnya.
"Bagaimana Ayah bisa sabar kalau Ayah sudah menghabiskan uang Ayah untuk pernikahan ini, lalu pernikahannya gagal gara gara seorang bocah egois?!" Jawab Ayah Melissa.
"Saya tidak egois, ya! Saya tidak mencintai Pak Zan, kok. Tapi, saya tahu ada seseorang yang sangat mencintai Pak Zan lebih dari Tante Melissa!" Kata Aina. Ia langsung berdiri dan berjalan menghampiri Ayah Melissa.
"Na, tunggu!" Avery langsung berdiri mencegah Aina.

Aina langsung berhadapan dengan Ayah Melissa. Beberapa orang panik, termasuk orangtua Pak Zan.
"Pak, sebelumnya, maafkan saya sudah lancang hari ini." Kata Aina.
"SAYA TIDAK BISA MEMAAFKAN ORANG YANG SUDAH MERUSAK PERNIKAHAN ANAK KESAYANGAN SAYA! LANJUTKAN SAJA! JANGAN PEDULIKAN BEDEBAH KECIL INI!" Kata Ayah Melissa.
Melissa tertunduk malu karena Bapaknya yang berkata kurang baik.
"Ayah, maafkan Melissa. Tapi, Aina benar, yah. Melissa tidak bisa menikah sekarang. Melissa pun belum siap untuk menikah. Ayah jangan marah." Kata Melissa.

Di kamar, Dziqa bersiap untuk menghadiri pernikahan Pak Zan. Ia merasa, tidak baik apabila ia diam di rumah. Ia akan terlihat sangat tidak bisa menerima kenyataan bila tidak hadir. Dengan penuh perjuangan, Dziqa melangkahkan kaki ke rumah dan menaiki mobil untuk pergi ke pernikahan itu.

Sementara di tempat pernikahan, Melissa masih menangis dan Ayah Melissa masih marah.
"Ayo lanjutkan! Saya tidak peduli apapun! Kamu cinta, kan pada Zan?" Tanya Ayah Melissa.
"Ayah, kalau Melissa boleh jujur, sebenarnya Melissa tidak cinta pada Zan, Yah..." Melissa menitikkan air matanya lagi.
"Lalu, siapa yang kamu cintai?" Tanya Ayah Melissa.
"Melissa mencintai Adam. Lelaki yang Ayah usir karena menurut Ayah, keluarga Adam tidak kaya raya." Jawab Melissa sambil menangis.
"Melissa?" Seorang lelaki yang mungkin dialah Adam langsung bingung.
"Ayahlah yang memaksaku untuk menikah dengan Zan." Kata Melissa sambil menangis.
"Ayah hanya mau kamu hidup bahagia." Kata Ayah Melissa.
"Aku tidak akan bahagia bila aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai dan dia juga tidak mencintaiku balik. Untuk apa sebuah pernikahan terlaksana tanpa adanya rasa cinta, Yah?" Tanya Melissa. "Aku ingin menikah dengan Adam."
"Okay, Ayah izinkan kamu menikah dengan Adam." Kata Ayah Melissa.
Seorang lelaki yang berusia 20 tahunan berdiri. Ia berjalan mendekati Melissa. Orangtua lelaki itu tersenyum menangis bahagia. Pak Zan berdiri dan kemudian duduk di sebelah Aina dan Avery.
"Ananda Adam Raihan bin Sumanto. Saya nikahkan anak saya..." Ayah Melissa pun menikah dengan lelaki yang bernama Adam itu.

Sementara Dziqa, dia masih di perjalanan menuju pernikahan Pak Zan.
"Pak, bisa lebih cepat, gak?" Tanya Dziqa pada supirnya.
"Oh, iya bisa, neng." Jawab Pak Supir.
Kecepatan mobil pun dipercepat. Saat ada mobil dari arah berlawanan, Pak Supir tidak bisa mengerem mobilnya dan kemudian membanting stir ke kiri. Mobil pun menabrak pohon di jalan itu.

Dziqa melihat darah di sekujur tubuhnya karena kepalanya menabrak kaca. Ia pun merasa kepalanya pusing dan kemudian semuanya menggelap.

I Love Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang