Dziqa bangun di hari Minggu yang cerah. Tapi, cerahnya hari itu tidak mebuat Dziqa bersemangat. Hari itu malah membuat semua kebahagiaan yang dia rasakan kemarin kemarin hancur. Hari itu adalah hari pernikahan seseorang yang ia bukakan pintu hatinya. Hari itu adalah hari pernikahan Pak Zan.
Dziqa memandang keluar. Tetangga tetangganya sepertinya menikmati Minggu pagi yang cerah itu. Ada yang bermain bersama saudaranya, ada yang berolahraga, ada yang berkebun, dan hal lainnya. Sementara Dziqa? Ia berniat mengurung diri di kamar sampai ia siap keluar dan menerima kenyataan bahwa Pak Zan adalah seorang suami dari seorang wanita yang bernama Melissa, bukan dirinya.
Dziqa mengambil handphonenya dan menelpon Aina.
"Halo, Na?" Sapa Dziqa.
"Ah, Dziq. Hari Minggu yang cerah, ya? Tebak, aku lagi apa?" Tanya Aina.
"Lagi apa?" Tanya Dziqa balik.
"Aku lagi siap siap buat jalan bareng sama Avery." Jawab Aina.
"Aku bahagia mendengarnya. Kamu ingat hari ini?" Tanya Dziqa.
"Hari Minggu? Kenapa?" Tanya Aina.
"Ini hari dimana seorang lelaki yang aku izinkan menguasai hati aku menikah dengan seseorang yang tidak pernah aku temui sebelumnya." Jawab Dziqa.
Telepon pun diputus sambungan oleh Aina. Dziqa tidak masalah dengan Aina. Itu sudah biasa, apabila Aina mengingat sesuatu, ia akan melakukan hal itu tepat pada saat itu juga.
Aina yang sudah siap dengan baju mainnya langsung mengganti dengan baju pesta. Ia langusng mengirim pesan singkat pada Avery dan mengatakan bahwa dia tidak bisa jalan bareng Avery. Dia harus mendatangi pernikahan Pak Zan dan seorang wanita yang bernama Melissa.
Aina melihat dirinya di cermin. "Ah, ngapain tampil cantik di pernikahan bodoh ini. Toh, aku datang bukan karena berbahagia untuk Pak Zan." Kata Aina.
Ia pun langsung keluar dari rumahnya dan menyalakan mesin motornya. Tiba tiba, sebuah mobil berhenti di depan rumah Aina.
"Kamu mau ke pernikahan Pak Zan?" Tanya Avery.
"Hah? Iya, aku mau ke pernikahan Pak Zan. Sori, aku harus ngebatalin acara kita hari ini. Tapi, ini penting. Aku mau---" Jawab Aina terpotong.
"Aku juga mau kesana. Mau aku anter?" Tanya Avery.
"Emmm.. Boleh, deh." Jawab Aina.Ia pun memasukkan motonya kembali ke garasi dan segera menaiki mobil Avery.
"Dziqa gak ikut?" Tanya Avery.
"Dia.. Dia memutuskan untuk tidak datang." Jawab Aina.
"Maaf mendengarnya." Kata Avery. "Semoga pernikahan ini tidak menghancurkan prestasinya di sekolah."
"Iya." Kata Aina.Mereka pun sampai di pernikahan Pak Zan. Pernikahan itu belum dimulai. Tapi, sudah banyak orang berkumpul di sana untuk menjadi saksi akad nikah itu.
"Andai aku Dziqa, aku akan menangis sampai acara itu selesai." Kata Aina.
"Aku tahu perasaan itu." Kata Avery. "Ayo?"Aina dan Avery langsung masuk ke masjid tempat Pak Zan dan Melissa akan melaksanakan akad nikah. Mereka langsung duduk di sana dan diam. Saat Melissa masuk ke masjid, ia langsung melihat kearah Aina dan tersenyum. Melissa pun duduk di sebelah Pak Zan.
"Saya nikahkan anak saya Melissa Aurelia binti Hartono dengan mas kawin berupa 100 gram emas dan seperangkat alat sholat." Kata Bapaknya Melissa.
"Saya---"
"Maaf, saya tidak bisa menikah."