Kembali Ingat?

5.4K 188 4
                                    

Pak Zan mengelus tangan Mira untuk menghibur. Mira tersenyum kepada Pak Zan. Mira senang, seseorang dapat dijadikan tempat untuk mencurahkan isi hatinya yang acak acakan saat itu.
"Apa kamu sudah mencari lelaki lagi?" Tanya Pak Zan, hanya untuk menanggapi saja.
"Belum, aku harap secepatnya aku bisa menemukan lelaki yang akan setia padaku." Jawab Mira. "Aku tahu aku terlalu berani untuk mengatakan ini, tapi..."
Tiba tiba saja handphone Pak Zan berbunyi. "Halo?" Kata Pak Zan. Tiba tiba saja raut wajahnya berubah menjadi bahagia. "Iya bapak kesana sebentar lagi, tunggu ya."
Pak Zan pun menutup telponnya. "Mira, maaf banget. Nanti kalau ada waktu luang, kita ngobrol lagi, ya? Dziqa sudah bisa ingat salah satu moment antara aku dengannya. Nanti, aku telpon kamu. Dah!" Kata Pak Zan meninggalkan Mira. Mira hanya bisa tersenyum palsu.

Zan mengendarai mobilnya lebih cepat. Ia tidak ingin seseorang yang ia idam idamkan selama ini pulang dalam kondisi basah kuyup. Ia harus menjemputnya. Ia sudah pernah berjanji, sampai orang itu punya kekasih selain dirinya, ia akan terus melindungi orang itu. Ia juga tidak ingin orang itu sakit karena kelalaiannnya.

Zan memberhentikan mobilnya di depan orang itu. Mira, sosok wanita yang ia sayangi selama ini. Zan turun dari mobilnya dan membuka pintu mobilnya untuk Mira.
"Hai! Maaf, ya udah bikin kamu nunggu lama." Kata Zan.
"Makasih banget udah jemput aku lagi." Kata Mira tersenyum kepada Zan.
Tiba tiba, ponsel Mira berbunyi. Sebuah pesan singkat dari seseorang. Raut mukanya langsung berubah menjadi raut muka kaget. "Zan?" Tanya Mira.
"Iya, ada apa, Mir?" Tanya Zan.
"Maaf, ya. Kayaknya, hubungan kita cuman sampai sini aja." Jawab Mira.
"Kenapa tiba tiba?" Tanya Zan.
"Orangtua Faris yang selama ini ngebiayain kuliah aku minta aku pacaran terus nikah sama dia. Aku takut kalau biaya dari mereka berhenti karena aku nolak, Zan." Jawab Mira.
"Kalau itu yang terbaik, aku gak apa apa. Aku rela, kok."

Pak Zan mempercepat langkahnya menuju kamar Dziqa. Ia tampak lebih bersemangat sejak Aina menelpon bahwa Dziqa sudah ingat sebuah moment dengannya. Walaupun hanya sebuah moment, itu membuat Pak Zan sangat bahagia. Setidaknya, ingatan Dziqa berangsur angsur membaik.

Pak Zan membuka kamar inap Dziqa dan melihat Aina dan Dziqa tertawa bersama. Pak Zan datang dan duduk di kursi yang berada di sebelah kursi Aina.
"Jadi, kamu udah inget apa sekarang?" Tanya Pak Zan.
"Aku inget dulu pernah lihat Aina bertengkar sama anak kampung." Jawab Dziqa. "Itu lucu banget. Maksudnya, Aina kayak beda banget. Lucu deh, Hahaha..."
"Kamu inget, waktu itu kamu ada di mana?" Tanya Pak Zan.
"Inget, waktu itu saya di rumah bapak, kan? Tapi, saya lupa saya kesana lagi apa." Jawab Dziqa. "Setidaknya, saya bisa inget moment lucu kayak gitu."
Ada sedikit kelegaan pada diri Pak Zan saat itu. Setidaknya, dia masih bisa ingat hari itu. Mungkin besok, Dziqa sudah ingat apa yang Dziqa lakukan di rumah Pak Zan pada saat itu.
"Oiya, Dziq. Aku mules banget, nih. Aku tinggal dulu, ya. Nanti aku balik lagi." Kata Aina.

Aina melangkahkan kakinya keluar dari kamar inap Dziqa. Kini, hanya ada Dziqa dan Pak Zan di ruangan itu. Suasanya berubah canggung karena Pak Zan bingung harus memulai pembicaraan dengan tema apa.
"Memang, waktu itu saya ngapain ke rumah Bapak?" Tanya Dziqa.
"Waktu itu, ban kamu bocor, terus bapak minta kamu....." Pak Zan menceritakan keseluruhan cerita hari itu, termasuk detail saat tangan mereka yang tidak sengaja bersentuhan.
Dziqa terdiam saat Pak Zan selesai menceritakan cerita hari itu. Ia sedikit mengingat saat tangannya tidak sengaja menyentuh tangan Pak Zan. Dan, itu rasanya hangat.

I Love Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang