Aina diam seribu bahasa. Keringat dingin mulai bercucuran. Ia tidak mau menjadi 'orang gila' lagi di pernikahan Pak Zan. Ia sudah berusaha keras waktu itu tapi tetap saja Pak Zan nekad mau nikah dengan orang lain. Dan sekarang yang lebih parah, Ia mendengar Dziqa yang dengan santainya mengatakan bahwa Pak Zan akan menikah bulan depan. Bahkan, ekspresi Dziqa yang biasa aja, gaada kesedihan di raut mukanya.
"Kamu yakin sanggup dateng ke pesta pernikahan itu?" Tanya Aina.
"Iya, aku yakin. Kenapa harus ga yakin?" Jawab Dziqa.
Avery langsung mendekat ke telinga Aina dan berbisik, "kamu harus mengatakan yang sejujurnya."
"Dziqa, aku harus ngomong sesuatu sama kamu, tapi nanti." Kata Aina. Ia harus mengatakan bahwa Hanif bukanlah solusi dari semua ini. Pak Zan bisa menunggu beberapa tahun lagi untuk menikah dan menikah dengan Dziqa.
"Ngomong sekarang aja." Kata Dziqa.
"Gak bisa, ini privasi." Kata Aina.Dengan segera, Aina pergi ke ruang guru untuk mencari Pak Zan. Siapa tahu, dengan obrolannya, ia bisa menghentikan pernikahan itu. Aina tahu, Dziqa dan Pak Zan saling mencintai, tapi karena perbedaan usia, cinta mereka menjadi terhalang. Aina tidak ingin cinta mereka terhalang cuman karena itu.
Aina sampai di ruang guru. Banyak guru yang sedang beraktifitas di sana. Ia pun masuk dan langsung menghampiri meja Pak Zan. Ia melihat raut muka Pak Zan yang kurang bahagia. Ia agak tidak tega untuk mengatakan hal itu kepada Pak Zan. Tapi, mau bagaimana lagi? Ia tidak ingin Pak Zan menikah kepada orang selain Dziqa.
"Pak, bisa bicara sebentar?" Tanya Aina.
"Bisa, ada apa, ya?" Tanya Pak Zan balik.
"Tapi gak di sini, Pak. Di tempat yang agak privasi. Maaf banget." Kata Aina.
Pak Zan menghembuskan napas. "Baiklah."Aina dan Pak Zan menuju bagian belakang sekolah yang jarang dilewati banyak orang. Ia agak tegang untuk menyampaikan hal ini kepada Pak Zan. Mereka pun duduk di sebuah kursi kosong.
"Pak, sebelumnya saya meminta maaf karena telah lancang mengatakan hal ini." Kata Aina.
"Santai aja. Ada apa, Na?" Tanya Pak Zan.
"Saya dengar, Bapak sebentar lagi mau menikah ya?" Tanya Aina. Ia meremas rok seragamnya karena gugup.
"Iya, kenapa?" Tanya Pak Zan balik.
"Bapak yakin bapak mau nikah bentar lagi?" Tanya Aina.
"Bapak udah memutuskannya dengan matang, Na." Jawab Pak Zan.
"Aku tahu, kok Bapak cintanya bukan sama dia. Tapi, kenapa Bapak mau nikah bentar lagi?" Tanya Aina.
Pak Zan menceritakan alasannya mengapa Ia mau menikah sebentar lagi. Aina bingung dengan alasan itu. Ia tidak tega, tapi Ia sayang dengan sahabatnya.
"Bapak, tahu gak sekarang Dziqa melampiaskan patah hatinya kepada seorang lelaki brengsek yang hanya bisa berpura pura?" Kata Aina. "Ia patah hati, lalu dibodohi oleh seorang lelaki yang pernah menyakitinya. Aku gak mau dia disakitin lagi sama laki laki itu dua kali. Dia kembali bersama laki laki itu karna Bapak mau nikah sama orang lain sebentar lagi." Aina mulai meneteskan matanya.
Pak Zan bingung, "kamu nangis?" Tanyanya.
"Ah, enggak. Ini mah banyak debu disini, kan jarang dilewatin orang orang." Jawab Aina. "Bapak bisa gak tunggu beberapa tahun lagi?"
"Maaf, tapi Bapak gak bisa nunggu bertahun tahun lagi. Bapak cinta sama dia, dan karena itu Bapak harus bisa melepas dia buat yang lebih baik dari Bapak. Dia bisa nikah sama yang usianya dekat dengan dia. Dia juga bisa nikah sama orang yang lebih sukses dari Bapak. Dia cantik, pinter, baik, lelaki mana yang gak mau sama dia? Bapak yakin pasti banyak lelaki yang jauh lebih baik dari Bapak yang mau sama dia."
Bel masuk kelas berbunyi. "Tuh, udah bel. Kamu mending masuk aja, daripada dimarahin guru kamu." Kata Pak Zan.
Aina yang sudah kehabisan kata kata berjalan menuju kelas. Ia tidak tahu harus apa lagi.Aina masuk ke kelas dan melihat Dziqa yang tertawa dengan Hanif. Ia sekarang sudah tidak bisa apa apa lagi. Dziqa sudah bahagia dengan Hanif dan Pak Zan yang harus menikah sebentar lagi. Ia sudah tidak bisa menyelamatkan cinta mereka lagi. Sudah hilanglah kenangan bahagia yang selama ini Ia tonton.
Aina duduk di kursinya dan langsung menutup mukanya dengan tangan dan jaketnya. Ia memejamkan mata dan kemudian tertidur.
***
Dziqa merapikan makeupnya di depan cermin. Ia harus terlihat cantik hari ini. Ia akan dijemput Hanif untuk pergi ke pesta pernikahan Pak Zan. Ia melihat dirinya kembali di cermin, ia takut kalau ada yang kurang dan Hanif menyadarinya. Ia sudah mulai merelakan guru muda itu dan kembali menaruh hatinya kepada Hanif. Ia berharap kali ini Hanif memang benar benar serius kembali bersamanya.
Dziqa mendengar suara klakson mobil dan segera mengambil tasnya. Ia pun berjalan keluar rumah dan segera berjalan menuju mobil Hanif. Ia melihat Hanif yang sudah membukakan pintu untuknya. Ia pun masuk ke mobil itu. Hanif pun menutup pintu mobil itu dan mereka segera berangkat ke pesta pernikahan itu.
Hanif melihat kearah Dziqa yang hari ini sengaja berdandan. Hanif tersenyum.
"Kamu terlihat cantik hari ini." Kata Hanif. "Maksudnya, kamu udah cantik tapi hari ini kamu lebih cantik lagi."
Pipi Dziqa memerah, ia senang dipuji begitu oleh Hanif. "Makasih." Jawabnya malu malu.
"Kamu jago dandan, ya." Kata Hanif. "Makeup kamu rapi, sederhana tapi bikin kamu tambah cantik."
Ia semakin malu setelah Hanif mengatakan hal itu.Mereka pun sampai di pesta pernikahan Pak Zan. Dziqa melihat Aina dan Avery yang menunggu mereka di pintu depan. Mereka sudah janjian mau masuk bareng bareng. Dziqa setelah menanda tangan langsung dipeluk erat oleh Aina.
"Aku akan selalu ada buat ngedukung kamu." Kata Aina.
Mereka langsung masuk ke gedung pernikahan itu.Mereka mengantri untuk bersalaman dengan pasangan pengantin itu. Aina melihat raut muka Dziqa yang biasa aja melihat Pak Zan sudah sah menjadi istri orang lain. Dziqa memang sudah ikhlas, tapi sahabatnya ini masih menyimpan rasa 'agak gak ikhlas' itu. Menurut Aina, kisah cinta mereka 'lebar' kalau hilang begitu saja.
Mereka akhirnya mendapat bagian bersalaman dengan pasangan pengantin. Aina melihat Pak Zan yang meneteskan air mata ketika bersalaman dengan Dziqa. Dziqa tampak tersenyum walaupun Aina melihat ada tetesan air mata yang keluar dari mata Dziqa.
"Bapak minta maaf, ya." Kata Pak Zan. Hanya itu kata kata yang Ia keluarkan saat bersalaman dengan Dziqa. Dziqa menangguk.
Pak Zan meminta untuk berfoto dulu dengan mereka berempat sebelum mereka turun dari panggung dan menikmati makanan yang telah disediakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/46413708-288-k618646.jpg)